[00:29]

7.4K 514 41
                                    

Happy Reading

☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎


29. Khawatir?

Di bawah langit malam yang dipenuhi bintang, seorang pria berdiri di tepi jembatan yang menghadap ke lautan luas.

Angin malam menyibak rambutnya yang kusut seolah mencoba menenangkan kesedihan yang mendalam di hatinya.

Matanya menatap nanar lautan luas. Namun, pikirannya terbayang-bayang oleh harapan yang pupus.

Jayden, pria itu tidak pulang ke apartemennya sejak audisi selesai. Ia memilih untuk menenangkan dirinya dengan pergi ke tempat yang sepi sambil membawa gitarnya.

Ia merasa gagal, ia merasa bahwa semua usahanya selama 3 minggu ini kurang maksimal maka dari itu ia gagal dalam seleksi awal audisi.

Saat ia terhanyut dalam keputusasaan, langkah kaki seseorang terdengar mendekat dari belakang.

“Aku mencarimu sejak tadi, ternyata kau di sini rupanya,” ucap seorang pria mengenakan jaket hitam dan topi di kepalanya.

Pria itu berdiri di samping Jayden, ia menatap Jayden yang terlihat seperti seorang putus asa.

Orang itu menghela napas panjang, “Tidak mudah, ya?”

Jayden terdiam, tak ingin berbicara. Lalu tak lama kemudian suara pria itu terdengar lagi.

“Aku tau rasanya gagal. Tapi kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Aku pernah di posisi seperti ini, merasa semua yang kuperjuangkan sia-sia. Tapi kau tau? Justru di saat seperti ini, kamu belajar hal paling berharga.”

Jayden tetap diam di tempatnya, tapi ia mendengar semua perkataan Drivar barusan.

“Kamu tidak lolos bukan berarti kau tidak berbakat. Kadang ini hanya soal waktu, keberuntungan, atau kesempatan lain yang menunggu."

"Jangan biarkan kegagalan menentukan jalanmu. Kamu punya potensi besar, Jayden. Buktikan itu pada dirimu sendiri, bukan pada orang lain," sambung Drivar.

Jayden akhirnya menoleh, menatap Drivar dengan senyum tipisnya. Ada ketulusan dalam cara Drivar berbicara, seakan-akan Drivar paham apa yang Jayden rasakan. Perlahan Jayden menarik napas panjang, “Terima kasih sudah menyadarkanku.”

Drivar menepuk bahunya, setelahnya Drivar pergi begitu saja meninggalkan Jayden dalam kesunyian malam.

Sebenarnya Drivar tak langsung pergi dari sana, ia bersembunyi di balik pohon yang berada di sana.

Menatap Jayden yang masih tak bergerak dari tempatnya, “Di kehidupan kali ini, aku akan sebisa mungkin untuk membantumu, Jayden.”

🎤🎤🎤

Sudah tiga hari sejak keberangkatan Jayden untuk mengikuti audisi Azura belum bertemu lagi dengan pria itu.

Apartemennya pun terlihat sepi, bahkan di kampus pun Azura belum melihat batang hidungnya. Pria itu menghilang begitu saja bagaikan ditelan bumi.

Saat ini Azura sedang berada di kafe sendirian, ia memilih untuk menyendiri karena selama 3 hari ini ia selalu memikirkan Jayden.

Entah di mana pria itu, ingin menanyakan kabarnya lewat pesan pun ia merasa sungkan.

Azura menyesap kopinya yang mulai dingin, dari tempatnya ia memperhatikan orang-orang berlalu lalang.

Sampai maniknya terpaku pada satu orang yang baru saja datang di kafe itu, seorang pria yang selama ini ia cari tiga hari belakang ini, Jayden.

Azura segera berlari mengejar Jayden saat pria itu akan keluar dari sana, Azura berdiri di depan pria itu saat berhasil menyusulnya.

Terlihat Jayden dengan tatapan terkejutnya saat melihatnya. Hanya sebentar, lalu hanya raut datarnya lah yang terlihat.

Azura menatap pria itu dengan mata menyipit. “Dari mana saja kau tiga hari belakangan ini?” tanyanya seolah meminta penjelasan.

Jayden menaikkan satu alisnya mendengar itu dalam hati ia bertanya, apa Azura mencarinya tiga hari belakangan ini? Jayden tersenyum tipis saat perkataan itu terlintas dari dalam dirinya.

“Kenapa kau malah tersenyum? Jawab pertanyaanku, ke mana saja kau selama tiga hari belakangan ini,” ujar Azura.

Jayden memasukkan satu tangannya ke dalam celana, “Kenapa kau ingin tau ke mana aku belakangan ini?”

“Karena aku mengkhawatirkanmu,” jawab Azura cepat tak sadar apa yang ia katakan.

Sudut bibir Jayden berkedut mendengarnya, ia maju beberapa langkah mempersempit jaraknya dengan gadis itu di tengah keramaian.

Jayden sedikit menunduk, menatap gadis itu yang tingginya hanya se dada.

“Benarkah kau mengkhawatirkan aku?” tanyanya dengan suara beratnya.

Azura yang tersadar dengan ucapannya pun dibuat gelagapan ia berdeham pelan.

Memberanikan diri menatap pria di depannya, “Jangan terlalu percaya diri, aku tidak mengkhawatirkanmu. Aku itu hanya, anu ... “ Azura menggaruk lehernya yang tak gatal.

Jayden mencondongkan tubuhnya, wajah mereka kini hanya berjarak beberapa sentimeter saja.

“Hanya apa, hm?” tanyanya dengan suara pelan namun terdengar jelas oleh pendengaran Azura.

Azura terpaku beberapa detik saat matanya bertubrukan dengan mata indah milik Jayden hingga ia tak menyadari jika ada pesepeda yang berjalan ke arah mereka berdua dengan cepat.

Kring kring!

Azura tersadar dari lamunannya, tubuhnya mematung saat Jayden menariknya ke dalam pelukannya.

Jantung Azura berdetak kencang saat wajahnya menempel dengan dada bidang pria itu, harum aroma tubuh Jayden yang memabukkan tercium jelas dengan jarak sedekat ini.

Ia juga bisa mendengar detak jantung Jayden yang berdetak kencang sepertinya, seolah tersadar Azura dengan cepat melepaskan diri dari Jayden.

Keduanya menjadi canggung satu sama lain setelah insiden tadi.

“Kau tidak papa?” tanya Jayden menatap gadis itu khawatir.

“A-aku tidak papa, terima kasih sudah menolongku,” jawab Azura cepat.

Dari kejauhan, tepatnya dari balik mobil ada seseorang yang memperhatikan mereka sejak tadi, orang itu memakai mantel hitam dan juga kacamata hitamnya.

Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Wajahnya terlihat datar.

“Jadi mereka berdua sudah kenal sejak awal?” gumamnya.


☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎

To Be Continued

⭐👇

Thread of Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang