Don't Judge a Book by its Cover (Thorn-Cora)

102 1 0
                                    

Thorn, si bungsu kedua dari tujuh bersaudara, melangkah ringan di koridor kampus yang ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thorn, si bungsu kedua dari tujuh bersaudara, melangkah ringan di koridor kampus yang ramai. Di usianya yang masih 18 tahun, ia sudah memasuki semester tiga di jurusan teknik sipil. Meskipun usianya masih muda, Thorn memiliki kecerdasan yang membuatnya menonjol di antara teman-temannya. Dengan wajah baby face yang selalu tampak polos, Thorn sering kali terlihat lebih muda dari usia sebenarnya, dan sifat kekanak-kanakannya menambah pesona yang tak bisa diabaikan.

Dia adalah sosok yang ceria, dengan senyum yang selalu mengembang di wajahnya. Meskipun ia kadang terkesan manja, Thorn memiliki hati yang besar dan selalu siap membantu teman-temannya. Namun, di balik penampilan polosnya, ada sisi yang hanya dilihat oleh kekasihnya dan adiknya, Solar.

Cora, kekasihnya yang kini masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Cora adalah adik kelas Thorn yang mungil, dengan wajah imut dan baby face yang memikat hati siapa pun yang melihatnya. Meskipun mereka berstatus sebagai pasangan, kebanyakan orang melihat mereka seperti sahabat, karena wajah mereka yang masih awet muda. Cora yang lembut dan lemah sering kali menjadi penyeimbang bagi sifat manja Thorn, menuntunnya untuk lebih bertanggung jawab, meskipun ia sendiri masih perlu banyak belajar tentang kehidupan.

Sore itu, hujan turun dengan deras, membasahi jalanan di sekitar rumah Cora. Thorn, yang baru saja menyelesaikan kuliah dan merasa kelelahan, memutuskan untuk mengunjungi kekasihnya. Saat tiba, ia menemukan Cora sedang duduk sendirian di ruang tamu, menikmati waktu luangnya. Orang tua dan adik Cora, yang masih bayi, sedang melakukan perjalanan bisnis ke Singapura, meninggalkan Cora di rumah.

Cora menyambut Thorn dengan senyuman manis, menandakan betapa senangnya dia melihat kekasihnya. Mereka berdua duduk di sofa, dengan buku PR di depan mereka. Thorn, yang memang pintar, dengan sabar membantunya menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Suasana terasa hangat, tertawa kecil dan canda menghiasi obrolan mereka. Ketika hujan mulai mengguyur dengan lebih deras, suara gemuruh dari langit seolah menambah suasana intim di antara mereka.

Setelah menyelesaikan PR, mereka berdua memutuskan untuk menonton film favorit mereka. Thorn mengambil mantel yang disiapkan untuk pulang, tetapi saat menatap langit yang gelap dan mendengar suara hujan, ia ragu untuk pergi.

"Ra," ucap Thorn dengan nada yang tidak biasa, mengalihkan perhatian Cora dari layar TV, "sex yuk."

Pernyataan itu keluar dari mulutnya dengan nada seakan-akan mengajak Cora untuk bermain di luar, seperti anak-anak yang bercanda di sekolah dasar. Namun, di balik penampilan polos dan manisnya, Thorn memiliki sisi lain yang lebih dewasa, yang hanya diketahui oleh Cora dan beberapa orang terdekatnya.

Cora terkejut, terdiam sejenak saat kata-kata Thorn terucap. Kenangan satu kali mereka melakukannya kembali terbayang jelas dalam benaknya. Saat itu, entah apa yang dipikirkannya, ia membiarkan Thorn menyentuhnya tanpa melawan. Kini, saat harus menghadapi kenyataan lagi, perasaannya campur aduk. Di satu sisi, ia bersyukur Thorn masih setia dan menjadi pria baik yang paham batasan-batasan dalam interaksinya dengan wanita lain, tetapi di sisi lain, ia merasa belum siap untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih dalam.

Oneshoot (Dewasa) 18+++ 21+++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang