Gea hanya diam tak percaya akan hal itu.
"Jika kita tidak cepat menemukan pendonor darah golongan AB- untuk dia, maka kita tidak tau kondisi dia untuk selanjutnya, aku akan berusaha mencarikan ia pendonor darah golongan AB- ." ucap dokter itu.
"Apa kami boleh masuk dok." tanya Ryan.
"Tapi pasien belum bisa banyak bergerak dan di ajak untuk bicara."
"Kami mau menjaganya untuk sementara waktu."
"Kami mau melihat kondisi temen kami dok." ucap Lia.
"Yasudah kalau kalian ingin melihatnya."
"Kami akan melakukan yang terbaik untuknya." jawab dokter itu.
"Terima kasih dok." ucap Putri.
Mereka langsung masuk ke dalam ruangan itu.
"Ravin..." Gea membuka pintu ruang ICU itu dan mendekat ke arah Ravindra.
"Sayang." ucap Ravindra.
"Iya, Vin." saut Gea.
"Ibu dan ayah kamu kemana?." tanya Ravindra.
"Ayah dan ibu lagi keluar, mereka ada urusan." jawab Gea.
"Mana yang sakit, bilang sama aku yang mana yang sakit." Gea memeluk Ravindra sambil menangis tersedu-sedu.
"Aku nggak mau cerita tentang kondisiku. Kalau aku cerita nanti aku bisa nangis. Aku nggak mau kelihatan lemah di depan kamu." ucap Ravindra.
Ravindra memberi Gea kado yang sudah ia siapkan, paper bag yang sudah berisi kalung yang begitu indah bentuknya.
"Ini untukmu, sayang."
"Selamat ulang tahun cantikku."
"Aku ngasih ini doang nggak apa-apa ya."
"Kalau kamu pake ini pasti cantik." ucap Ravindra dengan suara yang lembut tetapi sudah tak bertenaga.
"Makasih, Vin." Gea menerima kado dari Ravindra dengan berat hati dan sambil menangis karena kondisi Ravindra.
Ravindra mengelus lembut pipi Gea.
"Maaf, Gea aku udah buat kamu khawatir."
"Tadi aku bawa bunga kesukaan kamu, tapi kayaknya udah hancur di dalam mobil."
"Kamu perempuan hebat yang bisa buat aku jatuh cinta sedalam ini sama kamu, yang bisa buat aku lupa akan pahitnya kehidupan ini, tanpa kasih sayang dan cinta orang tuaku aku bisa merasakan kenyamanan dan cinta itu dari kamu."
"Gea, aku sayang sama kamu." ucap Ravindra.
"Aku juga sayang sama kamu, Vin." jawab Gea.
"Sama siapapun kamu, asal aku bisa liat kamu bahagia, berarti harapanku udah terwujud."
"Gak, Vin."
"Kamu ngomong apa sih."
"Dokter masih berusaha cari pendonor darah untuk kamu, bertahan ya Vin demi aku, aku mohon." ucap Gea.
"Aku udah nggak kuat lagi, sayang."
"Aku titip Gea sama kalian bertiga ya."
"Jangan biarkan dia nangis lagi karena aku."
"Bantu dia lupai aku, oke." ucap Ravindra.
"Kita bakal jaga Gea sama-sama Vin, kamu harus sembuh." ucap Ryan.
"Nggak bisa." jawab Ravindra.
"Aku akan selalu ada di sisimu, Gea. Aku juga akan selalu menjagamu tapi dari tempat yang beda." ucap Ravindra.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVINDRA ADITHAMA
Short Story"Mengapa tuhan mengambil Ravindraku secepat itu." "Bisakah tuhan kembalikan Ravindra padaku." Terkadang waktu yang singkat memiliki kenangan yang terindah. Dan pada akhirnya kita berpisah juga.