BAB 6

17 3 0
                                    

Biasanya, saat dia tersadar dari tidur panjangnya, dia hanya akan melihat sosok Ola yang tersenyum haru padanya atau langit-langit rumah sakit yang polos dan membosankan.

Dia membenci rumah sakit, tempat di mana dia selalu merasa sendirian. Seperti seekor ikan yang terjebak dalam akuarium kecil, hanya bisa melihat burung-burung terbang bebas di luar sana.

Kesepian itu begitu menyesakkan, hingga ikan kecil ini tak lagi mampu membedakan antara rasa sesak yang menghimpitnya dan nyeri dari luka di siripnya.

Eiri hanya bisa menelan semua itu sendirian.

Ola tak dapat terus menemani nya, karna Nanny nya itu juga punya mentari kecil yang perlu diurus. Dia tak ingin Ola kerepotan mengurusnya, atau menemaninya terus menerus di akuarium kecil hingga lupa seberapa luasnya dunia.

Walaupun Eiri, kadang ingin egois..

Hari hari nya di rumah sakit penuh dengan rasa bosan, obat, jarum, dan cairan. Sangat banyak, hingga rasanya sungguh memuakan.

Namun kali ini, Eiri merasa kali ini dia dapat menikmatinya. Rasa bosan itu tergantung dengan senang yang membentuk kurva lembut di bibirnya yang pucat.

Dia tak lagi menatap plafon dengan lamunan panjang,karna kakaknya ada disini.

" Berhenti tersenyum dan makan lah." Carlos mengaduk aduk bubur di mangkuk dengan acuh tak acuh, lalu menyodorkan sendok berisi bubur di depan mulut Eiri.

" E'n." Melahap suapan kakaknya dengan semangat.

Pipinya yang bulat naik turun dengan ringan, wajahnya sangat menggemaskan bahkan ketika makan.

" Apakah masih sakit ?." Tanya Carlos dengan mempertahankan raut datarnya.

" Tidak!. bahkan sekarang rasanya aku bisa ikut maraton! hehehe." Jawab Eiri dengan senyuman yang melebar. bagaimana tidak, ini adalah kali pertama kakaknya menanyakan kondisi nya sejak tujuh tahun yang lalu. Dia merasa puluhan kupu kupu terbang di perutnya.

" Baguslah."

Carlos kembali menyuapi Eiri, dengan bubur hambar yang hanya berisi beras putih dan kaldu rendah garam. Namun Eiri menyantapnya seolah itu adalah makanan yang sangat enak.

Setelah beberapa suapan, Eiri tak mampu lagi menahan diri untuk bercerita.

"Kak, tahu nggak? aku pernah mimpi lari-lari di taman. Aku sama kak cheese main kejar-kejaran. Terus, aku lihat kupu-kupu yang besar dan indah banget! Sayapnya warna-warni. Kalau lihat langsung, aku pasti langsung tangkap!."

" Ngomong ngomong kak, teman aku yang namanya Jian pernah nitipin ikan cupang, cantik banget!. Tapi Ciel gak sengaja jatuin rumah ikan nya, jadi ikan nya mati."

" Terus terus!, Jian ngambek gak mau main lagi. Setelah itu entah kenapa teman teman yang lain juga gak mau main."

" Katanya penyakit aku menular."

" Tapi gak papa, aku masih punya Axel!. Dia baik banget!."

Ruangan itu hanya di isi cerita Eiri mengenai teman temannya yang dia temui saat kabur dari rumah. Dia menceritakan semua yang selama ini ingin dia cerita kepada keluarganya, sesuatu yang menurutnya sangat menyenangkan. Walaupun Carlos hanya mendengarkan nya saja tanpa menanggapi nya samasekali.

Terkadang dia memasang wajah sedih lalu dengan cepat kembali cerah dengan mata berbinar-binar.

Carlos memandang semua perubahan ekspresi itu dengan perasaan yang juga ikut naik turun. Hatinya menghangat melihat senyum lepas sang adik, namun disaat bersamaan menahan amarahnya saat tau adiknya pernah di bully.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Impossible Future Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang