BAB 1 - Awalan yang buruk

5 2 1
                                    

"Jadi apa itu jatuh cinta?"

*

Lelaki dengan seragam putih abu-abu dan rambut yang berantakan itu menatap wajah nya dikaca besar milik ibu nya, dia terus menatap kaca dengan wajah percaya diri

"Ganteng juga gua"
"Gara Ananda keluar!"
Teriakan besar keluar dari mulut sang ibunda, Gara Ananda anak tunggal dari keluarga yang bercukupan, ayahnya bekerja sebagai kuli bangunan dengan gaji yang lumayan cukup besar, serta sang ibu yang hanya menjadi ibu rumah tanga di rumahnya, Gara selalu merasa bahagia di kehidupan nya, memiliki keluarga yang bahagia di dalam hidup nya.

"Kamu kebiasaan kalau di suruh makan susah terus!" Melinda Ananda, Sang ibunda tercinta nya Gara, sudah hampir berusia 40 tahun dirinya, tapi Melinda terlihat seperti seorang anak muda yang masih berkuliah karna parasnya yang cantik dan tubuh nya yang langsing sempurna

"Iya Bu, maaf Gara liat di kaca dulu takutnya Gara jelek atau muka bantal banget di sekolah"
"Kamu tuh udah ganteng gak usah takut gitu, lagian ganteng ganteng mau ketemu siapa sih?" Sang ibu melirik Gara dengan penasaran, wajahnya begitu sangat penasaran dengan anak laki-laki satu satunya itu

"Gak ada ko Bu, Gara gak ngincer siapa siapa kan takut nya aja muka Gara jelek atau gimana di sekolah kan malu bu"

Sang ibu tertawa kecil mendengar alasan anak bujang nya itu, "Duh Gar udah sanah makan cepet cepet ke sekolah takut telat kan gak enak" Sang ibu tersenyum sambil memberikan sepiring sarapan untuk anak laki laki nya itu, piring itu berisi makanan kesukaan Gara yaitu sayur bayem yang rasanya manis dan asin, serta ikan cumi goreng yang di hidangkan sang ibu, Gara makan dengan lahap, masakan ibunya tidak pernah gagal enak! Memang benar ya makanan ibu selalu enak!

"Bu! Gara sekolah dulu ya!"
Anak laki laki dengan tas hitam kecil dan seragam nya yang rapih itu sudah siap pergi ke sekolah dengan tenang, dia menatap sang ibunda dengan penuh kasih sayang, sang ibunda tersenyum sambil menatap wajah Gara
"Belajar yang bener jangan main terus ya!"
Gara mencium tangan sang ibu sambil mengangguk kecil
"Iya bu Gara bakal sekolah yang bener udah ya Bu Gara pergi dulu, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam hati hati Gar!"

Dengan wajah senang, perut yang sudah terisi kenyang dan wajahnya yang bersinar itu mulai pergi ke sekolah dengan hati yang baik.

***

Motor ninja besar dengan motif yang unik itu mulai di parkirkan oleh Gara, dia mulai berjalan ke arah gerbang sekolah nya, dan menatap sekumpulan orang orang yang sedang menunggu Gara di sana, ada banyak orang di sana yang mungkin sulit untuk di hitung

"Gar! cepet dong jalan lu kaya siput aja"

Teriak seorang pria dengan Hoodie hitam dan celana abu-abu miliknya, Gara berlari kecil ke arah mereka dan mulai penasaran kenapa mereka berkumpul seperti ini.

"Kenapa pada kumpul? gak biasa banget lo pada ngumpul gini"

"Ada acara biasa Gar, sekolah sebelah ngajak ribut lagi"
Pria dengan rambut kribo dan kulit coklat nya yang khas mulai bersuara, raut wajahnya seperti tidak sedang bercanda, dia menatap Gara dengan wajah yang sulit di mengerti oleh Gara
"Kenapa lu liatin gua kaya gitu dan?"
Pria yang sedari tadi menatap Gara itu ternyata Zidan Malik Ahmad, Pria yang biasanya bercanda dengan pantun dan candaan dirinya, namun sekarang wajah nya dan sorot tubuhnya sedang tidak bercanda, dia terus menatap Gara dengan wajah yang benar benar sulit Gara mengerti, Zidan menyentuh bahu Gara dengan tangan nya, dia menatap Gara dengan wajah serius

"Nyawa lu lagi ga baik-baik aja Gar, Lo guasa ikut kita semua buat berantem"

Zidan menatap wajah Gara menyakinkan, Gara bingung dengan semuanya apa maksud dari semua ini?

"Maksud lo semua apa gua bingung?"
"Jangan ikut kita berantem nanti, Lo lagi dalam masalah yang berat Gar, mereka sengaja ngejebak kita semua pake lo, ga mungkin kan kita ngebiarin lo luka berat gara gara mereka? bisa bisa mamah lo marah dan kecewa lagi sama lo"

Gara menghela nafas, kini dirinya mengerti apa yang baru saja di jelaskan oleh Jordan seorang ketua dari grup besar mereka, Jordan dan semuanya menyakinkan Gara dan dirinya sekarang harus berdiam diri di sekolah menunggu kabar teman teman nya sampai

Beberapa guru menanyakan kemana perginya teman teman Gara, namun gara tidak bisa menjawabnya, tubuh Gara sudah terasa lemas, tidak biasa dia seperti ini, lemah di hadapan guru guru dan murid murid yang berlewatan sambil menatap Gara, Gara benar benar tidak bisa mengendalikan tubuh nya, dia terjatuh dengan isakan kecil di mulut nya, beberapa guru panik saat gara tumbang secara tiba tiba, Gara di bawa ke ruangan UKS oleh beberapa petugas UKS dengan cepat, mereka mulai menanyakan keadaan Gara namun tidak ada jawaban lagi dari Gara, guru guru membiarkan Gara sendiri di ruang UKS mereka tahu Gara butuh waktu sendirian sekarang.

Gara terus menatap layar ponsel nya berharap ada balasan dari teman teman nya, namun nihil tidak ada jawaban dari mereka sudah hampir sekitar 2 jam Gara di UKS dengan wajah yang sangat pucat, dirinya benar benar khawatir akan keadaan teman teman nya, apalagi dirinya yang di jebak, tapi yang harus mengorbankan nyawa nya adalah teman teman nya

Gara benar benar tidak tenang, dia tidak bisa seperti ini terus menerus, dia mulai berlari ke arah parkiran sekolah, satpam di sana mulai berteriak berusaha menjegat aksi Gara yang tiba tiba, Gara dengan cepat menancap gas motor besar miliknya, dia pergi dari sekolah menyisakan satpam yang masih berteriak-teriak di sana dengan menyebut nama Gara.

Gara pergi ke gedung besar yang terbengkalai namun nihil tidak ada siapapun di sana, akhirnya Gara pergi lagi ke pasar besar mencari setiap sudut pasar pasar itu, namun benar benar tidak ada siapapun disana selain orang yang berjualan dan pembeli yang menatap Gara tidak senang.

Gara lagi lagi mencari keberadaan kemana teman teman nya pergi, namun tidak ada mereka di mana mana, Gara terus mencari tempat di mana mereka selalu berperang dengan sekolah lain, namun sudah ada banyak tempat yang dia kunjuni tetap tidak ada, Gara merasa frustasi dirinya benar benar tidak tenang dengan hati yang buruk

Dengan tangan bergetar dan tangisan kecil di wajahnya Gara menelpon sang ibu dia benar benar tidak kuat dengan keadaan nya sekarang

Sang ibu menghampiri Gara di depan rumah mereka memeluk anak satu satunya itu dengan khawatir "Kenapa Gar? ada apa lagi ya Allah kenapa nak" Dengan khawatir sang ibu mengusap wajah Gara dengan lembut, sambil menyeka air mata nya yang terus bercucuran sempurna

Gara benar benar tidak sanggup dia memeluk tubuh sang ibu dengan erat, dia terus menangis dengan keadaan yang tidak bisa terbaca hatinya sedang buruk sekarang, keadaan khawatir panik terus menghantui Gara, sang ibu berusaha menenangkan anaknya dengan pelukan kecil yang hangat dan usapan kecil di punggung anak nya, Sang ibu benar benar tidak ingin anak bujang satu satunya ini terluka

"Bu... Teman teman gara Bu..."

Gara akhirnya berbicara dengan suara bergetar dan suara yang benar benar ketakutan sang ibu mengerti sekarang, dia mengusap wajah anak kesayangan nya

"Gak apa sayang mereka pasti bisa..., udah jangan nangis lagi ya, Ibu disini Gara gausa takut gapapa, percaya sama Allah ya sayang ya" Sang ibu tersenyum lembut menatap anaknya, Gara kini mulai tenang, dia mulai terlelap di dalam pelukan sang ibu

"Tidur yang tenang ya nak, Allah pasti menjaga Gara dengan mimpi yang indah..."

***

Gara Ananda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang