II "The Unrevealed Network"

3 1 0
                                    

Malam itu terasa semakin panjang bagi Rina. Setelah menulis laporan yang panjang, rasa cemas mulai menyerang pikirannya. Keterlibatan pejabat tinggi dalam skandal korupsi itu menuntut langkah-langkah berani, dan dalam hati, dia menyadari bahwa mereka akan menghadapi risiko besar.

Keesokan paginya, Rina merasa perlu untuk lebih mempersiapkan diri. Dia memutuskan untuk melakukan riset lebih mendalam tentang pejabat yang terlibat dalam proyek tersebut. Dengan cepat, dia membuka laptopnya dan mulai meneliti. Dia ingin mengetahui siapa mereka, latar belakangnya, serta kemungkinan adanya keterkaitan dengan perusahaan-perusahaan yang mereka miliki.

Setelah beberapa jam mencari, Rina menemukan beberapa informasi yang mengejutkan. Ternyata, salah satu pejabat yang terlibat, Bapak Rahmat, adalah tokoh yang dikenal di dunia politik dan bisnis. Selain menjabat sebagai kepala departemen, dia juga memiliki beberapa perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Rina merasa ada pola yang bisa dilihat: proyek infrastruktur ini bukan hanya tentang pembangunan, tetapi juga tentang pengalihan dana.

“Dia pasti mendapatkan keuntungan dari proyek ini,” Rina bergumam pada diri sendiri. Dia tahu bahwa informasi ini bisa menjadi petunjuk penting untuk menyusun laporannya.

Tiba-tiba, teleponnya bergetar. Itu adalah pesan dari Dika, yang meminta untuk bertemu lagi. Rina merasa bersemangat. Mereka berdua sudah sepakat untuk bertemu di kafe yang sama seperti sebelumnya.

Setelah sampai di kafe, Rina melihat Dika sudah menunggu. Wajahnya tampak serius dan tegang. “Rina, aku mendapatkan informasi baru,” Dika membuka pembicaraan.

Rina segera duduk. “Apa itu? Apakah kita bisa mendapatkan lebih banyak bukti?”

“Ya, aku berhasil mendapatkan dokumen yang menunjukkan adanya transaksi mencurigakan. Namun, ada masalah. Dokumen itu dijaga ketat oleh orang-orang Bapak Rahmat,” Dika menjelaskan dengan nada khawatir.

Rina tertegun. “Apakah kita tahu siapa yang bisa kita hubungi untuk mendapatkan akses ke dokumen itu?”

“Aku memiliki teman di dalam pemerintah yang mungkin bisa membantumu. Namun, kita harus sangat berhati-hati,” Dika memperingatkan.

Rina mengangguk. Dia tahu bahwa langkah ini bisa berisiko, tetapi dia merasa bahwa mereka semakin dekat untuk mengungkapkan kebenaran. “Kita harus melakukannya. Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi,” ucap Rina dengan tekad.

Setelah merencanakan langkah selanjutnya, mereka berdua sepakat untuk menghubungi teman Dika. Dia seorang pegawai pemerintah yang memiliki akses ke data proyek, tetapi mereka harus meyakinkan dia bahwa apa yang mereka lakukan demi kepentingan publik.

Hari berikutnya, Rina dan Dika bertemu dengan teman Dika di sebuah kafe yang tidak terlalu ramai. Sang teman, yang bernama Arya, tampak cemas. “Kalian tahu apa yang kalian lakukan ini berbahaya, kan?” tanyanya saat mereka mulai berbincang.

“Kami tahu. Tapi kami tidak bisa menutup mata atas semua ini. Kami ingin mengungkapkan kebenaran,” jawab Rina dengan tegas.

Arya mengangguk. “Baiklah, aku akan membantu kalian. Tapi aku hanya bisa memberikan informasi dasar. Kalian harus melakukan sisanya sendiri.” Dia lalu memberikan beberapa dokumen yang menunjukkan aliran dana proyek, tetapi mengingatkan mereka untuk berhati-hati.

“Terima kasih, Arya. Ini sangat membantu,” Rina merasa optimis setelah mendapatkan informasi tambahan. Dia tahu bahwa dokumen ini bisa menjadi bukti penting dalam laporannya.

Setelah pertemuan, Rina kembali ke kantor dengan semangat baru. Dia langsung duduk di meja kerjanya dan mulai menganalisis data yang didapat dari Arya. Dia menghubungkan titik-titik antara proyek yang sedang berjalan dengan perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh Bapak Rahmat.

Bayang Bayang KekuasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang