•••
Selama satu minggu Maxime uring-uringan di kantor karena kejadian di malam pernikahan ayahnya. Bisa bisanya ia berniat untuk meniduri adik tirinya sendiri, namun akal sehatnya masih berfungsi dengan baik karena ia tidak akan meniduri perempuan itu dengan keadaannya yang sedang mabuk, namun efek karena hasratnya tidak terlampiaskan membuat dirinya pusing dan membayangkan tubuh Alana tiap kali ia bermain dengan tangannya sendiri.
Payudara yang sempat ia remas terasa pas ditangannya. Tubuhnya yang kencang dengan kulit putih mulus tak ternoda, bisa Maxime bayangkan seindah apa kewanitaan gadis itu. Bokong kencang dan padat yang ingin sekali Maxime tampar sehingga meninggalkan kemerahan dan bekas telapak tangannya. Tubuh Alana akan sangat indah berada dibawahnya tersentak karena tusukan kejantanannya, atau akan menangis karena kenikmatan yang akan ia berikan.
Bibir Alana akan sangat menggoda saat menganga mendesahkan namanya, suaranya akan terasa seksi ditelingannya atau Maxime akan membuat suara itu serak karena menjerit keenakan sepanjang malam. Oh, Maxime sangat menginginkan Alana.
"Max!"
Shit, Maxime mengumpat dalam hati saat mendengar suara itu. Alana disini?
Namun saat membuka pintu kantor ternyata mantan kekasihnya yang sudah ia putuskan dua tahun yang lalu. Diana dengan mata bulatnya membawa paper bag, Maxime hendak menutup pintu namun perempuan itu berhasil lolos dan masuk kedalam ruangan Maxime.
Diana merapatkan tubuhnya pada Maxime, memeluknya dengan sangat erat. Perempuan itu sengaja memakai dress selutut yang membalut ketat tubuhnya yang montok bahkan Diana sengaja menempelkan payudaranya pada dada Maxime membuat pria itu risih lalu melepas pelukannya.
"Urusan kita sudah selesai, jangan pernah datang kepadaku lagi"
"Baby...."
"Diana shut up, hubungan kita sudah selesai dengan kamu bertingkah seperti ini membuatmu seperti perempuan murahan"
"Max!"
"Get out!" Maxime mendorong paper bag itu pada Diana mendorongnya keluar dari pintu.
"Fuck" Maxime masih ingat saat melihat sex tape mantannya yang selingkuh saat Maxime sedang kuliah di London, dan karena itulah hubungan mereka berakhir namun Diana masih sering memohonnya untuk kembali menjalin hubungan dengannya.
•••
Jumat sore selalu dimanfaatkan oleh Alana untuk mudik kerumah, dengan jarak perjalanan 45 menit Alana memutuskan untuk membeli satu unit apartment untuk ditinggali karena lelah jika harus pulang pergi dengan perjalanan yang lumayan cukup jauh.
"Hai sayang" Alana memeluk Helena yang sedang makan malam bersama dengan Robert dan juga Maxime.
Robert merentangkan tangannya, meski canggung namun akhirnya Alana memeluk ayah tirinya itu. Ia melirik sekilas Maxime yang tersenyum tipis padanya.
"Sudah makan?" tanya Robert.
"Sudah, aku langsung ke atas" kemudian Alana menaiki anak tangga, ia tidak bisa tahan berdekatan dengan Maxime, tatapannya selalu menyulut gairah dalam dirinya membuat Alana salah tingkah tiap kali mengingat bahwa dirinya sering membayangkan Maxime tiap kali ia masturbasi.
Sejak kedatangan Alana, mata Maxime tidak bisa berhenti menatap Alana bahkan saat gadis itu menaiki tangga matanya terus menatap tubuh itu. Sial, pantat sintal itu ingin sekali ia tepuk. Setelah selesai dengan acara makan malam Robert dan Helena masuk kedalam kamar untuk melakukan kegiatan panas mereka yang hampir mereka lakukan setiap ada waktu bahkan Maxime sampai segan tiap kali mendapati keduanya keluar dari kamar mereka dengan wajah berbunga bunga setiap akan sarapan pagi atau makan malam. Sedangkan dirinya harus menuntuaskan hasratnya dengan tangan.
Saat melewati pintu kamar Alana yang tepat berada disampingnya, Maxime melihat Alana sedang tertidur telentang dengan kaki menjuntai ke atas lantai. Tampaknya gadis itu sedang memotret dirinya sendiri terlihat dari pose Alana dengan menjulurkan lidah. Maxime kesal saat membayangkan foto itu akan dilihat oleh orang lain, dengan gaya selfie seperti itu laki laki mana yang tidak terangsang.
"Oh shit" umpat Alana saat pintu kamar tiba tiba terbuka menampakkan sosok yang sedang ingin ia hindari.
Alana terduduk sambil mengusap hidungnya yang terkena ponsel. Dengan gerakan tak terduga pria itu merampas ponsel Alana lalu membuka galeri menghapus hasil foto yang ia lakukan tadi.
"Kenapa dihapus?" Alana kesal bukan main setelah melihat foto terbaru dirinya dihapus begitu saja.
"Berhenti posting foto vulgar seperti itu, semua anggota keluarga Xavier selalu mendapat perhatian lebih dari publik"
"Astaga, aku hanya selfie"
"Hentikan selfie dan kegiatan ngga pentingmu itu. Dan pakai pakaian yang sopan"
Maxime menarik sweater rajut Alana untuk menutupi tali bra merah yang sengaja gadis itu ingin pertontonkan pada hasil selfienya. Setelah mengucapkan itu Maxime keluar dari kamar dan menutup pintu Alana, sungguh ia dirundung kekesalan melihat beberapa foto gadis itu dengan pose seperti tadi. Sedangkan disisi lain Alana sangat kesal dengan ucapan dan perilaku kakak tirinya itu, jika tahu menyebalkan seperti itu Alana tidak jadi mengaguminya.
"Manusia tempramental" gerutunya mengunci pintu sebelum melepas pakaiannya dan bersiap untuk tidur.
Tidur di dalam kamar barunya, matanya menelusuri kamar bernuansa putih dengan furniture berwarna rose gold, sentuhan lembut sang ibu. Ia mengira jika ibunyalah dibalik keindahan kamar tidurnya. Di dalam ruang wardrobe sudah penuh akan pakaian, sepatu, heels, tas, perhiasan, jam tangan dan semua aksesories wanita dengan merk ternama. Ia melirik balkon, saat mengintipnya sekilas Alana sadar bahwa balkon kamarnya dengan balkon kamar Maxime saling terhubung hanya tersekat dinding pendek.
Matanya menatap tirai lebar yang tertutup, pikirannya mengelana memikirkan apa yang Maxime lakukan di dalam kamarnya. Saat Alana masuk dan menutup tirai saat itu juga Maxime keluar dengan keadaan tanpa kaos membiarkan angin menerpa dada bidangnya, asap mengepul dari mulutnya, matanya menatap pintu kamar Alana yang tertutup berharap gadis itu keluar. Ah dia merutuki dirinya sendiri mengapa harus merasakan perasaan seperti ini pada adik tirinya.
•••