aresan and his girl

158 17 6
                                    

B-SIDE

ARESAN STORY

gelap, malam datang dengan tenang walau hati Aresan terus berkecamuk dengan rasa yang terus tak henti hentinya cemas. ia menunggu Sehan di taman kala itu.

sebelum ia meninggalkan kota ini, sekali saja, Aresan ingin melihat kehadiran Sehan di depannya. sekali saja, Aresan ingin memeluknya untuk yang terakhir kali.

tapi tiga jam berlalu begitu saja dengan tubuhnya yang sudah basah kuyup diterjang hujan. Aresan menyisir rambutnya ke belakan, merasa sudah tak memiliki harapan lagi.

ia takkan menunggu lagi.

ia pikir, mungkin Sehan marah kepadanya.

Aresan pikir, Sehan tak menunggunya.

Aresan pada akhirnya pergi dari sana,  membawa motornya menerjang jalanan yang basah. tanpa tahu tiga menit setelahnya Sehan datang dengan membawa kekecewaan.

***

membuka pintu rumah dengan rasa kecewa yang tertumpuk, Aresan mendapati koper yang berdiri tegak di depannya. koper miliknya.

"Ganti pakaianmu, kita berangkat malam ini," suruh ibu.

Aresan mengangguk. ia berjalan ke kamarnya yang sudah sangat sepi.

benar, semuanya benar-benar sudah hilang. benar, semuanya sudah sia-sia.

"Bangsat," cecarnya kala pintu kamar rumahnya sudah tertutup rapat. tangannya bergetar diikuti Isak tangis.

bohong kalau Aresan tidak merindukan Sehan. bohong kalau dirinya tidak mencintai Sehan.

ia menyesal, sungguh. menyesal telah meninggalkan Sehan begitu saja.

Aresan menggeleng

"Oke, Aresan, Anggap saja Sehan gak suka sama lo, anggap aja sehan cuma tetangga lo, anggap saja Sehan sebagai...

bagian dari masa lalu.."

***

malam sudah berganti menjadi malam, pagi sudah terlewat menjadi pagi lagi. sudah lima hari berlalu, sudah empat hari Aresan berada di negri asing ini.

Aresan menyesap kopi hitamnya yang diikuti hembusan napas yang menjadi kepulan asap.

tidak, bukan nikotin dan sebagainya, tetapi suhu di sana dingin sehingga napas Aresan bahkan berubah menjadi sebuah embun.

Aresan hanya menikmati pagi yang dingin di balkonnya hanya mengenakan kaus putih dengan luaran hoodie hitam. rumah yang Aresan tempati milik keluarganya, hanya saja hanya Aresan yang tinggal di sana.

suasana hening dan dingin. hingga tiba-tiba saja pintu balkon sebrang milik tetangganya terbuka, menampilkan seorang wanita seumurannya seperti baru saja terbangun dari tidurnya.

Aresan cukup terkejut melihatnya yang tiba-tiba melambaikan tangan kepadanya.

"morn neighbor, what your favorit coffee?" tanya perempuan itu dengan senyum tipis.

Aresan diam sebelum menjawab. "why you asking?"

perempuan itu mengangkat bahunya.
"you are like coffee, and i love coffee."

keduanya terdiam setelah itu. rasa canggung entah malah menjalar pada diri Aresan yang diam tak tahu cara merespon.

perempuan itu tertawa pelan. "Salam kenal, aresan, kan?" ucapnya tiba-tiba membuat Aresan sedikit melebarkan mata kala mendengar bahwa perempuan di depannya berbicara menggunakan bahasanya.

The Boy Is My Next Door | GongfourzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang