"Aku mau beli yang ini." ucap Ravindra kepada penjual kalung itu.
Ravindra pulang saat sudah mendapatkan hadiah untuk Gea.Hari sudah semakin sore.
Drettt...
Drettt...
Drettt...
Handphone yang ada di dalam kantung celana Ravindra bergetar. Ternyata Gea yang menelfon Ravindra.
Ravindra mengangkat telfon dari Gea.
"Halo, Vin." ucap Gea.
"Halo sayang, kenapa?." jawab Ravindra.
"Aku kangen, Vin."
"Baru semalem kita ketemu."
"Bentar lagi juga kita ketemu, sabar ya Gea." ucap Ravindra.
"Hari ini gak tau kenapa, aku ngerasa lebih kangen sama kamu."
"Aku juga, kangennn bangett sama kamu." ucap Ravindra.
"Kamu lagi apa, Gea." tanya Ravindra.
"Lagi rebahan di kasur, aku udah nyiapin semuanya, tinggal nunggu jam 7 malem."
"Kamu udah mandi, Gea?" tanya Ravindra.
"Udah dong, aku juga udah dandan rapi."
"Putri, Lia, juga Ryan nih baru pada dateng."
"Kamu udah mandi, Vin? ini udah jam setengah 7." tanya Gea.
"Gimana aku bisa mandi, sedangkan kita masih telfonan, Gea."
"Oiyah, Vin aku mau tutup telfonnya kamu mandi dulu sana."
"Aku nunggu kamu, Vin."
"Aku sayang kamu." ucap Gea.
"Iya, Gea." jawab Ravindra.
Gea mematikan telfonnya.
Ravindra langsung pergi mandi. Selesai mandi ia bersiap-siap merapikan pakaiannya, memakai parfum dan menyisir rambutnnya. Tidak lupa ia membawa kado untuk Gea yang sudah terbungkus di dalam paper bag. Beberapa menit telah ia lewati untuk bersiap-siap.
"Di mana kunci mobil ku."
"Oh ini, hampir aja aku lupa."
Ravindra mengunci pintu dan jendelanya. Ia langsung masuk ke dalam mobil, lalu pergi.
Ravindra ingin membawakan bunga yang biasa ia berikan pada Gea. Jadinya ia pergi mampir ke toko bunga terlebih dahulu.
"Mau beli bunga yang biasa ya, nak." ucap ibu penjual bunga yang biasanya Ravindra beli bunga untuk Gea di toko itu.
"Iya, bu."
"Tau aja sih bu." jawab Ravindra.
"Iya biasanya kamu ke sini selalu beli bunga yang itu." tunjuk ibu penjual bunga itu.
"Soalnya bunganya cantik bu, kayak orangnya." ucap Ravindra.
"Pasti cantik banget ya dia sampe kamu selalu bilang dia secantik bunga-bunga yang ibu jual."
Ravindra mengangguk.
"Iya, bu." jawab Ravindra.
"Masih ada kan bu bunganya?." tanya Ravindra.
"Masih nak, ini untuk kamu masih seger bunganya." ucap ibu penjual bunga.
Ibu penjual bunga menyiapkan bunga yang Ravindra mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVINDRA ADITHAMA
Short Story"Mengapa tuhan mengambil Ravindraku secepat itu." "Bisakah tuhan kembalikan Ravindra padaku." Terkadang waktu yang singkat memiliki kenangan yang terindah. Dan pada akhirnya kita berpisah juga.