Lima belas menit yang lalu, Taehyun masuk bersama David ke dalam ruangan dokter Choi untuk evaluasi. Namun sekarang, Taehyun keluar dari ruangan itu hanya seorang diri, pun dia ribut sendiri sebab harus membawa-bawa tiang infusnya yang menjulang. Repot, tapi Hueningkai enggan membantu, Taehyun juga nampaknya tak mau dibantu. Jika masih bisa dia lakukan sendiri, maka Taehyun pantang untuk meminta bantuan pada siapapun, katanya.
"Sudah selesai? Dokter Choi bilang apa saja?"
"Entah. Aku tidak dengar. Tapi yang jelas, itu buruk."
Hueningkai mendengus. Bilang saja malas menjelaskan!
"Delapan puluh persen. Mungkin lebih."
Baru saja duduk, dia sudah mendumal. Hueningkai yang sedang terfokus pada gimnya jadi teralihkan. "Apa?" bingungnya.
"Kerusakanku." Taehyun menjawab singkat.
Hueningkai menanggapi dengan gumaman sok paham. Dan dia memang paham. Sebelum tersampaikan pada Taehyun, Hueningkai sudah lebih dulu diberi pemahaman. Selalu begitu. Taehyun yang selalu dipastikan untuk menjadi yang paling terakhir diberi tahu soal kondisi tubuhnya sendiri. Entah apa maksud dan tujuannya, kalau soal itu, Hueningkai tak ingin tahu.
Namun, alih-alih mengumbar empati, Hueningkai justru melengos, dia memilih untuk kembali pada gimnya yang masih jauh lebih menarik dari pada si pendek yang masih setia dengan baju pasiennya yang kebesaran. Hueningkai gemas, kenapa rumah sakit ini tak menyiapkan seragam pasien yang lebih layak ukurannya untuk Taehyun? Dia risih, sebab ukuran baju yang terlalu besar itu kerap membuat orang lain berasumsi bahwa tubuh Taehyunlah yang memang kurus tak berdaging. Hueningkai menolak untuk sadar bahwa kesalahan bukan ada pada pakaiannya.
"Mungkin, aku akan kembali menjadi bayi yang tidak bisa melakukan apapun selain menangis karena buang air besar, dan menjadi seorang lansia menyebalkan karena sifat baruku yang pelupa. Jadi, mulai sekarang, kau harus terbiasa dengan aku yang akan sering bergantung padamu, Kayi."
Aura pecundang seketika merebak dari sisi kirinya, tapi berhasil untuk membuat Hueningkai menoleh bahkan mematikan layar ponselnya yang sejak tadi dia pakai untuk membunuh waktu.
"Heh? Tidak perlu sampai jadi bayi pun, kau sudah biasa memanfaatkanku dengan menyuruhku ini dan itu layaknya tuan muda!" Hueningkai menggerutu, sembari ia menilik sosok Taehyun yang tengah sibuk mengulur selang panjang yang tersimpul dengan sendirinya.
"Oh, jelas. Itu karena aku hyungmu. Appa takkan mau mengeluarkan dua puluh ribu dolar bahkan lebih hanya demi membelikanmu sesuatu untuk kau injak-injak." Taehyun menyombong, dengan tangannya yang masih sibuk menggulati selang infusnya yang tak kunjung terurai.
Hueningkai berdiri, lantas mengangkat satu kakinya guna bertengger di atas kursi yang sebelumnya ia duduki, "Maksudmu nike air jordan ini? I step on these with so much pleasure, bro!" girangnya seraya mengetuk-ngetuk ujung sepatunya tanpa tujuan jelas. Sepatu termahalnya yang baru saja berumur dua hari, dibelikan Taehyun sebagai hadiah, sebab Hueningkai bercerita bahwa dirinya telah berhasil menggagalkan aksi lompat bebas dari seorang wanita yang membawa bayi merah di gendongannya.
Tragedi yang nyaris mengenaskan tersebut terjadi empat hari yang lalu, di rumah sakit besar ini, tepatnya di area rooftop. Atas aksi heroiknya, Hueningkai jadi cukup dikenal oleh para perawat, dokter, hingga pengunjung yang menyaksikan langsung adegan kerennya kala itu. Sungguh! Hueningkai merasa, dia sangat keren.
"Turunkan! Tidak sopan!" Taehyun menyentil kencang tulang kering si remaja jangkung yang langsung mengaduh sakit sebagai respon.
Berdiri diam, Hueningkai hanya menatap lurus sosok Taehyun yang masih saja kesulitan. Dengan penuh kesadaran, tangan Hueningkai terulur, menyapit bagian selang yang dari sudut pandangnya terlihat melekuk janggal, menarik perlahan bagian yang tertekuk hingga selang panjang itu menjuntai ke bawah dan berhasil terurai pada akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ TWIN FLAME || Taehyun & HueningKai
Fanfic[BUKAN LAPAK BXB!] [100% FIKSI] Satu peti, satu jiwa, dua raga. ••• Yang mereka suguhkan bukanlah fantasi, bukan pula komedi. Berharap inspiratif, justru ironi yang terjadi. Terima saja apa adanya si kembar sial yang terikat dalam silang sengkarut a...