Lunch (Solar-Clara)

117 1 0
                                    

Siang itu, Clara sibuk menyiapkan makan siang di dapurnya yang kecil namun rapi. Aroma ayam panggang memenuhi ruangan, dan suara desisan wajan yang memanas mengiringi setiap gerakannya. Hari ini bukanlah hari biasa. Ini adalah kali pertama Clara dan Solar akan makan bersama setelah momen bersejarah minggu lalu, saat Solar, kekasihnya, melamarnya tepat di hari wisudanya. Momen yang sangat sederhana namun penuh makna, khas Solar yang tak pernah berlebihan.

Solar, sosok yang dingin namun selalu penuh perhitungan, adalah seorang profesor yang tak hanya diakui karena kejeniusan dalam menciptakan robot, tetapi juga karena sikapnya yang apa adanya. Kata-kata yang keluar dari mulutnya selalu tepat sasaran, tanpa peduli apakah itu menyakiti atau tidak. Baginya, fakta adalah fakta. Ketika setahun yang lalu Solar meminta Clara menjadi kekasihnya, dia tidak mengungkapkan perasaan dengan cara romantis seperti pria pada umumnya. Ia hanya mengatakan, "Aku ingin kamu menjadi kekasihku karena aku serius denganmu."

Clara saat itu terkejut, tetapi ia tahu, itulah Solar. Sejak awal hubungan mereka, pria itu tidak pernah menutupi keseriusannya. Bahkan, ketika Clara menunda lamaran pertama Solar karena alasan kesibukannya dengan skripsi, Solar menerimanya tanpa banyak tanya. Pria itu memang mapan dan siap untuk menikah kapan saja, namun Clara tahu, Solar juga menghargai keinginannya.

Kini, setelah Clara berhasil menyelesaikan S1, ia mulai memikirkan langkah ke depan. Kehidupan bersama Solar bukanlah hal yang perlu diragukan, tapi Clara memiliki mimpi lain—melanjutkan studi ke jenjang S2. Ia tahu Solar tak akan menentangnya, pria itu selalu mendukung apapun yang bisa mereka capai bersama, selama logis dan dapat dijalani.

Pintu apartemen terbuka, dan Solar masuk dengan langkah tenang. Pria itu mengenakan pakaian kasual, sesuatu yang jarang ia kenakan di luar laboratoriumnya. Matanya langsung tertuju pada Clara, yang masih sibuk di dapur.

Pintu apartemen terbuka pelan, dan Solar masuk dengan langkah ringan, hampir tanpa suara. Pakaian kasual yang ia kenakan hari ini terasa berbeda, sesuatu yang jarang Clara lihat di luar laboratoriumnya. Saat pandangannya tertuju pada Clara, yang sibuk di dapur dengan apron sederhana, bibirnya yang biasanya datar sedikit melengkung.

Tanpa berkata-kata, Solar mendekati Clara, dan dengan gerakan lembut namun penuh kepastian, ia memeluk kekasihnya dari belakang. Tubuhnya bersandar pada bahu Clara, sementara tangan dinginnya melingkar di pinggangnya yang ramping. Solar menunduk, mencium leher jenjang Clara yang putih, aromanya tercium samar-samar, namun cukup kuat untuk menarik perhatiannya.

Clara yang merasakan sentuhan Solar, hanya tersenyum tipis. Tangan kanannya masih sibuk mengaduk sayur di panci, sementara tangan kirinya perlahan bergerak menyentuh tangan Solar yang melingkari pinggangnya. Kehadiran Solar di belakangnya seperti angin sejuk yang menyelimutinya.

"Parfum kamu baru, hm?" suara Solar terdengar rendah, hampir berbisik. Matanya tertutup sesaat, menikmati aroma manis yang berbeda dari biasanya. Solar memang selalu memperhatikan Clara dengan detail—bukan hanya rutinitasnya, tapi juga setiap hal kecil yang ia pakai. Baginya, mencintai seseorang berarti memahami seluruh keberadaannya, dari hal besar hingga yang paling sederhana.

"Heem, kamu suka?" Clara membalas dengan nada lembut, matanya masih fokus pada masakan di hadapannya, namun hatinya terasa hangat.

Solar menarik napas panjang, membiarkan aroma itu memenuhi indranya, sebelum menjawab dengan suara yang hampir tak terdengar, "Semua tentangmu, aku suka." Bibirnya nyaris menyentuh telinga Clara saat ia berbisik, membuat bulu kuduk Clara meremang karena kelembutan suaranya.k.

"Setelah ini kita pergi, aku butuh pendapatmu," kata Solar, suaranya datar namun penuh intensi.

Clara mengerutkan dahi, sedikit bingung sambil menyelesaikan memasak. Ia memindahkan sayur ke piring dan membawa hidangan itu ke meja makan, namun Solar masih memeluknya erat dari belakang, seolah enggan melepaskan. Rasanya seperti ada sesuatu yang mendesak, tapi Solar, seperti biasa, tak pernah tergesa-gesa.

Oneshoot (Dewasa) 18+++ 21+++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang