3 | Si anak baru

0 0 0
                                    

3

Derasnya hujan dan kerasnya suara hujan, membuat ku terbangun lebih awal dari biasanya. Saat aku menengok jam di dinding, aku dapat melihat dengan jelas jarum jam menunjukkan pukul 05.10.

Aku berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh muka. Saat sampai, aku memutar keran di wastafel. Aku menampung air keran dengan kedua tangan ku, lalu membasuh muka ku dengan air keran itu.

Aku mengambil sikat gigi yang ku taruh di gayung dekat wastafel, dan menaruh pasta gigi diatas sikat gigi itu. Lalu aku menggosok gigi ku menggunakan sikat gigi itu.

"Dara! "

Aku mendengar sebuah suara memanggil nama ku. Suara itu berasal dari balik pintu rumah.

"Sebentar! "

Aku segera memasuki kamar ku dan memakai seragam sekolah ku dengan cepat. Aku pun bergegas menuruni anak tangga dan membukakan pintu untuk orang yang memanggilku tadi.

"Hai, Kai.... Eh, Raka? "

Aku terkejut mengetahui Raka juga berada diluar rumah ku. Kupikir hanya Kai yang berada diluar. Karena, yang kudengar tadi hanya suara Kai.

"Ayo berangkat, kita.... Sudah lama, kan, tidak berangkat bertiga? " Ucap Raka.

"Eh, iya! Sudah sekitar 3 bulan, ya? " Ucap ku.

"Yasudah, ayo. " Ucap Kai.

"Sebentar! Tunggu adik ku dulu. "

Setelah adik ku selesai bersiap, kami berempat berjalan bersama, dan seperti biasa adikku akan berpisah di tengah jalan.

Udara pagi memberikan sensasi menyejukkan. Tak terasa, kami sudah sampai di depan sekolah.

Kami pun memasuki gerbang sekolah, dan menaiki anak tangga untuk menuju ke kelas kami. Kelas 11A.

"Hei! Pak Suhendar menyuruh kita untuk duduk sesuai absen! " Tiba tiba Medi menghampiri kami bertiga yang sedang duduk bersebelahan.

"Oh.... Yasudah, deh. " Ucap Raka sembari bangun dari posisi duduk.

"Dara! Kau absen nomor 6, duduk disana! " Ucap Medi menunjuk tempat duduk.

"Aku.... Absen berapa, ya? " Kai tiba tiba lupa dengan nomor urut absennya.

"Ih, kau absen nomor 15. " Ucap Raka.

Ilham berjalan menuju meja nya, meja nomor urut absen 18. Aku dan Kai pun ikut duduk di bangku nomor urut absen kami.

Kringg....

Bel berbunyi, seluruh siswa dan siswi diwajibkan untuk memasuki kelas masing masing. Seluruh murid dikelas ku duduk rapi di bangku masing masing.

Pak suhendar alias wali kelas kami, memasuki kelas. Namun yang membuat kami sekelas keheranan, ada seorang lelaki berambut hitam dan memakai kacamata hitam di belakang pak Suhendar.

"Selamat pagi anak anak. "

"Selamat pagi pak! "

"Sebelum memulai pelajaran, saya ingin mengumumkan bahwa kelas kita kedatangan murid baru. Silahkan, nak. "

Lelaki itu berjalan kedepan papan tulis. Ia membenarkan posisi kacamatanya. Saat semua orang menatapnya, dapat terlihat jelas wajah datar nya, serta rambut hitam nya. Namun, netra zamrud nya sangat lah indah. Membuat kami sekelas terpukau dengan keindahannya.

"Hai, nama ku Karisma Adinata Putra Raditya. Panggil Karis saja. " Lelaki itu memperkenalkan diri dengan nama Karis.

"Hai Karis! "

"Selamat datang! "

"Karis! "

"Halo,Ris! "

"Salam kenal Karis!

Anak anak kelasku menyambut hangat kedatangan Karis. Namun, Karis sama sekali tak menerima sambutan hangat itu. Rasa nya, memang sangat sulit untuk berteman dengan nya.

"Karena duduk sesuai absen.... Karis, kamu duduk diantara Kinan dan Latifa, ya. " Ucap pak Suhendar sambil menunjuk sebuah meja.

"Ya, pak. "

Karis berjalan menuju meja yang dimaksud. Kinan dan Latifa hanya menatap Karis dengan senyuman, sedangkan Karis? Ia hanya langsung duduk. Tak menyapa ataupun berkenalan.

"Baik anak anak, buka buku...."

Pelajaran dimulai. Kami sekelas mendengar kan pak Suhendar yang sedang menjelaskan. Yah, tidak semua nya juga. Beberapa ada yang tidur, namun pak Suhendar mempersilahkan asalkan tidak mengganggu pelajaran.

Kringg....

Bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa dan siswi diperbolehkan untuk istirahat.

"Dara, ke kantin, yuk! " Ajak Kai.

"Ayok! "

"Hei, aku juga ingin ikut! " Raka tiba tiba datang dan merangkul Kai.

"Yasudah, ayo! " Ucap Kai.

Kami bertiga berjalan menuju kantin bersama. Sesampainya dikantin, aku melihat Karis yang tengah duduk di bangku kantin. Dia tidak sendirian, beberapa teman sekelas ku menghampiri nya dan mengajak nya mengobrol. Namun tak satupun dari mereka yang berhasil membuat Karis tertarik dengan ajakan nya.

Aku, Kai, dan Raka membeli beberapa makanan. Setelah itu, kami duduk dimeja kantin yang berada tepat di depan Karis. Aku menatap Karis. Lebih tepatnya, aku menatap netra zamrud indah nya itu.

"Apa? "

Karis menyadari bahwa aku menatap nya. Aku terkejut.

"Em.... Karis, nama ku Dara! Salam kenal, ya? " Aku memperkenalkan diri ku.

"Hmm." Ucap Karis dengan nada mengiyakan.

Berakhir bersama muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang