2 | Raka

0 0 0
                                    

2

Mentari pagi datang, mengakhiri mimpi ku. Suara ayam berkokok, terdengar jelas di telinga ku. Perlahan lahan, aku memasang posisi duduk. Aku menoleh kearah jendela yang berada tepat di sebelah kanan kasur ku.

Burung burung berkicauan.

Tiba tiba ada suara telefon yang berasal dari ponsel ku yang ku taruh diatas meja belajar ku. Aku berjalan menuju meja belajar ku untuk mengambil ponselku. Saat aku menatap layar ponselku, terlihat jelas nama Raka disana. Aku segera mengangkat telefon tersebut.

"Dara! Main, yuk! " Ajak Raka.

"Main apa? " Tanya ku.

"Main petak umpet! " Jawab Raka.

"Ahh, aku malas, Maaf. "

"Yasudah, mungkin ke taman? "

"Boleh, kapan? "

"Sekarang saja, aku jemput, ya! "

"Oke. "

Raka menutup telfonnya. Aku bergegas memakai rok hitam panjang yang ku gantung dilemari. Perlahan lahan aku memasukkan kancing baju ku satu persatu. Tiba tiba adikku membuka pintu kamar ku dengan sangat kencang.

"Hei! Santai saja, dong! " Seru ku.

"Berisik. " Ucap adikku.

"Kak Raka sudah menunggu dibawah! " Lanjut adikku.

"Oh, oke. "

Aku pun berjalan turun dari anak tangga. Saat sampai dianak tangga terakhir, aku dapat menatap Raka yang sedang memakai hoodie berwarna hitam. Rambut nya sungguh berantakan. Namun itu malah membuat wajahnya menjadi tampan.

"Kau pakai hoodie hitam? Kau mirip seperti orang yang mencurigakan, apa mungkin-"

"Hei! mengapa kau berfikiran seperti itu, Ra? " Raka memotong ucapan ku.

"Ehehe, yasudah, ayo ke taman! "

Aku pun berjalan menuju pintu rumahku, kemudian aku keluar dari rumahku, dan disusul oleh Raka.

"Dara, kesini dan naik motor ku. " Ucap Raka yang sedang berdiri tepat disebelah motor miliknya.

"Oke. "

Aku pun menaiki motor milik Raka. Motor sudah bergetar, berarti motor sudah dinyalakan dan sedang dipanaskan. Setelah itu, Raka membawaku ke taman menggunakan motor yang sedang kami naiki.

Di perjalan, hembusan angin membelai rambut ku. Namun, udaranya menyegarkan. Aku tersenyum kecil sambil menatap langit.

Tak terasa kami sudah sampai di taman. Taman yang begitu indah, penuh dengan bunga bunga. Bunga anggrek, bunga lavender, bunga mawar, bunga melati, dan lain sebagainya. Bau bunga itu sangat nyaman untuk dihirup. Sangat wangi.

Raka menatap ku yang sedang kegirangan saat melihat bunga bunga itu.

"Kau suka bunga? " Tanya Raka.

"Suka. "

Singkat, padat, dan jelas. Aku tak ingin melontarkan banyak kata dari mulutku. Aku hanya ingin menatap keindahan bunga bunga ini. Sangat indah. Rasanya seperti dimimpi. Aku pun sedikit mendekati bunga anggrek yang berada didepan ku, dan kemudian aku memasang posisi jongkok.

Aku memegangi bunga itu. Tanpa kusadari, Raka juga berjongkok sambil menatap bunga di sebelah ku.

"Ih! Jangan mengikuti ku! . " Ucap ku.

"Mengapa? Terserah aku, lah. "

Aku berusaha tak mempedulikan Raka, dan kembali memandangi bunga bunga itu.

"Indah sekali, bukankah begitu Raka? " Aku menoleh kearah Raka yang kukira sedang melihat bunga, tapi ternyata ia menatap kearah ku sedari tadi.

"Eh. " Raka berhenti menatap ku dan mulai melihat bunga bunga.

Suasana menjadi hening. Bahkan aku sudah bosan melihat bunga bunga ini. Sedangkan Raka, ia seperti orang yang sedang demam. Wajah nya sangat merah layaknya tomat. Aku menoleh kearah Raka.

"Raka! Wajah mu merah, apa kau baik baik saja? " Tanya ku.

"Eh! Ini ... Bukan apa apa, kok! " Jawab Raka menutupi wajahnya menggunakan kepalan tangan kirinya.

Aku terdiam sejenak. Kemudian bertanya lagi.

"Kau demam? "

"T-tidak. "

"Em, yasudah. "

Setelah melihat bunga, aku mengajak Ilham untuk memakan eskrim yang dijual didekat taman. Setelah membeli eskrim, kami berjalan jalan mengitari taman. Tanpa sadar, langit mulai gelap. Kami sudah harus pulang.

"Dara, pulang, yuk! " Ajak Raka.

"Ayuk! "

Raka mengantarkan ku pulang menggunakan motor miliknya. Dalam perjalanan, rasa nya sangat sejuk. Hembusan angin terus menerus membelai rambut ku.

Dan, akhirnya kami sampai di depan rumah ku.

"Terimakasih Raka! "

"Sama sama Dara. "

Aku berjalan masuk menuju rumah ku, sedangkan Raka hanya berdiri menatap ku dari luar.

"Manis. " Lirih Raka.

Berakhir bersama muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang