•••
Robert, Helena dan Alana menikmati sarapan pagi yang sudah disediakan oleh pihak hotel. Kehadiran Alana di meja makan hanya untuk menghormati ibunya yang memaksa untuk sarapan bersama, beruntung kedua kakaknya sudah pergi bekerja sehingga tidak perlu menyaksikan kemesraan pengantin baru dengan raut wajah bahagia setelah menghabiskan malam pertama dengan seks. Alana dengan terang terangan memperlihatakan ekspresi geli melihat kedua pengantin baru itu.
"Good morning"
Bahu Alana sampai tersentak karena terkejut mendengar sapaan kakak tirinya. Pria itu terlihat sudah rapi dengan pakaian kerja kemeja abu abu serta blazer warna senada, dasi hitam melingkar sempurna membentuk simpul dilehernya menambah ketampanan.
Tampan.mapan.rupawan. Alana bergumam dalam hati menatap sosok diseberangnya, bahkan saat meminum kopipun tak membuatnya minus di mata Alana malah terlihat sexy. Saat sedang meneliti penampilan Maxime, mata Alana tertumbuk pada jam tangan hitam yang melingkar dipergelangan tangan Maxime, merasa diperhatikan pria itu membalas tatapan Alana lalu tersenyum menggoda di saat itu juga Alana teringat sesuatu sampai ia terbatuk.
"Pelan-pelan sayang"
Helena menyodorkan gelas berisi air putih pada putrinya yang langsung ditenggak habis. Robert hanya tersenyum geleng geleng kepala melihat kecerobohan gadis yang sudah sah menjadi anak tirinya. Sedangkan Maxime tersenyum penuh makna karena akhirnya gadis itu sadar akan kegiatan panas mereka tadi malam.
Alana mengendap keluar dari kamar pria yang semalam tidak sengaja ia masuki saat mendengar suara gemercik air dari arah kamar mandi menandakan pemilik kamar sedang mandi. Ia merutuki dirinya sendiri karena kebodohannya, sialan Alana sangat benci pada dirinya sendiri terlebih saat mabuk, sesampainya di kamar Alana bertanya pada dirinya sendiri apakah ia sudah kehilangan keperawanannya tadi malam? Namun ia tidak merasakan nyeri atau kesakitan saat pertama kali bercinta seperti yang teman temannya ceritakan.
•••
"Alana Saviella Danendra!"
"Ya" Jawaban refleks Alana membuat seluruh kelas menertawakannya karena sudah berkali kali dosen memanggil namanya namun sang pemilik nama sibuk mencoret buku dengan tatapan kosong.
Dengan tatapan sangar khas dosen memanggilnya untuk maju kedepan menjelaskan materi yang sudah dipaparkan tanpa melihat slide power point. Bianca sahabatnya yang duduk tepat dibelakang Alana menendang kecil kursi sahabatnya seakan memberikan kalimat syukur sahabatnya terkena hukuman. Ya, sesuai keinginan dosen Alana dipermalukan didepan kelas karena tidak bisa menjelaskan sedikitpun materi yang sudah disampaikan.
"Sekali lagi saya tegaskan, yang tidak serius mengikuti perkulihan saya siap siap mengulang semester depan"
Dosen yang terkenal killer di fakultas keguruan itu tidak takut meskipun Alana merupakan anak rektor kampus tersebut. Siapapun yang tidak mengikuti perkuliahan dengan benar maka konsekuensinya adalah mengulang matkul yang sama di semester depan. Dengan wajah pias Alana kembali duduk di kursi, ini semua karena Maxime. Bayangan samar samar ketika mereka sedang bergumul di atas ranjang masih tersimpan dibenaknya, bekali kali ia menepis bayangan itu. Padahal ia sudah didepan ruangan dosen untuk mengajukan judul malah membayangkan kembali ciuman itu.
Seperti mahasiswa akhir pada umumnya, Alana ingin mengajukan judul untuk penelitian akhir. Meski Alana berkuliah di jurusan pendidikan namun ia tidak berniat untuk mengambil topik pendidikan atau pembelajaran malah Alana mengambil topik penelitian sesuai minatnya: psikologi sastra.
Jika tidak dituntut menjadi dosen, gadis itu ingin sekali berkuliah di jurusan psikologi namun karena ambisi ibunya yang ingin salah satu anaknya berkarir di bidang pendidikan maka terpaksa Alana mengiyakan keinginan sang ibu. Ia selalu tertarik pada novel yang menceritakan tokoh dengan alur hidup yang rumit karena pasti dibalik kerumitan tokoh tersebut ada latar belakang yang membuatnya memiliki karakter seperti itu.
Maka, dengan berbekal teori Daniel Goleman dan penelitian penelitian sebelumnya judul Alana di ACC oleh dosen, tinggal menunggu pemlotingan dosen pembimbing mana yang akan membimbing dirinya untuk mengerjakan tugas akhir ini.
•••
Rintik hujan masih enggan untuk berhenti saat mata kuliah terakhir, bersandar pada tembok sambil memeluk laptop matanya secara tidak langsung menonton pertandingan di lapangan depan gedung fakultasnya. Pertandingan sepak bola digelar untuk memeriahkan hari ulang tahun kampus, pertandingan sore ini mempertemukan kesebelasan yang mewakili fakultas teknik dan kesebelasan dari fakultas keguruan. Namun gadis itu enggan untuk menontonnya.
"Bitch!"
"Gila!" pekik Alana yang terkejut dari lamunannya. Bianca muncul dari dalam dan mendorong tubuhnya beruntung Alana tidak tersungkur diatas lantai. Sahabatnya ini memang gila baik dari segi pemikiran maupun perilaku bahkan sampai detik ini Bianca masih betah dengan bangku kuliah sehingga ia malas malasan untuk mengajukan skripsi, ia juga tidak mau pergi dari kota ini karena pacarnya bekerja dan berkarir di kota ini, jika ia lulus maka mereka harus menjalin hubungan jarak jauh dan Bianca tidak cukup kuat untuk menahan diri tanpa seks dengan kekasihnya itu.
"Lagi mikirin apa sih manis?" dengan gerakan keras dan memaksa Bianca menoel dagu Alana.
"Kepo! Noh pangeran lo udah dateng" ucap Alana menunjuk pria dengan payung hitamnya sedang berjalan kearah mereka.
"Bye, see you!"
"Duluan ya lan" ucap pria yang sudah menjalin hubungan dengan Bianca selama dua tahun itu.
Bianca memeluk manja pinggang kekasihnya, meski dalam keadaan sulit bergerak karena harus berjalan dengan satu payung berdua Bianca masih sempat menjulurkan lidah untuk mengejek Alana yang dibalas Alana dengan mencebikkan bibir. Alana sampai heran mengapa tidak ada manusia waras di hidupnya.
Setelah kepergian Bianca selang beberapa menit hujan reda Alana berjalan menuju parkiran dimana mobil HRV miliknya bertengger disana. Alana melaju melewati jalanan basah dengan daun daun berguguran, matanya malah salah fokus saat melihat bunga bunga ditepi jalanan yang mekar. Bunga tabebuya yang mekar di bulan Oktober dibawah derasnya air hujan selalu menjadi pemandangan indah pengguna jalanan. Saat berhenti menunggu lampu lalu lintas Alana menyempatkan untuk memotret bunga kuning yang bermekaran terkena sorot lampu kendaraan serta langit yang mulai gelap.
Butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di apartment dimana Alana tinggal. Ya, setidaknya dengan tinggal di apartment dia bisa menghindari ajakan untuk tinggal bersama di rumah ayah barunya. Sialnya, kamar yang disediakan untuknya terletak dilantai atas bersama dengan kamar Maxime sang putra tunggal, ia tidak mau kejadian malam itu terulang kembali. Ia akan pulang hari jumat sore dan kembali ke apartment di hari minggu.
Saat jarinya menggulir media sosial instagram terlihat akun ibunya memposting beberapa foto baru. Helena nampak tersenyum bahagia bersama Robert, lalu dislide setelahnya adalah foto keluarga harmonis dimana Alana juga tersenyum disana menampakkan kebahagiaan palsu, lalu di slide selanjutnya adalah foto sang ibu dengan ketiga putranya yaitu Alejandro dan Alan serta anak laki laki barunya Maxime.
Tanpa Alana sadari jarinya mencubit foto Maxima lalu memperbesar foto itu untuk melihat lebih jelas penampilan tampan Maxime. Ahh Alana masih membayangkan bagaimana ciuman panas mereka malam itu, tak terasa kewanitaannya berkedut saat membayangkan bagaimana jika Maxime benar benar menyetubuhinya malam itu, Alana membayangkan milik Maxime pasti panjang dan berurat dan mampu memuaskannya.
"Ahhh.. Max"
Alana berakhir memuaskan dirinya dengan permainan jarinya sendiri dengan membayangkan Maxime yang sedang bercinta dengannya.
•••