Hari itu terus berlanjut, waktu kian bertambah dan perlahan-lahan menganti hari kebulan, Erine masih sama dengan dirinya yang dulu, berdiam diri meratapi kesalahanya.
Hubungan dia dan juga orang tuanya cukup baik, tapi tak sebaik dulu, bisa dikatakan kini kedua orang tuanya hanya peduli karna dia mengandung, jika tidak Erine sendiri tak tahu entah sudah menjadi apa dirinya ini.
Hubunganya dan Oline pun telah resmi selesai, tidak ada lagi Oline tidak ada lagi tawa serta tingkah aneh gadis itu dihidupnya, padahal Erine merasa semua hal tentang Oline itu terasa baru kemarin sore dia lewatkan, dan entah mengapa tanpa ada kehadiran gadis itu Erine merasa hampa. Dan dia mulai merasakan apa rasa penyesalan terbesar dihidupnya.
Sekarang dirinya berdiri, Erine tau saat ini dirinya menyadari bahwa hidup bukanlah tentang menungu badai berlalu, tetapi belajar dewasa ditengah masalah yang saat ini menimpanya, dia tau ini semua tidak mudah, dia sendiri tidak memiliki sandaran untuk mengadu, dan tak memiliki seseorang untuk diajak berjuang bersama.
Karna memang dirinya sendiri.. Tidak dengan orang lain, dia hanya ingin menyelesaikanya sendiri sekarang.
Gadis itu tengah berada disebuah caffe yang cukup ramai pengujung sekarang, duduk dengan tenang dipojok sana sambil menatap sendu ke arah luar, yang dimana dia bisa melihat langsung permandangan diluar karna memang dinding caffe itu terbuat dari kaca.
Coffe Late yang tadi dirinya pesan kini tingal setengah, masih betah menungu disana, hingah pada suatu penantian, seseorang datang dan duduk dengan tenang didepanya, seperti biasana lelaki iti selalu menampilkan senyum lembutnya, dan sifat perhatianya yang tak pernah membuat Erine bosan tentang hal itu.
"Udah lama ya nungunya?.." tanya lelaki.
"Lama banget, udah ada 30 menitan.." jawab Erine seraya dirinya terkekeh.
Sementara lelaki didepanya hanya ikut tertawa juga mendengar penuturan yang tak terduga dari gadis didepanya.
"Jadi kenapa kakak ajak aku ketemuan disini?.." tanyan Erine, dia tidak mau bertele-tele lagi, langsung to the point karna alasan dirinya berada disini sekarang karna lelaki didepanya ini.
Belum menjawab lelaki itu dengan gerakan tangganya yang lamban, memgambil tanggan gadis didepanya lalu mengemgamnya dengan erat, perasaan nyaman itu dapat keduanya rasakan masing-masing, mata itu saling menatap seolah mencari semua hal yang tengelam dimata keduanya.
"Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu, bukan untuk sekarang, tapi salah aku dimasa lalu atau bahkan kesalahan aku yang aku sendiri ngak sadar.." ucap Aldo, dia memulai pembicaraanya.
Erine diam, dia seolah memberi waktu agar Aldo berbicara sepuasanya sekarang.
"Dan makasih juga untuk satu tahun ini, makasih untuk kenanganya, makasih untuk semua cerita yang pernah kita lalui bersama... Aku suka setiap part yang aku lalui sama kamu, dan aku menikmati segala hal tentang itu.."
Merasa arah pembicaraan ini menyimpang dengan apa yang Erine pikirkan, dia mulai menyela namun sebelum dia sempat berbicara, Aldo menghentikanya dengan melatakan jarinya dibibir gadis itu. "Biar aku selesain dulu ya..." pinta Aldo.
Erine akhirnya menganguk, dan Aldo tersenyum sedikit, sebelum tanggan itu mulai kembali mengelus lembut tanggan Erine.
"Rine aku ngak bisa bohong lagi tentang hal ini, maaf kalau selama ini aku ngak pernah ngomong dan bahkan ngak berbagi sedikitpun sama kamu, padahal kita udah sslalu janji untuk kedepanya masalah aku menjadi masalah kamu, dan begitu sebaliknya tapi aku salah Rine. Aku ngak bisa jujur dan aku terlalu pengecut tentang hal ini.." lelaki itu mulai menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak kelas galak itu istriku (ORINE)✅
Fiksi PenggemarTiba-tiba nikah itu ngak lucu banget wee!!