prolog | Berharap

2 0 0
                                    

Prolog

Langit malam sangat gelap. Hanya disinari sinar rembulan. Suasana malam yang begitu tenang. Ingin sekali aku terlelap. Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu dari balik pintu kamarku.

"Siapa? " Aku memastikan siapa yang berada dibalik pintu.

"Ini Kai. " Ucap sebuah suara lelaki dari balik pintu.

"Oh, sini masuk. " Ucap ku mengizinkan lelaki itu untuk memasuki kamar. Aku dapat melihat lelaki itu mengenakan kaus putih dan celana hitam. Rambutnya berwarna hitam dengan garis hijau laut. Tak lupa aku menatap netra ruby milik nya.

"Kenapa kau kesini? " Tanya ku.

"Kau kan tidak masuk hari ini. " Ucap lelaki bernama Kai itu.

"Oh iya, apakah ada tugas dari pak Mamat? " Tanya ku.

"Ada, matematika halaman 13. " Jawab Kai.

"Oh, oke. Ada lagi? "

"Tidak ada sih, hanya praktek, itu saja. "

"Oh, baiklah kalau begitu. "

"Eh, apakah kau mau keluar menikmati angin malam bersama? " Ajak Kai.

"Bukankah kau biasanya tak suka membuang waktu diluar? " Ucap ku meledek Kai.

"Ish, mau tidak? " Tanya Kai.

"Mau." Jawab ku.

-Berakhir bersama mu-

Angin malam yang sejuk. Rasa nya ingin ku tertidur di tengah angin malam ini. Rok hitam panjang ku dan baju putih berlengan panjang ku, dihembuskan beberapa kali oleh angin. Rambut hitam ku pun, dibelai oleh angin.

Aku menoleh kearah Kai, dan dapat terlihat jelas senyuman manis terlukis diwajah nya. Tiba tiba saja ia menoleh kearah ku. Netra ruby milik nya menatap mata ungu ku.

"Dara. " Kai memanggil nama ku.

"Iya? "

"Apakah kau suka melihat pemandangan malam yang tenang? " Tanya Kai.

"Aku suka sekali. " Jawab ku.

Kami berdua pun berjalan perlahan lahan bersama. Kami berusaha agar tetap menikmati indahnya cahaya rembulan.

-Berakhir bersama mu-

Keesokan hari nya. Ayam berkokok, dan burung berkicau. Mata ku tersilaukan oleh sinar mentari. Mentari pagi selalu datang mengakhiri mimpi ku.

Tiba tiba adikku datang membuka pintu kamarku dengan keras.

"Kakak, bangun! " Seru adikku.

"Iya, iya, 5 menit lagi. " Ucap ku dengan nada lemas.

"Ini sudah jam 6, nanti kita terlambat! Alarm nya juga sudah berbunyi dari tadi. " Ucap adikku.

"Ahg ... Malas. "

"Kak Kai sudah menunggu dibawah. " Ucap adikku.

Seketika aku pun langsung beranjak dari kasur ku. Aku bergegas menuju kamar mandi, dan bersiap siap. Adikku turun dari anak tangga untuk menemui Kai.

"Sebentar kak Kai, kak Dara sedang bersiap siap. " Ucap adikku kepada Kai.

"Yasudah, tak apa apa. Aku pun sudah tau kakak mu seperti itu, kok. " Ucap Kai.

"Kai maaf telah membuat mu menunggu, tadi alarm nya rusak. " Ucap ku yang sedang turun dari tangga.

"Tapi-" Aku menutup mulut adikku.

"Shhtt. "

"Sudah, ayo berangkat. " Ucap Kai.

Aku, Kai, dan adikku pun berangkat bersama. Ditengah perjalanan, adikku memisahkan diri dari kami berdua dan melanjutkan perjalanan kesekolahnya sendiri. Aku dan Kai telah sampai di gerbang sekolah.

Kami menatap gedung sekolah yang tinggi berwarna hijau dan kuning. Lalu kami melanjutkan perjalanan, dan mulai menaiki anak tangga untuk sampai ke kelas kami yang berada di lantai dua. Kami melihat papan nama kelas kami. "Kelas 11A. "

Kami memasuki ruangan kelas, terlihat teman sekelas kami sedang melakukan aktivitas nya. Kebanyakan dari mereka sedang mengobrol, tapi tak jarang ada yang sedang berlari larian. Sedikit dari mereka sedang belajar.

Aku duduk di bangku ku disebelah kiri tepat di dekat jendela. Sedangkan Kai duduk disebelah ku. Bel berbunyi. Guru guru sudah mulai masuk kelas untuk mengajar. Tiba tiba ada seorang lelaki berambut hitam bermata kuning menghampiri kami.

"Kai, Dara, Kumpulkan PR bahasa Indonesia. " Ucap lelaki itu.

"Eh! Ada PR Indonesia, Medi? " Aku sontak terkejut.

"Kau lupa? " Ucap lelaki itu.

"Bagaimana ini! Pasti kita akan dimarahi oleh pak Rizal. " Ucap Kai gemetar ketakutan.

"Haduh, yasudah! Aku akan memberitahu pak Rizal. " Ucap lelaki yang kupanggil Medi itu. Kemudian ia meninggalkan kami dan mengambil PR murid lain.

"Sudah semua Medi? " Tanya pak Rizal.

"Kai, Dara, dan Raka tidak mengerjakan, pak. " Jawab Medi.

"Hah? Bagaimana bisa? Kai, Dara, Raka! Lari keliling lapangan tiga kali lalu hormat bendera! " Ucap pak Rizal.

Aku, Kai dan Raka pun berjalan menuju lapangan. Kami berlari mengitari lapangan sekali.

"Eh.... Tunggu tunggu.... Aku lelah. Mengapa lapangan ini panjang sekali? " Ucap ku dengan nafas tak beraturan.

"Hei! kita sudah berlari keliling lapangan tiga kali, kan? " Kai mengedipkan mata nya berharap aku dan Raka mengerti maksud perkataannya.

"10 kali, loh. " Ucap Raka.

"Ah, iya, iya, lelah sekali, ya? " Tanya ku.

"Iya, iya lelah sekali. " Kai mengiyakan.

"Benar, kita sangat rajin, ya. " Ucap Raka.

"Eh, Raka, kau tahu tidak kenapa ginjal ada 2? " Tanya Kai.

"Aku tidak tahu. " Jawab Raka.

"Kalau 1 ganjil, kalau 3 ganjar. " Kai tersenyum lebar.

Aku sedikit tertawa, namun berusaha kutahan. "Ish, kau tertawa. " Ucap Raka. "Humor ku jelek sekali! " Ucap ku.

Menit demi menit berlalu. Tak terasa. Mungkin karena kami memenuhi nya dengan canda tawa. Aku suka mendengar ocehan mereka. Tanpa mereka, hidup ku akan terasa hampa.

Aku berharap selamanya seperti ini.

Berakhir bersama muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang