Hari kedua di SMA Arcadia membawa Alex ke situasi yang lebih menegangkan. Setelah hari pertama yang penuh kehangatan dan sambutan dari teman-teman barunya, Alex tidak dapat menyingkirkan bayangan tentang pemilihan yang akan datang. Dalam pikirannya, ia terus membayangkan bagaimana sistem ini bekerja dan apa yang mungkin terjadi pada siswa yang terpilih sebagai “Paling Tidak Disukai.”
Setelah bel berbunyi, pelajaran dimulai. Hari itu, guru mereka, Ibu Lisa, memutuskan untuk menjelaskan tentang proses pemilihan yang akan dilaksanakan. Dengan papan tulis yang penuh dengan diagram dan penjelasan, dia menjelaskan bagaimana semua siswa diharuskan memberikan suara untuk beberapa kategori. Alex memperhatikan dengan seksama saat Ibu Lisa menyebutkan kategori-kategori yang ada.
“Seperti yang kalian ketahui, kita akan melakukan pemilihan bulan ini,” kata Ibu Lisa. “Ada beberapa kategori yang akan dipilih: ‘Paling Populer,’ ‘Paling Pintar,’ dan… yang paling kontroversial, ‘Paling Tidak Disukai.’”
Suara bisikan di antara siswa semakin terdengar saat kata “Paling Tidak Disukai” terucap. Alex merasakan ketegangan di udara, dan dia tahu bahwa ini adalah saat di mana ketidakadilan di sekolahnya akan mulai muncul ke permukaan.
“Perlu kalian ingat,” lanjut Ibu Lisa, “Siswa yang terpilih sebagai ‘Paling Tidak Disukai’ akan mengalami bullying selama sebulan penuh. Ini termasuk ejekan, diabaikan, dan bahkan mungkin dikhianati oleh teman-teman mereka. Ini adalah sistem yang sudah berjalan lama, dan saya berharap kalian semua bisa berpikir dengan matang sebelum memberikan suara.”
Ketika pelajaran berlanjut, Alex merasakan ketidaknyamanan yang semakin meningkat. Dia mencuri pandang ke arah Ben, Daniel, Charlie, dan Ethan, yang duduk di sampingnya. Mereka semua terlihat tegang, dan Alex bisa melihat bagaimana ekspresi mereka berubah saat pemilihan dibahas.
***
Setelah kelas selesai, mereka berkumpul di luar kelas, dan diskusi tentang pemilihan pun dimulai.
“Ini gila,” kata Charlie dengan nada kesal. “Kenapa kita harus berpartisipasi dalam sesuatu yang begitu kejam? Ini tidak masuk akal!”
“Sayangnya, ini adalah bagian dari budaya sekolah ini,” jawab Ben sambil menggelengkan kepalanya. “Banyak siswa yang terjebak dalam permainan ini.”
“Jadi, siapa yang akan jadi ‘Paling Tidak Disukai’ bulan ini?” tanya Ethan, nada suaranya seakan tidak peduli.
Alex merasakan sesuatu di dalam hatinya. “Seharusnya kita bisa melakukan sesuatu untuk mencegahnya, bukan?” ujarnya, berusaha menyemangati teman-temannya.
Daniel mengernyit, “Alex, kita sudah berbicara tentang ini. Kita tidak bisa melawan sistem. Jika kita melakukannya, kita bisa menjadi target selanjutnya.”
Sebuah keheningan melanda mereka. Alex merasa terasing dengan pandangan optimisnya. “Tapi… bukankah kita harus berdiri untuk sesuatu yang benar? Gue nggak mau ngeliat seseorang menderita karena sistem sialan ini,” ucapnya dengan semangat.
Mendengar ini, Ben tersenyum. “Aku mengagumi semangatmu, Alex. Namun, kita harus realistis. Kita hidup di dunia yang keras, dan berjuang melawan sistem itu bisa jadi bumerang.”
Ketika mereka berbicara, Alex melihat seorang siswa lain, Mark, berjalan melewati mereka dengan tatapan kosong. Raut wajahnya menunjukkan betapa tertekannya dia dengan situasi yang ada. Melihat Mark, Alex merasa hatinya bergetar. Ini semua bisa jadi dia, jika tidak ada yang dilakukan.
***
Hari itu berlanjut, dan saat makan siang, suasana di kantin terasa lebih suram. Banyak siswa saling berbisik dan melirik papan pengumuman dengan ketakutan. Alex melihat sekelompok siswa berbicara dengan suara pelan, dan dia tidak bisa mendengar jelas, tetapi dari ekspresi wajah mereka, dia bisa menebak bahwa mereka sedang membahas pemilihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Class Hierarchy
Mister / ThrillerDi sekolah menengah elit dengan aturan yang terlihat biasa, tersembunyi sebuah permainan berbahaya yang melibatkan hierarki sosial dan voting bulanan. Setiap bulan, para siswa memilih siapa yang akan menduduki kategori seperti "Paling Populer" hingg...