2

10 3 0
                                    

Naruto terus berbaring di ranjang rumah sakit, wajahnya tetap pucat, namun senyumnya yang tak pernah pudar membuat semua orang yang menjaganya merasa sedikit lebih tenang. Tapi dalam hati, mereka semua tahu bahwa waktu terus berjalan, dan kondisi Naruto tidak menunjukkan banyak perbaikan.

Malam itu, ketika semua sudah tertidur setelah seharian berjaga, Sasuke yang duduk di samping Naruto masih terjaga. Matanya menatap lurus ke arah Naruto yang tertidur dengan napas yang lembut, meskipun terdengar sedikit berat. Sasuke memegang tangan Naruto, menggenggamnya erat seakan takut jika Naruto akan lenyap di hadapannya.

"Kenapa kau selalu memaksakan diri, Naruto?" gumam Sasuke pelan, suaranya hampir tidak terdengar. "Kau tahu kami semua peduli padamu, tapi kau tetap bertindak tanpa memikirkan dirimu sendiri."

Mata Sasuke terasa panas, tapi dia menahannya. Air mata bukanlah sesuatu yang mudah baginya. Ia selalu menjadi seseorang yang kuat di luar, tapi Naruto adalah satu-satunya orang yang bisa membuat dinding itu retak. Sasuke telah bersumpah untuk melindungi Naruto sejak mereka masih kecil, tapi sekarang rasanya seolah dia selalu gagal dalam melaksanakan janji itu.

Di tengah keheningan itu, Naruto tiba-tiba menggeliat, membuka matanya sedikit dan menatap Sasuke dengan senyuman yang lemah. "Sasuke... Kau tidak tidur?"

Sasuke tersentak, sedikit terkejut melihat Naruto terbangun. "Kau seharusnya beristirahat," katanya, mencoba terdengar tegas. "Kondisimu belum membaik."

Naruto tertawa kecil, meskipun suaranya terdengar lemah. "Kau selalu khawatir berlebihan... Aku baik-baik saja."

"Naruto, ini serius," Sasuke menatapnya dengan penuh keseriusan, suaranya hampir terdengar marah. "Kau tidak bisa terus seperti ini. Setiap kali kau menggunakan kekuatanmu, kau merusak dirimu sendiri. Kapan kau akan berhenti?"

Naruto menatap Sasuke, senyumannya perlahan memudar, digantikan dengan tatapan serius. "Aku tahu, Sasuke. Aku tahu betapa bahayanya kekuatanku bagi tubuhku. Tapi aku... aku tidak bisa berhenti membantu orang lain. Itu sudah menjadi bagian dari diriku."

Sasuke mengepalkan tangannya, frustasi. "Tapi kau tidak harus melakukan semuanya sendiri! Kami semua ada di sini untuk melindungimu. Kau tidak sendirian!"

Naruto terdiam sejenak, lalu dia menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. "Aku mengerti, Sasuke... Tapi ada hal-hal yang hanya bisa kulakukan sendiri. Kekuatan ini... meskipun berbahaya, aku merasa ini adalah tanggung jawabku."

Sasuke tidak bisa menahan lagi. "Tanggung jawab? Tanggung jawab apa yang begitu besar hingga kau rela mengorbankan nyawamu, Naruto? Kami semua... aku... aku tidak bisa kehilangamu."

Naruto menoleh, matanya penuh kelembutan. "Sasuke... aku tahu kau peduli padaku, dan itu membuatku sangat bersyukur. Tapi aku tidak ingin menjadi beban. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa diandalkan, yang bisa melindungi kalian juga."

Sasuke terdiam. Kata-kata Naruto selalu penuh dengan tekad yang sama. Sejak kecil, Naruto memang seperti itu—tidak pernah menyerah, tidak pernah berhenti berusaha, bahkan ketika tubuhnya tidak mampu mengimbanginya. Tapi justru itulah yang membuat Sasuke merasa sangat takut. Bagaimana jika suatu saat tubuh Naruto benar-benar tidak bisa bertahan lagi?

***

Keesokan harinya, kondisi Naruto tetap stabil, meskipun dokter Tsunade masih sangat khawatir. Dia sering memeriksa Naruto secara pribadi, dan setiap kali dia melakukannya, hatinya terasa berat. Sebagai neneknya, dia merasa bertanggung jawab atas kesehatannya, namun kekuatan besar dalam tubuh Naruto adalah sesuatu yang bahkan Tsunade, dengan segala keahliannya, sulit untuk dikendalikan.

"Aku tidak bisa membiarkanmu terus seperti ini, Naruto," kata Tsunade suatu hari, saat dia berada di kamar Naruto bersama Kakashi dan Iruka. "Kekuatanmu terlalu besar untuk tubuhmu. Jika kau terus menggunakannya, kau akan kehilangan nyawamu."

Naruto menatap Tsunade dengan wajah yang bersalah namun tetap tegar. "Aku tahu, nenek. Tapi aku tidak bisa hanya duduk diam saat ada yang membutuhkan bantuan."

Tsunade menatapnya dengan mata penuh keprihatinan. "Naruto, dengarkan aku. Kau memiliki kehidupan yang panjang di depanmu. Jangan biarkan kekuatan ini menghancurkanmu."

Sementara itu, Kakashi dan Iruka yang sudah lama mengawasi Naruto juga merasa cemas. Kakashi, dengan sikap tenangnya, berkata, "Naruto, kau tahu kami semua ada di sini untukmu, kan? Tidak perlu menanggung semuanya sendiri."

Iruka menambahkan dengan lembut, "Kami semua peduli padamu, Naruto. Kami ingin kau hidup lama dan bahagia. Jangan memaksakan dirimu."

Naruto mengangguk, meskipun dalam hatinya dia tahu bahwa suatu hari, dia akan kembali menggunakan kekuatannya. Bukan karena dia tidak peduli pada dirinya sendiri, tapi karena cinta dan keinginan kuat untuk melindungi orang lain. Itu adalah bagian dari siapa dia.

***

Namun, suatu hari, kekhawatiran terbesar mereka terjadi.

Naruto dan Sasuke sedang berjalan-jalan di desa ketika tiba-tiba sebuah ledakan terjadi di dekat mereka. Sebuah kelompok musuh yang tak dikenal menyerang desa Konoha. Dengan reflek, Naruto segera melindungi seorang anak kecil yang hampir tertimpa reruntuhan.

"Naruto, jangan!" teriak Sasuke, tapi sudah terlambat. Naruto sudah menggunakan kekuatannya.

Energi biru cerah mengalir dari tubuh Naruto, membentuk perisai pelindung yang menyelamatkan anak itu. Namun, segera setelah itu, tubuh Naruto jatuh ke tanah, lemah dan tidak berdaya.

"Naruto!" Sasuke berlari menghampiri, mengguncang tubuh Naruto yang tidak bergerak.

Anbu segera datang, bersama dengan Tsunade yang bergegas ke tempat kejadian. Wajah Tsunade pucat saat melihat Naruto dalam keadaan kritis.

"Ini buruk... sangat buruk," gumam Tsunade, sambil memeriksa denyut nadi Naruto yang semakin lemah.

Mereka segera membawa Naruto ke rumah sakit. Di dalam ruang operasi, Tsunade dan tim medis bekerja keras untuk menyelamatkan Naruto. Sementara itu, di luar, Sasuke duduk dengan wajah tegang, menggenggam erat kursi di sebelahnya. Kakashi, Iruka, dan Shikamaru berdiri di dekatnya, mencoba menenangkannya, meskipun mereka sendiri dipenuhi dengan kecemasan.

Berjam-jam berlalu, hingga akhirnya Tsunade keluar dari ruang operasi dengan wajah lelah. Dia menatap mereka dengan tatapan berat.

"Naruto selamat... untuk saat ini," katanya dengan suara rendah. "Tapi kondisinya sangat kritis. Jika dia terus seperti ini, aku tidak yakin berapa lama tubuhnya bisa bertahan."

Sasuke merasa dadanya sesak. Air mata yang selama ini dia tahan akhirnya jatuh. Dia tidak bisa lagi menyembunyikan ketakutannya.

***

Hari-hari berlalu, Naruto terbaring di ranjang rumah sakit, tidak bergerak. Semua orang di desa datang untuk menjenguknya, membawa doa dan harapan agar Naruto segera sembuh. Tapi waktu terus berjalan, dan tidak ada yang tahu berapa lama lagi Naruto bisa bertahan.

Di dalam hatinya, Sasuke berjanji pada dirinya sendiri. Dia akan melakukan apa pun untuk melindungi Naruto. Tidak peduli apa yang harus dia hadapi, dia tidak akan membiarkan Naruto mati. Tidak kali ini.

Naruto telah menyelamatkan banyak orang, tapi sekarang, giliran mereka untuk menyelamatkan Naruto.

**Akhir**

SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang