LAKI-LAKI YANG MENYERAH BEKERJA

11 0 0
                                    

Mungkin ini agak aneh bagi kalian jika melihat kenyataan begitu banyaknya laki-laki yang menyerah untuk bekerja, tak lagi ingin mencari pekerjaan, dan masa bodoh dengan masa depan mereka sendiri. Mereka benar-benar menyerah terhadap hidup mereka sendiri. Bagi mereka, para laki-laki, berjuang kembali dan harus mati-matian mencari uang dan memapankan diri adalah suatu bentuk kegiatan yang begitu bodoh. Mereka tahu apa yang akan terjadi dengan diri mereka ke depannya. Itulah sebabnya, banyak laki-laki di seluruh dunia, sekarang ini lebih memilih menyerah tidak hanya sebagai laki-laki dengan seluruh tanggung jawab yang ada di pundaknya. Tapi menyerah sebagai manusia yang harus terhubung dengan orang lain dan tersenyum cerah dengan optimisme yang penuh harap.

Saat laki-laki menyerah untuk bekerja. Lalu menyerah dan tak ingin menikah. Mereka menyerah tidak hanya sebagai suami tapi juga sebagai ayah. Mereka juga menyerah secara sosial, politik, agama, dan terhadap nilai-nilai umum yang ada di sekitar.

Mereka tak ingin melakukan apa pun lagi. Bekerja, berjuang, dan mencoba melanjutkan hidup berarti harus kembali mengikuti kondisi yang penuh omong kosong dan tak lagi banyak memiliki makna.

Kondisi semacam ini, akan memiliki dampak yang luar biasa terhadap laki-laki secara keseluruhan dan para perempuan yang nantinya akan mengalami kesakitan luar biasa karena harus menggantikan begitu banyaknya peran laki-laki yang secara tiba-tiba harus mereka kerjakan demi keberlangsungan hidup mereka sendiri.

Aku tertarik dengan runtuh dan jatuhnya dunia laki-laki dewasa ini. Begitu juga dengan para perempuan yang kebingungan dalam gelombang rasa sakit massal setelah mereka menyerap begitu banyak peran sosial yang dahulu hanya dimiliki oleh para laki-laki. Tuntutan akan kesetaraan, feminisme yang berantakan, dan ketidaksiapan yang mencolok. Lalu perdebatan dan perseterungan sengit yang hari ini sangat bising di media sosial antara para laki-laki dan perempuan yang berujung saling menyalahkan dan menggumpal menjadi ketidakpercayaan bersama. Membuat semuanya kian rumit.

Dan tentu saja, ujung dari semua itu adalah perceraian, perselingkuhan, dan anak-anak yang terluka. Juga, dampak lainnya dari pertikaian laki-laki dan perempuan adalah perkembangan pesat LBGT+Q dan mereka yang mengidentifikasikan diri sebagai bukan laki-laki atau perempuan. Dari kondisi semacam itu, banyak sekali anak-anak yang terluka sebelum mereka tahu arti menjadi laki-laki dan menjadi perempuan.

Laki-laki mulai melemah. Banyak dari mereka tak dipersiapkan untuk menghadapi dunia yang berubah terlalu cepat dan dunia di mana para perempuan sadar akan diri mereka sendiri dan menuntut lebih banyak kepada laki-laki daripada generasi mereka terdahulu.

Dilahirkan dari keluarga miskin, pas-pasan, atau keluarga kaya yang nanggung. Tak diajari untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Tak diajari untuk mencari uang sendiri sedari kecil. Tak pernah diberi modal usaha atau dukungan keuangan untuk berkembang kecuali hanya pendidikan tinggi yang sekarang nyaris tak berguna. Disiksa oleh trauma dan depresi sejak masih kecil. Mengalami kondisi yang tak menyenangkan di dalam keluarga yamg membusuk. Rusak secara emosional. Kesadaran yang menguat akan ketidakmampuan untuk menjadi laki-laki yang baik dan bertanggung jawab di masa depan.

Mereka pada akhirnya memilih menyerah secara total. Benar-benar menyerah.

Mereka tahu menjadi laki-laki dewasa kini tak mudah dan mau sekeras apa mereka bekerja dan berjuang. Mereka nyaris tak akan kemana-mana. Mereka sudah tahu masa depan mereka sendiri. Kemungkinan menjadi pekerja kantoran atau pengusaha yang hidupnya setiap hari tak lebih dari budak bersama korporat dan keluarga. Lalu gaji atau penghasilan yang tak membuat mereka benar-benar kaya. Sekuat apa pun mereka mencoba, mereka hanya akan menjadi orang yang hidupnya membosankan demi uang, anak-anak, atau pasangan hidup. Mereka dituntut untuk menjadi makmur segera, ditekan oleh atasan, klien, atau rekan kerja nyaris setiap hari, terus bekerja sampai mati, dan ditekan oleh para perempuan modern yang menuntut ekonomi dan perhatian terlalu banyak.

BIARKAN PEREMPUAN MENGURUS DIRI MEREKA SENDIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang