1 | Kai.

0 0 0
                                    

1

Pagi yang cerah. Burung burung berkicauan, dan ayam ayam mulai berkokok. Sinar mentari berhasil menyilaukan mataku, hingga akhirnya aku terbangun dari mimpi ku.

"Sudah pagi saja, ya. "

Aku memasang posisi duduk, dan mengusap usap kedua mata ku. Tiba tiba pintu ku diketuk kencang.

"Kakak! "

Suara itu sangat familiar. Yah, itu adikku.

"Bangun, kak! Kak Kai sudah menunggu kakak dibawah. " Adikku membuka lemari ku dan melemparkan rok hitam panjang milikku.

"Ih, iya iya! " Aku mendorong adikku untuk keluar kamarku. Adikku pun menuruni tangga.

"Sebentar, ya, kak Kai, kak Dara masih siap siap. " Ucap adikku.

"Iya, tidak papa. " Ucap Kai.

Tiba tiba ada suara ketukan pintu. "Iya? " Adikku berlari kearah pintu. Kemudian membuka pintunya.

"Eh! Kak Raka. "

"Hehe. Eh, Kai, mengapa kau kemari? " Tanya Raka.

"Aku akan pergi bersama Dara, dan kau? Mengapa kau kemari? " Kai menatap Raka dengan tatapan tajam.

"Tidak. Aku.... Emm, aku pergi dulu, ya, dadah! " Raka pergi dan menutup rapat pintu rumahku.

"Dia kenapa, sih? " Batin Kai.

"Kai! Maaf aku lama. " Ucapku menuruni anak tangga.

"Eh, iya tidak papa. "

"Yasudah. Oh, ya! Kau mau kita pergi kemana? " Tanya ku.

"Ada kafe baru di dekat sini, kita pergi kesana saja. " Jawab Kai.

"Wah, boleh! Tapi, kau yang bayar, kan? " Ucap ku.

"Iya, tenang. "

> Kafe

"Kai! Aku ingin memesan ini. boleh, tidak? " Tanya ku.

"Pesan saja, tidak papa. " Jawab Kai.

"Apa kau serius? Kai! Menikah lah dengan ku! " Seru ku.

"Hal sesederhana itu membuat mu mengajakku untuk menikah. " Ucap Kai.

"Ehehehe. "

Aku pun memanggil pelayan, dan memesan pesanan kami.

"Sebenarnya.... Aku tak masalah jika kau ingin menikahiku. " Batin Kai.

Tanpa sadar, ia melamun.

"Kai... Kai? Kai! Woi, Yanto! "

"Eh.... iya? " Kai berhenti melamun.

"Kau jangan melamun! Nanti kau kerasukan. " Ucapku.

"Maaf. " Ucap Kai dengan nada malas, kemudian memalingkan pandangannya dariku.

"Dingin sekali, ih. " Ucap ku meledek Kai.

Pesanan kami pun sampai. Aku memakan pesanan ku dengan sangat lahap.

"Pelan pelan, nanti kau tersedak. " Kai mengingatkan.

"Tidak aka-UHUKG UHUKG! "

"Aku sudah memberitahu mu. "

Tik, tok....

Bunyi jarum jam. Saat melihat jarum jam di kafe itu, aku terkejut ternyata sudah jam 17.45. Tak terasa, langit sudah hampir menjadi gelap.

"Eh, sudah gelap, ayo pulang. " Ucap ku

"Yasudah, ayo. "

Kai mengantarkan ku pulang menggunakan motor merah miliknya. Sepanjang perjalanan, kami hanya membahas soal sekolah ataupun serial kartun.

Aku dan Kai pun sampai di depan rumahku.

"Terimakasih, Kai! Jikalau bisa, traktir aku lagi, ya! " Aku tersenyum manis.

"Iya, deh, iya. " Ucap Kai dengan nada malas.

Kai menatap ku yang sedang membuka pintu lalu memasuki rumah.

Kai diam sejenak. Wajah mulai memerah. Jantung nya berdetak dengan kencang. Ia mulai merasakan kehangatan. Hingga perlahan lahan hati nya di penuhi rasa cinta.

"Ah! Apa yang aku pikirkan? " Batin Kai. Kai mulai menutupi wajah merah nya dengan kepalan tangan kirinya. Ia memegangi dada nya, bukan, lebih tepatnya di bagian jantung.

Jantung nya semakin berdetak kencang, entah mengapa.

"Aku.... mungkin.... Menyukai nya." Batin Kai.

Raka yang sedang mengendarai motor, tanpa sengaja melihat Kai. Karena penasaran, Raka menghampiri Kai.

"Kai! Kau sedang apa? Sudah mau malam, loh. " Ucap Raka sembari turun dari motornya.

"Eh.... Aku.... " Kai masih menutupi wajahnya.

"Itu, kenapa muka mu kau tutupi? " Tanya Raka.

"Huh ... Hanya ... Ya ... Kau tidak perlu tau! " Jawab Kai.

"Dish. Eh, apa kau mau main bersama nanti malam? Besok hari minggu, kan? Sekalian saja kita bergadang. " Ajak Raka.

"Boleh! " Ucap Kai menerima ajakan Raka.

Berakhir bersama muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang