1. Negosiasi

769 87 1
                                    

Menyebalkan. Aku terus memaki di dalam hati sambil beranjak meninggalkan rumah Kakek. Hatiku terasa dongkol tapi tentu saja aku tidak bisa melampiaskannya di sini.

Kakek yang biasanya selalu menuruti kemauanku itu kali ini bersikap berbeda, padahal aku cucu satu-satunya yang dimilikinya.

Aku membuang napas kesal sambil membanting pintu mobilku. Saat melihat mobil ini, aku bertambah kesal karena mengingat ancaman lelaki tua itu padaku. 

Rasanya aku belum puas berdebat dengan Kakek dan masih ingin mempertahankan pendapatku. Aku membuka kembali pintu mobilku dan kembali memasuki rumah Kakek.

Tidak ada siapa pun lagi di ruang tamu, tempat di mana tadi kami berdebat. Jangan-jangan lelaki tua itu sudah tidur siang, seperti rutinitas setiap harinya.

"Kenapa kembali lagi? Apa kamu berubah pikiran?" Sosok Kakek tiba-tiba muncul di belakangku dengan membawa secangkir teh hangat yang masih mengepulkan asap. Aku tersentak dan hampir saja mengeluarkan kata-kata makianku.

"Aku ingin bernegosiasi," ucapku. Kakek terkekeh sambil mencari tempat duduk. Menyebalkan, dia malah menertawakanku di saat aku sudah serius.

"Jika kamu masih tidak bisa bersikap dewasa dan terus bertindak sesukamu, Kakek akan mencabut seluruh fasilitas yang Kakek berikan padamu." Oh astaga! Aku ingin marah saat ini. Bukannya membuatku lebih tenang, Kakek malah memancing amarahku.

"Kakek sungguh tega memperlakukan anak yatim piatu sepertiku dengan semena-mena," balasku.

"Justru kamu yang lebih tega karena dengan sikapmu yang sesuka hati itu akan membunuh Kakek secara perlahan," katanya dan dengan santainya menghirup teh hangatnya.

"Tunjukan keseriusanmu pada Kakek, baru Kakek akan mempertimbangkan permintaanmu," katanya lagi.

"Aku hanya meminta mobil baru, bukan sesuatu yang aneh. Kakek bahkan mampu membelikan mobil yang aku inginkan sekarang juga," ucapku.

"Mobilku sudah jadul banget, Kek. Semua teman-temanku punya yang jauh lebih keren," rengekku yang berharap Kakek iba padaku.

Kedua orang tuaku sudah tiada sejak aku masih kecil. Mereka mengalami kecelakaan secara bersamaan. Sejak itulah aku tinggal bersama Kakek dan Nenek yang merupakan orang tua dari ibuku.

Saat ini hanya ada aku dan Kakek di rumah besar ini karena Nenek telah menyusul kedua orang tuaku tiga tahun yang lalu. 

Aku mendapatkan semuanya walaupun kedua orang tuaku telah tiada. Kakek memiliki banyak usaha dari kos-kosan hingga rumah makan. Hal itulah yang membuatku merasa tidak ada yang perlu aku khawatirkan selain menyenangkan diriku sendiri.

"Dengarkan Kakek, Andari," ucapnya setelah berdehem pelan. Aku membuang napas kesal karena melihat wajah serius Kakek.

"Kakek akan memberikan salah satu kos-kosan Kakek untukmu agar kamu memiliki kesibukan dan juga akan mengabulkan permintaanku untuk membeli mobil baru," katanya yang membuat mataku membesar. Akhirnya Kakek luluh juga dengan permintaanku. Aku yakin Kakek tidak akan tega melihat cucu kesayangannya mengalami kesulitan.

"Tapi ...." Dia menghentikan ucapannya dan menatapku dalam-dalam.

"Tapi apa, Kek?" tanyaku tidak sabar.

"Tunjukkan pada Kakek jika kamu serius ingin berubah dengan mengurus langsung kos-kosan itu. Kamu nggak sendirian karena ada Beno dan istrinya di sana yang akan membantumu," ucapnya.

"Maksud Kakek?" tanyaku yang masih tidak mengerti maksud ucapan Kakek.

"Posisikan dirimu sebagai pekerja di kos-kosan itu selama satu bulan. Jika kamu berhasil, kos itu dan mobil baru akan menjadi milikmu," jawabnya.

"Pekerja? Aku yang bersih-bersih di sana, terus melakukan apa pun yang diminta penghuni kos?" tanyaku tidak percaya dengan ucapan Kakek tadi. Tidak mungkin, Kakek pasti sedang bercanda.

"Benar, lakukan seperti permintaan Kakek. Bukan hal yang sulit, bukan? Daripada kamu keluyuran setiap saat dan hanya menghabiskan uang saja," ucapnya.

"Nggak mau sebulan, satu hari aja." Aku masih berusaha bernegosiasi, siapa tahu Kakek setuju.

"Satu bulan," balasnya.

"Satu minggu aja gimana?" tawarku lagi.

"Nggak, tetap satu bulan. Kurang dari itu, mobil yang kamu inginkan hanya akan menjadi mimpi." Aku meringis saat mendengar ucapan Kakek.

"Bawalah pakaianmu secukupnya ke sana dan minta satu kamar kosong pada Beno untuk kamu tempati. Jangan kembali ke sini kalau kamu belum melakukan apa yang Kakek minta."

"Kakek ..., nggak gini juga. Masa Kakek tega melihatku jadi penjaga kos. Lagi pula Kakek, kan tahu jika aku nggak terbiasa bekerja keras," rengekku.

"Ini saatnya kamu harus membiasakan diri. Kakek sudah tua dan kamu cucu satu-satunya yang kakek miliki. Bagaimana nasib semua usaha Kakek jika Kakek nggak ada nanti? Bisa-bisa bakal kamu jual satu persatu," ucapannya membuatku terdiam walaupun kenyataannya aku memang pernah berpikir untuk menjual salah satu usaha milik Kakek dan menggunakan uangnya untukku bersenang-senang.

"Tapi nggak dengan cara mempekerjakan aku di kos Kakek," balasku.

"Kalau Kakek punya perusahaan besar, Kakek pasti akan mempekerjakan kamu sebagai karyawan di sana. Sayangnya Kakek hanya punya usaha kos-kosan aja." Aku mencemberutkan wajahku dan berharap Kakek berubah pikiran. Padahal mobil impianku sudah di depan mata tapi kenapa sulit sekali buat menggapainya?

"Pergilah sekarang dan pastikan semester depan kuliahmu juga sudah selesai. Jangan banyak alasan lagi. Kalau nggak, lebih baik selamanya kamu bekerja di kos Kakek aja," ancamnya.

"Kakek ...." Aku kembali merengek tapi lelaki tua itu segera beranjak dan berlalu dari hadapanku.

"Aku nggak menyangka jika Kakek sejahat itu padaku," ucapku yang sepertinya tidak terdengar lagi olehnya.

Apa aku harus menurunkan harga diriku demi sebuah mobil idamanku? Hanya satu bulan. Hanya? Nggak! Satu bulan itu lama, aku bisa menghabiskan waktu satu bulan untuk berkeliling Eropa. Menyebalkan. saat ini aku bahkan tidak memiliki keberanian untuk berdebat dengan Kakek lagi setelah ancaman demi ancaman yang diucapkannya padaku.

Anggap saja satu bulan itu tidak lama. Ayolah, aku pasti bisa melewatinya dan mendapatkan mobil impianku. Aku tidak peduli dengan kos-kosan yang akan Kakek berikan padaku, bagiku saat ini yang paling penting adalah mobil baru.

Menyebalkan sekali. Entah kenapa aku merasa tidak ikhlas melakukan ini semua.(*)

Setelah 30 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang