beberapa bulan pernikahan mereka berjalan baik baik saja, masih dengan serangan dari musuh
"ada apa, kak?" tanya Jilan
"entah lah, kepala ku sangat pusing" keluh Reysel
"kau sungguh tak apa? aku panggilkan tabib, ya?" tanya Jilan
"aku tak apa, seperti nya aku kelelahan" Reysel
"kelelahan mendesah nama pangeran Mark?" tanya Jilan dengan usil
"hey! kau ini" mereka berdua tertawa
"maaf jika bertanya, apa kau dan pangeran Jeevan tidak melakukan itu, adik?" tanya Reysel
Jilan seketika terdiam, ia bingung untuk menjawab
"aku masih takut, kak☹️" Reysel mengangguk paham
"cerita lah, aku kakak mu" Reysel
"pangeran Jeevan memang sering bercanda ke arah itu, tapi aku sudah mengaku jika aku belum siap, kak" Jilan
"kau tidak ingin memiliki anak?" tanya Reysel
"mau, pertanyaan kau sangat tidak logis, tentu saja aku ingin memiliki anak" Jilan
"lakukanlah, itu akan menjadi candu baru bagi mu" Reysel memiringkan senyum nya
"apa kau hamil, kak?" tanya Jilan
"mengapa begitu?" tanya Reysel balik
"terlintas di benak ku, karena kita membahas anak" Jilan
"entah lah, memang saja nafsu makan ku sedikit berkurang dan juga sering muntah, apa aku benar benar hamil, ya?" Reysel
"ingin aku panggilkan tabib?" tanya Jilan
"boleh" Reysel
Reysel berbaring di ranjang nya, tabib memeriksa keadaan nya
"bagaimana?" tanya Jilan
"kau benar, yang mulia. pangeran Reysel tengah mengandung" ucapan tabib membuat Jilan membulatkan mulut nya
"apa kau sungguh sungguh? sudah berapa umur nya?" tanya Jilan
"9 Minggu" Jilan mengangguk paham
"ku mohon panggilkan raja ratu dan dua pangeran ke sini" suruh Jilan pada dayang di luar
tak lama, semua nya sudah sampai di kamar Reysel dan Mark
"ada apa? pangeran Reysel kenapa, pangeran Jilan?" tanya ratu
"ia tengah mengandung, yang mulia" jawab tabib tersebut
Mark melongo, semua nya melongo
Mark duduk di samping istri nya
"apa benar, sayang?" tanya Mark dan Reysel menjawab dengan anggukan
"selamat, sayang. aku akan segera menjadi nenek, yang mulia" saking senang nya, ratu Taerra langsung memeluk raja Jeffrey
"selamat, kak" Jeevan memeluk kakak nya
mereka semua berbincang bincang, tetapi berbeda dengan Jilan yang tengah berperang dengan isi kepalanya sendiri
"ada apa, sayang?" tanya Jeevan sembari berbisik
"tidak, aku hanya melamun" Jilan
Jilan terpikir tentang Jeevan yang sangat bahagia dengan kehadiran bayi dari Mark dan Reysel
"apa sudah waktu nya?" batin Jilan
sepanjang hari, Jilan memikirkan hal itu, tepat saat batu di lemparkan ke jendela yang tepat di depan pangeran Jilan, yang membuat pecahan kaca tersebut lebur di hadapannya
KAMU SEDANG MEMBACA
the prince of obsession
Short Storycerita tentang Jeevan yang terobsesi dengan Jilan