In a Hotel (Halilintar-Rose)

160 2 0
                                    

Malam itu, Osaka berkilauan oleh lampu-lampu gemerlap yang mencerminkan kehidupan malam para konglomerat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, Osaka berkilauan oleh lampu-lampu gemerlap yang mencerminkan kehidupan malam para konglomerat. Di dalam ballroom megah, dentingan gelas sampanye dan tawa para tamu mengalir seperti alunan musik yang tak pernah berhenti. Halilintar Amato, pewaris utama dan si sulung dari keluarga Amato yang berkuasa, berdiri dengan postur tegap di tengah ruangan. Dia mengenakan setelan jas hitam yang terlihat sempurna di tubuh atletisnya. Matanya tajam, mengawasi semua yang terjadi di sekitar mereka, namun fokusnya hanya pada satu hal—Rose.

Rose, dengan gaun merah panjang yang membalut tubuh rampingnya, duduk di samping Halilintar. Meski dia tersenyum kepada para tamu yang datang menyapa, rasa lelah yang merayapi tubuhnya sulit disembunyikan. Mereka telah menghadiri pesta demi pesta dalam beberapa minggu terakhir, dan Osaka hanyalah satu lagi dari rangkaian kemewahan yang harus mereka hadiri. Namun malam ini, Rose merasa tubuhnya hampir menyerah.

Sayangnya Rose harus menahan lelah. Usai pesta, Halilintar membawanya kedalam salah satu kamar VIP hotel, dengan hiasan yang sangat intens dan romantis. Rose terkejut, seluruh tubuhnya menegang saat Halilintar mendorongnya perlahan ke ranjang yang dipenuhi kelopak mawar merah. Aroma manis mawar dan wewangian terapi memenuhi udara, menyelimuti mereka dalam suasana yang begitu intim dan penuh gairah. Cahaya lampu redup di kamar VIP hotel itu hanya memperkuat aura romantis yang seolah siap membakar.

Halilintar, dengan tatapan penuh dominasi, berada di atas tubuh Rose. Jemarinya lincah menyibak gaun yang tadi begitu anggun dikenakan Rose. Sekali tarikan halus, gaun itu terbuka, memperlihatkan kulit lembutnya yang kontras dengan mawar merah di bawahnya.

"Hallii..." desah Rose, suaranya penuh keletihan. Namun sebelum dia bisa mengatakan lebih banyak, Halilintar dengan cepat menyelipkan tiga jarinya dalam Rose, mengisinya secara tiba-tiba. Kejutan itu membuat Rose mendesah keras, tubuhnya melengkung ke belakang saat rangsangan yang begitu intens melesat dalam dirinya.

"Akh!" suaranya tertahan, hampir seperti rintihan. Tangannya berusaha mencari pegangan, namun yang dia temukan hanya dada Halilintar yang kokoh di atasnya.

Halilintar tidak menghentikan gerakannya, jemarinya bergerak semakin dalam, cepat dan kuat, memenuhi Rose dengan ritme yang tanpa ampun namun begitu terkontrol. Nafas Rose semakin berat, setiap sentuhan Halilintar membuat dirinya semakin kehilangan kendali.

"Kau sudah lelah, kan? Tapi, malam ini masih panjang," bisik Halilintar dengan suara yang rendah dan penuh hasrat. Pandangan matanya tak pernah lepas dari wajah Rose yang kini memerah karena kenikmatan yang terus menyerang tubuhnya.

Rose menggigit bibirnya, tubuhnya bergetar di bawah sentuhan Halilintar yang tak kenal ampun. Rasa lelah yang menyelimuti tubuhnya semakin berat, namun kenikmatan yang tak tertahankan itu terus menyerang, membuatnya tak mampu sepenuhnya menolak. Dia mengangkat tangannya, mencoba menyentuh dada Halilintar untuk menghentikan gerakan pria itu.

"H-Halii... cukup, a-aku tak bisa lagi..." rintih Rose dengan suara yang terputus-putus, napasnya pendek, seakan kekuatan dalam tubuhnya perlahan-lahan menghilang. "Berhenti... aku mohon..."

Oneshoot (Dewasa) 18+++ 21+++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang