Malam pernikahan Pangeran Mahkota Voltra berlangsung megah dan penuh keanggunan. Istana kerajaan penuh dengan kilauan cahaya lilin, gemerincing kristal, dan sorak sorai para bangsawan. Sang Raja Halilintar duduk di singgasananya dengan wajah penuh kebanggaan, sementara Ratu Rose, dengan rambut pirangnya yang terurai indah, menyaksikan upacara tersebut dengan senyum lembut, meski sorot matanya tak dapat menyembunyikan kesedihan yang mendalam. Mereka tahu bahwa Voltra, putra mahkota kerajaan, tidak sepenuhnya merestui pernikahan ini. Pernikahan politik yang dirancang demi memperkuat aliansi kerajaan, namun bertentangan dengan kehendak hati sang pangeran.
Di balik tatapan dingin Voltra saat berdiri di altar, hanya ada satu bayangan yang mengisi hatinya—Kyra. Gadis desa yang sederhana namun mempesona. Tubuhnya mungil dan senyumannya mampu meluluhkan kekakuan sang pangeran yang terkenal keras hati. Kyra bukanlah bangsawan, ia hanyalah seorang gadis biasa yang tinggal di desa kecil di bawah naungan kerajaan. Namun, bagi Voltra, Kyra adalah segalanya. Ia telah jatuh cinta sejak pertama kali melihat gadis itu di pasar desa, di mana Kyra dengan tangan lembutnya menawarkan bunga kepada penduduk.
Dan kini, di malam pernikahannya, Voltra merasakan beban yang tak tertahankan. Pernikahan ini tidak berarti apa-apa baginya. Ia tidak mencintai perempuan yang kini menjadi istrinya, dan hatinya berontak. Setelah acara pernikahan selesai dan pesta terus berlanjut, Voltra menyelinap keluar dari istana. Ia tak memedulikan aturan, tak memedulikan tanggung jawab yang menjeratnya. Malam itu, ia memutuskan untuk mengikuti panggilan hatinya.
Dengan jubah yang diselubungi malam dan langkah yang tak terdengar, Voltra menunggangi kudanya, menuju kediaman gadis sebatang kara itu. Cahaya bulan memandu jalannya, dan angin malam yang dingin seolah menyambut keputusan yang telah ia buat. Malam itu adalah malam pernikahannya, tetapi hatinya tak berada di istana. Ia merasa terkekang oleh mahkota dan peranannya sebagai pewaris tahta. Hanya Kyra yang mengisi pikirannya, gadis desa yang berhasil membuatnya merasa hidup.
Saat tiba di gubuk sederhana, Voltra mengetuk pintu dengan lembut. Di balik pintu, Kyra terkejut saat mendengar ketukan itu, tak menyangka siapa yang berdiri di sana. Ketika ia membuka pintu, dilihatnya Pangeran Voltra, wajahnya penuh dengan kesuntukan dan kelelahan emosional. Rambutnya sedikit acak, dan matanya berkilat-kilat dengan campuran kemarahan dan kepedihan.
"Pangeran, apa yang Anda lakukan di sini? Malam ini... malam pernikahan Anda..." suara Kyra bergetar, campuran antara kebingungan dan kecemasan.
Namun, sebelum Kyra sempat berkata lebih jauh, Voltra tiba-tiba mendekat dan, dengan emosi yang tak terkendali, mengangkat tubuh mungil gadis itu seperti karung. "Kau milikku, Kyra!" suaranya serak, hampir seperti rintihan, menunjukkan betapa tertekannya ia dengan semua yang telah terjadi.
"Voltra! Lepaskan aku!" Kyra meronta dalam pelukan pangeran, tubuhnya yang kecil mencoba melawan kekuatan pria yang jauh lebih besar darinya. Ia terus menendang dan memukul punggung Voltra, tapi sia-sia. Pangeran itu tetap teguh, membawanya ke arah kuda yang sudah siap di depan gubuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot (Dewasa) 18+++ 21+++
Short StoryKawasan adegan ranjang Cast Boboi Boy 💦🔞⚠️