03.

9 3 0
                                    

Akhirnya Kael pergi meninggalkan cafe itu dengan harapan penuh. Menyusuri kota sambil memikirkan tentang bagaimana dia akan melanjutkan hidupnya. Bagaimana dia bisa mengatasi semua masalah yang menerjangnya

Sampai dia kembali ke kantornya yang kondisinya masih sama, masih berantakan dan tak terkendali. Beberapa rekan kerjanya pergi meninggalkan kerjasama yang sudah mereka rencanakan. Ada juga yang masih berdiam diri berharap ada keajaiban. Dari situ Kael paham, semua pasti ada masanya, mungkin ini saatnya dia berada dibawah

Mencoba untuk memfokuskan diri memperbaiki, pikiran Kael dibuat kurang ajar karena tiba-tiba teringat dengan gadis yang membentaknya. Kael merasa seperti harus bertemu dengannya lagi, ada hal yang ingin dia sampaikan

Berakhirlah Kael ke perpustakaan dekat alun-alun kota, ini kali pertama pemuda itu menginjakkan kaki di tempat luas yang penuh buku itu. Sambil menyusuri rak demi rak, lorong demi lorong. Kael mencoba mencari buku yang setidaknya bisa dia baca dan mendapatkan kecerahan dihidupnya

Sekitar 1 jam dia habiskan sendirian, sudah habis 2 buku tidak terasa. Rupanya selain mengumpulkan uang, membaca menjadi kesukaannya. Saat hendak pergi, gerakan tiba-tiba di sudut matanya membuatnya mendongak. Di sanalah wanita itu, duduk di bilik dekat jendela, matanya terpaku pada sebuah buku

Jantungnya berdegup kencang. Awalnya dia tidak mengenalinya karena cahaya dari balik jendela, tetapi tidak dapat disangkal bahwa itu adalah dia, gadis asing yang membantunya ke bandara Los Angeles menuju New York. Kael menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Apa yang akan dia katakan? Bagaimana reaksinya?

Dia turun dari bangku dan mendekati mejanya, jantungnya berdebar kencang di dadanya. "Hai," katanya, suaranya terdengar canggung dan lirih di perpustakaan yang sunyi itu. Gadis itu mendongak, matanya terbelalak karena terkejut

"Oh, you?" katanya, dia juga tidak tahu namanya.
"Hai," kata Kael, berusaha terdengar santai meskipun pikirannya berkecamuk. "Senang bertemu denganmu di sini."

Matanya menyipit, lalu melebar lagi saat pengenalan itu muncul. "You.. black sports car!" serunya

Dia mengangguk, merasakan pipinya memanas. "Ya, aku tahu ini terdengar konyol, tapi aku harus menemukanmu."

Ekspresinya berubah menjadi kebingungan. "Kenapa?"

"Aku ingin mengucapkan terima kasih," katanya sambil menarik napas dalam-dalam. "Kamu memberiku sedikit perspektif, dan aku menyadari bahwa aku perlu memulai dari awal. Dan kupikir mungkin, mungkin saja, kamu bisa membantuku melakukannya."

Seorang gadis mengamatinya sejenak, matanya mengamati wajahnya. Kemudian dia menutup bukunya dan bersandar di bilik. "Siapa namamu?"

"Kael Miguelos," katanya, merasakan campuran aneh antara harapan dan rasa malu. "Tapi aku juga belum tau namamu."
"Chelsea," katanya sambil tersenyum kecil. "Apa yang begitu penting sehingga kau harus mencariku?" jangan lupakan sisi lancangnya

Kael menarik napas dalam-dalam, merasakan telapak tangannya berkeringat. "Aku hanya ingin memberitahumu bahwa kata-katamu melekat di benakku," katanya. "Kamu membantuku menyadari bahwa terkadang perlu mencapai titik terendah sebelum dapat membangun kembali. Dan aku... aku butuh bantuan untuk memulai kembali."

Ekspresinya melembut, dan dia menunjuk ke kursi kosong di seberangnya. "Duduklah," katanya sambil merapihkan buku-buku di depannya. "Ceritamu sangat menarik, dan aku punya banyak waktu luang. Ceritakan semuanya yang kamu mau."

Selama satu jam berikutnya, Kael mencurahkan isi pikirannya kepada orang asing yang entah bagaimana telah menjadi mercusuar harapan dalam hidupnya. Ia bercerita tentang perusahaannya, kesalahannya, dan ketakutannya kehilangan segalanya. Ia bercerita tentang kesepiannya, penyesalannya atas hubungan yang hilang, dan keputusasaannya untuk menemukan jalan keluar dari kekacauan yang telah dibuatnya. Chelsea mendengarkan dengan saksama, sesekali mengangguk

LOST ANGELES ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang