6- permainan

217 27 0
                                    

mereka berdua selesai bersiap, mereka berdua berjalan beriringan dengan para dayang di belakang ke ruang makan

memasuki ruang makan, hanya ada kedua orang tua mereka

"hormat ku, yang mulia" ucap mereka berdua

"duduk lah, anakku" titah kedua orang tua itu pada anak dan menantu nya

"pangeran Mark dan pangeran Reysel, dimana, yang mulia?" tanya Jeevan

"seperti nya mereka kelelahan" ucap sang raja di iringi kekehan

seketika Jilan dan Jeevan ikut terkekeh

"kalian bagaimana? kalian tidak lelah semalam?" pertanyaan ratu membuat kedua nya terdiam

"ah, kami langsung tertidur, yang mulia. kami kelelahan" Jeevan tersenyum kikuk

raja dan ratu saling bertatapan

"sudah lah, makan lah, seperti nya yang akan memberikan ku cucu terlebih dahulu adalah pangeran Mark dan pangeran Reysel" ratu

Jeevan dan Jilan hanya mengangguk dan memakan makanan mereka













saat kembali ke kamar, mereka berdua kini tidak saling berbicara, Jilan yang sibuk dengan bukunya, dan Jeevan yang sedang sibuk dengan pikiran nya

"aku ingin keluar sebentar" pamit Jeevan

"ingin kemana?" tanya Jilan

"aku ingin bermain pedang, aku sangat suntuk jika hanya diam" ucap Jeevan di iringi dengan sedikit sindiran

"boleh kah aku ikut?" tanya Jilan

"kau pandai bermain pedang?" tanya Jeevan

"aku dulu pernah berlatih dengan salah satu tangan kanan ayah ku sebelum ia meninggal, aku rasa teknik nya masih ada sampai kini" Jilan

"baik lah, ayo" ajak Jeevan

mereka pergi ke halaman belakang istana yang memang tempat untuk bermain senjata, bermain sembari melatih diri

"hormat kami, yang mulia" ucap dayang dayang di sana

"berikan aku pedang ku" pinta Jeevan

"aku juga ingin memakai pedang" pinta Jilan

"ingin bermain bersama, istri ku?" tanya Jeevan

"boleh" Jilan

dua dayang memberikan pedang kepada masing masing pangeran mereka

kedua pangeran itu mulai mengambil tempat

mereka sama sama hebat dalam bermain pedang, tidak ada yang mau mengalah

sampai akhirnya, pedang pangeran Jilan mengenai tangan pangeran Jeevan hingga menggores tangan suami nya

"ya tuhan, pangeran maaf kan aku" Jilan melepaskan pedang nya, ia berlari ke arah Jeevan

Jilan merobek baju nya dan membaluti luka tangan suaminya

"maaf kan aku, kau terluka, maaf kan aku" ucap Jilan sembari menggenggam tangan Jeevan dan mata nya berkaca kaca

"tak apa, pangeran Jilan, jangan seperti ini. ayolah, aku tak apa, dalam bermain pedang memang berpotensi memakan pedang, untung saja aku yang terluka" ucap Jeevan

"kau berkata apa, kau tidak boleh terluka, maafkan aku, aku benar benar tidak sengaja" air mata tertahan di pelupuk mata Jilan

Jeevan menggeleng, ia hapus air mata itu

the prince of obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang