S1 | 4. Demi Nilai Magang (Annisa)

24.8K 39 0
                                    

SEJAK insiden pemberian kunci jawaban yang ketahuan oleh pembuat soal ujian langsung, Annisa jujur saja merasa aneh dengan dirinya sendiri. Setiap berpapasan dengan Pak Rudi, dia malah menunduk dan tidak sengaja menatap sesuatu di bawah perut pria paruh baya itu. Otak kotornya memikirkan batang besar yang tersembunyi di balik celana bahan itu.

Hari ini hari Jumat, dimana sekolah selesai jam 12 siang, sedangkan sisa murid yang masih berada di sekolah sibuk mengikuti ekstrakulikuler. Sedangkan Annisa, dia masih sibuk di ruangannya untuk memeriksa tugas siswanya.

Ting!

Annisa mengalihkan pandangan dari buku tulis siswanya, lalu membuka ponselnya dan melotot begitu melihat pesan dari Pak Rudi.

Pak Rudi Supervisor: [Foto Annisa yang telanjang dan mengangkang lemas di sofa]
Pak Rudi Supervisor: Saya tunggu di ruangan saya, atau saya sebar foto ini di grup guru sekolah ini, khusus yang laki-laki tentunya.

"Ka—kapan beliau bisa mengambil foto itu?" gumamnya dengan tangan bergetar. Memang ketika dia sadar dari tidur lemasnya, tidak ada siapapun di ruangan itu.

Tapi yang lebih penting, jangan sampai foto itu tersebar. Oleh karena itu, dengan gerakan tergesa-gesa, Annisa membereskan meja kerjanya dan pergi ke ruangan Pak Rudi yang hanya terpisah satu lantai dengan ruangannya.

Tok... tok... tok...

"Masuk."

Ceklek.

"Kunci pintunya, kamu tidak ingin ada orang lain yang tiba-tiba masuk, bukan?"

"Pak, tapi kita tidak akan melakukan apa-apa. Saya hanya ingin protes, kenapa Bapak mengambil foto saya?" tanya Annisa yang berusaha terlihat lebih tegas. Bukannya tidak sopan, tetapi agar setidaknya pria paruh baya itu menghormatinya sebagai wanita terhormat.

"Untuk bahan coli saya. Kamu kan tidak ingin berzina," cibir Pak Rudi seraya bangkit dari duduknya, lalu menuangkan jus jeruk ke dalam gelas. "Silahkan di minum, sepertinya otak kamu panas karena melihat ancaman saya tadi," lanjutnya.

"Tapi tidak seharusnya Bapak mengancam saya seperti itu," ucap Annisa yang tanpa curiga langsung meminum minuman yang disuguhkan Pak Rudi. Saat ini, dia cukup lelah karena berjalan cepat dari ruangannya menuju kesini.

Pak Rudi tersenyum penuh arti sambil mengamati Annisa yang menghabiskan minuman yang dia suguhkan. Jus jeruk itu tentunya bukan minuman biasa. Dia sengaja menambah obat perangsang dosis cukup tinggi pada jus jeruk itu, mengingat kalau kemarin Annisa tertidur kelelahan hanya karena satu pelepasan saja.

"Maaf, saya hanya tidak tahu cara agar kamu bisa ke ruangan ini dengan cepat," ucap Pak Rudi, sengaja merendahkan dirinya. Tentu saja karena dia mengetahui bahwa nantinya, mahasiswa magang ini akan tunduk dan memohon untuk disetubuhi.

"Memangnya ada apa, Pak?" tanya Annisa seraya menaruh kembali gelas kaca itu.

"Begini, jadi saya ingin menugaskan kamu untuk mendampingi salah satu murid yang ada perlombaan di Bandung," jawab Pak Rudi dengan mata menatap setiap gerak gerik yang ditampilkan Annisa.

"Baik, Pak. Selagi ada transportasinya saya bisa ikut."

"Tapi nanti kamu akan menginap satu malam karena perlombaannya akan berlangsung selama 2 hari. Tapi tenang saja, hotel, makanan, dan transportasi sudah ditanggung oleh sekolah," jelas Pak Rudi panjang lebar.

"Baik, saya bisa Pak."

Pak Rudi terus menjelaskan mengenai tugas Annisa selama disana, namun matanya terus mengamati gerak gerik perempuan itu. Seringainya mengembang ketika menyadari bahwa Annisa mulai gelisah karena beberapa kali mengganti posisi duduknya. Sesekali, kaki kiri Annisa yang ada di atas kaki kanannya dan kadang sebaliknya.

Bunga SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang