mereka berdua selesai bersiap, mereka berdua berjalan beriringan dengan para dayang di belakang ke ruang makan
memasuki ruang makan, hanya ada kedua orang tua mereka
"hormat ku, yang mulia" ucap mereka berdua
"duduk lah, anakku" titah kedua orang tua itu pada anak dan menantu nya
"pangeran Mark dan pangeran Reysel, dimana, yang mulia?" tanya Jeevan
"seperti nya mereka kelelahan" ucap sang raja di iringi kekehan
seketika Jilan dan Jeevan ikut terkekeh
"kalian bagaimana? kalian tidak lelah semalam?" pertanyaan ratu membuat kedua nya terdiam
"ah, kami langsung tertidur, yang mulia. kami kelelahan" Jeevan tersenyum kikuk
raja dan ratu saling bertatapan
"sudah lah, makan lah, seperti nya yang akan memberikan ku cucu terlebih dahulu adalah pangeran Mark dan pangeran Reysel" ratu
Jeevan dan Jilan hanya mengangguk dan memakan makanan mereka
saat kembali ke kamar, mereka berdua kini tidak saling berbicara, Jilan yang sibuk dengan bukunya, dan Jeevan yang sedang sibuk dengan pikiran nya
"aku ingin keluar sebentar" pamit Jeevan
"ingin kemana?" tanya Jilan
"aku ingin bermain pedang, aku sangat suntuk jika hanya diam" ucap Jeevan di iringi dengan sedikit sindiran
"boleh kah aku ikut?" tanya Jilan
"kau pandai bermain pedang?" tanya Jeevan
"aku dulu pernah berlatih dengan salah satu tangan kanan ayah ku sebelum ia meninggal, aku rasa teknik nya masih ada sampai kini" Jilan
"baik lah, ayo" ajak Jeevan
mereka pergi ke halaman belakang istana yang memang tempat untuk bermain senjata, bermain sembari melatih diri
"hormat kami, yang mulia" ucap dayang dayang di sana
"berikan aku pedang ku" pinta Jeevan
"aku juga ingin memakai pedang" pinta Jilan
"ingin bermain bersama, istri ku?" tanya Jeevan
"boleh" Jilan
dua dayang memberikan pedang kepada masing masing pangeran mereka
kedua pangeran itu mulai mengambil tempat
mereka sama sama hebat dalam bermain pedang, tidak ada yang mau mengalah
sampai akhirnya, pedang pangeran Jilan mengenai tangan pangeran Jeevan hingga menggores tangan suami nya
"ya tuhan, pangeran maaf kan aku" Jilan melepaskan pedang nya, ia berlari ke arah Jeevan
Jilan merobek baju nya dan membaluti luka tangan suaminya
"maaf kan aku, kau terluka, maaf kan aku" ucap Jilan sembari menggenggam tangan Jeevan dan mata nya berkaca kaca
"tak apa, pangeran Jilan, jangan seperti ini. ayolah, aku tak apa, dalam bermain pedang memang berpotensi memakan pedang, untung saja aku yang terluka" ucap Jeevan
"kau berkata apa, kau tidak boleh terluka, maafkan aku, aku benar benar tidak sengaja" air mata tertahan di pelupuk mata Jilan
Jeevan menggeleng, ia hapus air mata itu
KAMU SEDANG MEMBACA
the prince of obsession
Short Storycerita tentang Jeevan yang terobsesi dengan Jilan