"Bisakah kamu membersihkan dirimu untuk malam ini?" Tanya Arnold tiba-tiba setelah mereka berdua makan malam.
"Maksud Anda mandi? Aku sudah mandi tuan" jawab Vino.
Arnold meraba-raba meja mencari tangan Vino, dia menggenggam erat tangan laki-laki muda ini.
"Maksud ku, hole mu.. aku mau memasuki mu"
Deg!
Vino langsung terdiam, dia tidak tau harus menjawab apa karena Arnold meminta sangat mendadak dan Vino belum memiliki kesiapan diri.
"Apa kamu tidak mendengar ku?" Tanya Arnold.
"Ak-aku dengar tapi.. bagaimana caranya.. aku tidak tau" suara Vino bergetar, dia merasa malu.
Arnold akhirnya turun tangan memberitahu Vino, dia memberi Vino alat yang entah darimana Arnold mendapatkannya tapi Vino tidak mau terlalu banyak bertanya, dia menuruti semua arahan Arnold sampai akhirnya Vino masuk ke dalam kamar Arnold setelah dia selesai membersihkan diri memakai alat itu.
"Sudah selesai?" Tanya Arnold.
"Hm, ras-rasanya tubuh bawah ku terasa aneh"
"Itu wajar saja, kemari lah" Arnold menarik tangan Vino agar berdiri disela kakinya, Arnold ternyata sudah menyiapkan botol berisi pelumas juga kond*m.
Vino hanya bisa diam saat Arnold membuka handuknya lalu melumuri tangannya memakai pelumas tadi, tanpa bicara Arnold langsung mendorong dua jarinya masuk.
"Ah!" Vino meremas kuat baju Arnold, dada Vino tepat berada didepan wajah Arnold, tentu pria ini tidak akan membiarkan bagian sensitif Vino menganggur, Arnold menjulurkan lidahnya untuk memberikan rangsangan lebih.
"Oh tuan! Ah-Hah.. Mm!" Vino memeluk kepala Arnold, sensasi aneh menjalar ditubuh Vino tak kala Arnold bermain dengan holenya.
'Apa ini?! Kenapa rasanya sangat enak!' batin Vino merasakan rangsangan dari dua tempat sekaligus.
Hingga akhirnya, desahan panjang keluar dari mulut Vino saat Arnold menekan satu titik didalam hole Vino yang membuat Vino langsung klimaks.
Cairan kental itu membasahi baju Arnold yang membuat Vino merasa bersalah, dia berniat mengambil tissue untuk membersihkan cairan miliknya tapi belum sempat Vino beranjak, tubuhnya kembali ditarik Arnold hingga membuat Vino terbaring dibawah Arnold dengan kedua kaki terbuka lebar.
Arnold menyibak rambutnya, dia meraba sisi kirinya untuk mengambil satu bungkus kond*m.
Glup.
Vino menelan salivanya berat saat melihat Arnold merobek bungkusnya memakai gigi, tak hanya itu Arnold juga melepas bajunya dan memperlihatkan tubuh depannya pada Vino.
Dada Vino berdebar kencang melihat betapa gagahnya Arnold saat ini padahal dia memiliki kekurangan pada matanya tapi semua gerakan Arnold sudah sangat terlatih seolah dia sering melakukan semua ini.
Arnold terlihat memasang kond*m tadi di p*nisnya dan satu pertanyaan polos keluar dari mulut Vino.
"Kenapa memakai itu tuan, aku tidak bisa hamil" ujar Vino yang membuat Arnold terkekeh pelan."Aku tidak mungkin keluar didalam terlebih ini pengalaman pertama mu"kata Arnold, dia juga menjelaskan akan lebih aman kalau memakai kond*m.
Belum sempat Vino bicara lagi, Arnold sudah lebih dulu mendorong kedua kaki Vino kedepan lalu tanpa aba-aba langsung mendorong miliknya yang membuat Vino berhasil menjerit kesakitan.
"Tidak! Tidak tuan! Ini sakit sekali!" Vino mendorong dada Arnold, dia pikir s*x akan terasa nikmat tapi sepertinya Arnold tidak perduli dengan penolakan Vino, dia malah menahan kedua tangan Vino lalu mulai bergerak dengan tempo lambat.
"Sssttt.. Kamu akan menikmatinya segera, ah.. bersabar lah, Mm..~"
Vino mengelengkan kepalanya, dia tidak bisa merasakan kenikmatan yang Arnold maksud, perlu 5 menit Arnold bergerak pelan sampai akhirnya dia menemukan titik yang sejak tadi dia cari.
"Uahh! Ahh!" Tubuh Vino bergetar hebat, dia langsung meremas kedua tangan Arnold saat titik itu Arnold hantam bertubi-tubi.
"Ah-Ahh.. tuanhhh.. hah, yaaa tuann! Ah tempat itu!! Teruskan!!"
Mendengar desahan Vino, Arnold merasa senang, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Arnold menarik kedua tangan Vino hingga p*nisnya berhasil masuk sepenuhnya dan tentu hal ini membuat Vino klimaks.
Tubuh Vino bergetar hebat, dia mendorong dada Arnold mencoba melepaskan diri karena cairan kental itu tak bisa berhenti keluar.
"Mmngg! Tu-tuann.. ah! Keluar sebentar.. Uhh! Sebentar saja!" Pinta Vino tapi Arnold tidak perduli, dia malah membuat tubuh Vino menyamping ke kanan lalu kembali bergerak dengan tempo cepat.
Vino meremas kuat seprei kasur, kakinya terasa mati rasa tapi tuannya ini satu kali pun belum keluar padahal Vino sudah dua kali klimaks.
.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
See the world for me (BL21+)
RomancePutus sekolah sudah menjadi hal terburuk yang Vino hadapi tapi jauh lebih buruk lagi saat dia harus melunasi hutang orang tuanya dengan cara menjadi asisten pribadi seorang pria buta.