10

5 5 2
                                    

entah mengapa pagi ini ali merasa tidak konsen, dia datang lebih awal tiga puluh menit sebelum jam kerjanya dimulai. dia berdiam diri menghadap layar monitor komputernya, layar hitam itu menangkap pantulan dirinya yang sedang bengong.

pikirannya menarik ingatan tentang ucapan sang ayah saat sarapan pagi tadi, beliau berkata; "ali, lusa kita ke rumah pak yusuf ya.. kita lanjutkan proses ta'aruf mu ini."

tidak masalah bila sekali dua kali mengingatnya, tapi kini ali sudah berulang kali mengingat perkataan ayahnya disertai bayangan rara yang tengah tersenyum padanya.

harus diakui apabila rara tersenyum maka seluruh dunianya seperti meleleh, ali tidak kuat melihatnya saking cantiknya rara.

ali hanya bisa menghela napasnya saja, setiap kali mengingat tentang rara maka jantungnya agak berdetak tidak karuan. rasanya ali ingin mundur saja, tidak perlu lagi melanjutkan perjodohan ini.

tapi apalah ali, dia sudah berani melangkah sampai detik ini berati harus dipertanggung jawabkan. ali tidak bisa lepas tangan mengenai ini, semua keluarga sudah mendengar soal ta'arufnya bahkan sampai satu sahabatnya pun sudah tahu, jadi tidaklah baik bila mundur hanya karena dia enggan jantungan.

oke, mungkin ini namanya cinta.

tidak! ali denial, tidak mau mengakui hatinya.

padahal sudah jelas jika terkadang rara masuk ke dalam mimpinya beberapa hari terakhir secara rutin, bukankah ini namanya rindu?

dug. ali membenturkan kepalanya ke atas meja. perasaan bimbang mulai menyelimutinya, ali tidak tahu apa yang akan dia katakan nanti dihadapan rara dan keluarganya.

memang benar jika yang meminta rara untuk menjadi pendamping hidup ali adalah pak usman, tapi ali sendiri juga meragukan apakah benar hatinya ini untuk rara? apakah ali bisa menjadi sosok yang mampu melindungi, membimbing, dan mencintai rara sepenuh hati?

segala pertanyaan itu datang dari benaknya yang paling dalam. ali terjebak di tengah-tengah, antara harus patuh pada keinginan ayahnya atau mengikuti perasaannya sendiri. ali bukannya menyesal karena sudah mengambil keputusan ini, tapi dia hanya takut bahwa segalanya tidak sesuai keinginannya.

tok tok tok. seorang pria dengan kemeja birunya mengintip sedikit dari balik pintu, "mas yassir ada tamu di bawah." ucap wildan.

"siapa?"

"tamu yang waktu itu, perempuan rambut panjang." jelas wildan. 

"suruh tunggu di bawah aja, jangan dibawa kesini."

"oh, siap mas."

usai wildan pergi dari hadapannya, ali menyandarkan diri pada kursinya. ini pasti hanna dateng kesini, batin ali.

karena merasa risih didatangi terus menerus oleh hanna, maka ali harus tanya apa tujuannya datang menemuinya. ali tidak ingin jika hanna berakhir minta balikan dengannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐭𝐮𝐭𝐮𝐫 𝐚𝐥𝐢 • 𝐤𝐢𝐦 𝐬𝐞𝐮𝐧𝐠𝐦𝐢𝐧 𝐬𝐤𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang