Di rumah Jae Sung .…
Jae Sung terlihat senyum-senyum sendiri sambil menatap keluar jendela dari ruang baca. Secara bersamaan, tiga orang pria menghampiri dengan rasa penasaran.
”Sedang memikirkan apa, Hyeong?” tanya Jeong Jae Hwa.
“Bukan apa-apa,” jawab Jae Sung tersenyum lebar.
“Memikirkan perempuan itu, iya kan?” sahut Kim Tae Moo membuat Jae Sung tersenyum salah tingkah.
“Jadi kapan kau akan mengenalkan dia pada kami secara resmi, Hyeong?” lanjut Tae Moo.
“Sebelum itu, apa dia sudah resmi menerimamu, Hyeong?” Min Kyung-soo menepuk bahu Jae Sung.
Sang empu berubah cemberut menurunkan bahunya. Detik berikutnya, dia membusungkan dada sambil melipat kedua tangannya.
“Tentu saja. Aku akan meresmikannya malam ini!” jawab Jae Sung tersenyum bangga.
“Kau yakin? Aku rasa dia tidak begitu tertarik,” ucap Kyung Soo dan tertawa bersama Tae Moo.
“Sialan!”
Jae Sung menahan senyum membayangkan rencananya malam ini meskipun mendapat keraguan dari kedua adiknya tersebut.
Sementara itu, Jae Hwa hanya memerhatikan interaksi mereka dengan mulut tertutup rapat. Tatapannya tidak lepas dari Jae Sung. Ekspresinya begitu datar dengan sorot mata berbeda. Ada sesuatu yang mengganggunya.
“Aku baru ingat—ada sesuatu yang harus ku lakukan. Aku pergi dulu, ya!” Jae Hwa pun bergegas pergi setelah berpamitan.
“Mau kemana dia?” gumam Jae Sung dan dijawab dengan gelengan kepala dari dua orang yang tersisa.
“Hyeong, mengenai acara itu, apa benar tidak apa-apa? Bukan hanya kita dan pegawai perusahaan, beberapa teman juga kolega yang diundang, apa kita bisa menjamin keselamatan semua orang?” tanya Kyung Soo menatap serius.
“Entahlah. Sebenarnya aku juga ragu tapi … jika ayahku sudah mengatakan itu maka pasti tidak apa-apa,” jawab Jae Sung.
“Tetap saja, rasanya—sedikit tidak tenang memikirkannya.” Kyung Soo dan Tae Moo memberi ekspresi ragu yang sama.
“Kalian tenang saja. Semua akan baik-baik saja selama kita bersama. Terlebih lagi, Minji dan semua team akan terus berjaga selama acara berlangsung—sudah pasti kita aman,” kata Jae Sung meyakinkan adik-adiknya.
Dua pria itu hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala mencoba percaya pada sang kakak meskipun keraguan masih sedikit menyelimuti hati keduanya.
“Oh iya, apa kau sudah mendapat informasi tentang Minji? Mengenai latar belakangnya,” tanya Tae Moo mengingat sesuatu.
“Dari yang ku dapat, dia seorang yatim piatu. Dia menguasai beberapa seni bela diri dan berkesempatan bergabung menjadi salah satu bodyguard ayahku. Detail pertemuan mereka—aku tidak tahu. Tapi dia benar-benar bisa diandalkan. Tidak hanya kuat, Minji juga cerdas. Makanya dia juga merangkap sebagai salah satu asisten dan kaki tangan ayahku,” jelas Jae Sung.
“Um … tapi pertemuan ayahmu dan Minji cukup mengejutkan. Bukankah terlalu klise jika dikatakan kebetulan? Melihat bagaimana ayahmu menaruh kepercayaan penuh padanya, bukanlah sesuatu yang bisa kita lihat setiap waktu,” ucap Kyung Soo berpikir kritis.
“Itulah alasannya aku menyelidiki latar belakang Minji diam-diam. Tapi, memang dia anak yang luar biasa. Aku rasa, aku hanya terlalu mencurigainya saja.” Jae Sung melipat kedua tangan dan menaik turunkan bahunya.
Ketiganya lanjut berbincang mengenai pekerjaan dan persiapan pesta malam ini. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Sang Surya telah tertidur dan langit dihiasi kelap-kelip bintang yang sangat indah. Pemandangan sempurna untuk momen malam ini terutama bagi mereka yang mempunyai pasangan.
Satu persatu tamu undangan bersama pasangannya memasuki hotel megah nan mewah yang menjadi tempat acara malam ini. Di pintu masuk, mereka semua diperiksa dan diberikan kartu identitas yang dihimbau untuk selalu menempel di jas atau tas dompet bagi tamu perempuan.
Semua tamu mulai berbaur menemui sesama kolega baru ataupun yang mereka kenal sebelumnya. Terlihat, Mr. Kim Hyun Woo diikuti asistennya juga menyapa tamu satu persatu.
Tidak lama kemudian, Lucy dan Min-Ho juga sampai di lokasi. Keduanya juga dimintai bukti undangan dan diberikan tanda pengenal untuk dipakai selama pesta berlangsung. Keduanya langsung disambut Hyun Woo dan dikenalkan ke beberapa kolega lamanya.
Lucy tampak menawan dan elegan dengan gaun maroon yang digunakannya. Sementara Min-Ho menggunakan setelan formal senada yang membuat keduanya tampak serasi.
Bersamaan dengan itu, The Force muncul dengan pakaian formal yang memberi kesan elegan, rapi dan berkelas. Kedatangan mereka berhasil menyita semua perhatian. Dengan senyuman bangga dan tepuk tangan yang meriah, para tamu menyambut hangat boygrup populer tersebut.
Semua tamu dipersilahkan menempati meja masing-masing dan acara pun resmi dimulai setelah Kim Hyun Woo memberi sambutan di atas podium.
The Star begitu memanjakan para tamunya. Tidak hanya memberi pertunjukan hiburan yang menarik, mereka menyajikan makanan yang enak, berkelas dan berkualitas tinggi.
Di tengah acara yang memanjakan tersebut, Lucy memilih beranjak dari kursinya untuk pergi ke suatu tempat. Berada satu ruangan dengan orang sebanyak itu membuat kepala pusing dan energinya terkuras.
“Kau mau kemana?” tanya Jae Sung.
Pria ini ternyata memperhatikan gerak-gerik Lucy sedari tadi. Kemudian ikut pergi ketika melihat wanita ini beranjak dari tempatnya.
“Cari angin!” jawab Lucy ketus.
“Aku temani. Ayo!” Jae Sung menarik tangan Lucy tapi segera ditahan oleh yang empunya.
“Tidak perlu. Aku ingin sendirian!”
Lucy hendak melangkah tapi kembali berhenti ketika tiga wanita menghampiri mereka dan memanggil Jae Sung dengan nada manja.
“Seo Yeon, lepaskan!” Jae Sung menghempas tangan—wanita bernama Seo Yeon—yang memeluk lengannya.
“Apa yang kau lakukan? Menjauh dariku!” lanjut leader The Force itu memperingatkan.
Bukannya menjauh, Seo Yeon justru tidak menyerah untuk kembali memeluk lengan Jae Sung. Dia bahkan tidak peduli dengan tatapan dua wanita dibelakangnya dan Lucy yang berdiri di samping Jae Sung. Ditambah lagi, tatapan beberapa tamu yang berada tidak jauh dari mereka.
Lucy merasa semakin tidak nyaman terjebak dalam situasi seperti ini. Sebenarnya dia bisa saja pergi meninggalkan mereka, namun otak dan tubuhnya tidak berjalan selaras kali ini.
Alih-alih pergi, Lucy justru meletakkan tangan di bahu Jae Sung yang lengannya dipeluk Seo Yeon erat-erat. Perlahan, Lucy mengusapkan tangannya ke bawah hingga menyentuh tangan Seo Yeon dan membawanya semakin turun hingga terlepas dari Jae Sung.
Tidak hanya membuat gerakan mengejutkan, Lucy juga memberikan tatapan tajam hingga membuat Seo Yeon kaku dan tidak sadar dengan tujuan Lucy hingga menemukan tangannya yang sudah terlepas dari Jae Sung.
“Kaja, kita pergi dari sini!” ucap Lucy masih menatap wanita di depannya sambil melingkarkan tangan ke lengan Jae Sung yang sebelumnya menjadi tawanan Seo Yeon.
Lucy sengaja melakukannya untuk membakar Seo Yeon. Dia bahkan tersenyum sambil bertatapan dengan Jae Sung yang pasti akan membuat wanita itu semakin kepanasan.
Tepat sasaran, Seo Yeon benar-benar naik pitam. Terlebih lagi melihat respon Jae Sung yang justru menerima Lucy dengan senang hati. Berbeda ketika dirinya yang mendekat, pria itu selalu mendorongnya menjauh.
“Kau pikir—kau mau kemana, hah?”
![](https://img.wattpad.com/cover/377702455-288-k335276.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucy-Renne [TERBIT]
Roman d'amourUDAH BISA PO, cek Instagram @tarian_delusi untuk informasi selengkapnya. . Lucy Amara seorang novelis terkenal di asia dan Eropa. Dia kembali ke negara dimana masa lalunya terkubur begitu saja tanpa ada penyelesaian. Semesta mempertemukannya kembali...