6. unexpected

113 24 3
                                    

"Aku bisa menyentuh anak ku Matt" lirih Jeffrey dengan tangan yang masih bergetar. Siapapun tentu merasa sedih ketika melihat itu. Jeffrey hanya seorang calon ayah yang terpaksa jauh dari calon anaknya karena suatu hal. Kenapa Matthew bisa yakin itu anak Jeffrey? Karena sebagai sahabat si kembar ia tentu mengetahui segala cerita dari keduanya termasuk satu rahasia yang semua orang tak tahu mengenai Joshua. Hanya dirinya yang tahu.

••••••

Matthew termenung di mejanya. Ingatannya saat di Singapura kemarin masih terlalu jelas. Itu kali pertama ia melihat Jeffrey menangis karena bahagia. Matthew menghela nafasnya, gara-gara ikut dengan Jeffrey kemarin ia menjadi kepikiran dan tidak bisa tidur karena memikirkan hubungan rumit antara ketiga orang itu. Padahal seharusnya ia memikirkan bagaimana jalan hidupnya yang belum menemukan titik tujuan.

"Hey, Jeffrey ada di dalam?" Matthew mendongak dan mendapati Jonas yang berada di depan mejanya. Ia langss menggelengkan kepalanya karena memang Jeffrey tengah meminta cuti hari ini. Jeffrey bilang ia ada masalah pencernaan tadi pagi.

"Dimana dia?"

"Meminta cuti, jadilah aku seperti kacungnya di sini" balas Matthew dengan kesal. Jonas menarik sebuah kursi dan duduk di dekat Matthew.

"Kau yang menemaninya kemarin menonton F1?" Matthew menganggukkan kepalanya. Untuk apa pula Jonas bertanya? Bukankah itu hak Jeffrey? Atau Jonas juga berada di sana kemarin?

Jonas merogoh kantung jas nya dan mengeluarkan sebuah rokok. Matthew benci itu. Jika pria itu ingin merokok jangan buat orang-orang di sekitarnya terbunuh. Ini ruangan ber-AC dan Jonas mengeluarkan rokok?! Itu pembunuhan berencana namanya.

"Aku tidak akan merokok, bukalah" Matthew mengernyitkan keningnya. Apa-apaan ini?? Kenapa harus dia yang membukanya? Namun tak ingin banyak bicara, Matthew meraih sebungkus rokok itu dan membukanya. Sebuah flashdisk? Ia jadi curiga dengan Jonas. Kenapa pria itu sampai membungkus flashdisk di dalam kotak rokok?

"Kita harus menyaksikan hal yang menarik bukan?" Matthew menyambungkan flashdisk itu ke laptop miliknya dan langsung memutar video yang ada di dalamnya. Mata Matthew terbuka lebar saat menyaksikan apa yang ia lihat.

"Sebuah rahasia besar, tidak heran bukan Joshua menjadi kesayangan di teamnya" Matthew tidak habis pikir. Ia kira hidup Jeffrey adalah yang paling diluar nalar. Tapi ternyata ada yang lebih diluar nalar. Dan ia baru menyadari satu hal, lebih baik hidup sepertinya yang terlihat monoton daripada seperti orang-orang yang terlihat hidup bahagia namun punya dark side yang sangat mencengangkan. Namun tetap saja, diantara semua hal yang membuatnya tercengang inilah yang paling membuatnya taj habis pikir. Siapa yang menyangka hal itu?

••••••

Jeffrey bersandar di headboard kasur miliknya. Pagi tadi ia merasa sangat mual padahal ia merasa tak salah makan ataupun telat makan. Hal itu pula yang membuatnya harus WFH untuk hari ini. Ya tak apalah, demi kesehatan dirinya juga. Ia masih ingin hidup dan menyaksikan anaknya tumbuh.

"Andai saja aku yang menikah dengan Ravin, pasti saat ini aku tidak jenuh karena sendirian di dalam kamar" gumam Jeffrey. Andai ia tak sepengecut itu, pasti ia sudah mendapatkan Ravin sebelum Joshua. Ia yang lebih dulu menyukai Ravin namun karena ia terus mengulur waktu dan mencari waktu yang tepat ia justru terlambat.

Tapi tak masalah, ia berjanji ia akan menjadi orang yang lebih baik. Supaya jika nanti Ravin tersadar dan kembali ke pelukannya Ravin akan mendapatkan dirinya versi yang terbaik. Itupun jika Ravin ingin meninggalkan adiknya, Joshua. Jika tidak biarkanlah Jeffrey dalam kesepian.

Forever Young [Jaeren] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang