Mari kita bayangkan jika suatu ketika sistem nilai patriarki runtuh atau berkurang drastis dan tak lagi mendominasi seperti dahulu kala. Para perempuan mulai menempati banyak posisi yang laki-laki pernah miliki dan tinggalkan. Mereka berkuasa atas banyak hal dan mari kita bayangkan, apa yang terjadi jika sebuah negara dan hampir semua negara didominasi para perempuan?
Ini tidak hanya perempuan sebagai kepala negara saja atau sebagai tiran atau perdana menteri. Ini adalah khayalan atau imajinasi mengenai sebuah dunia di mana mayoritas kepala negara dan penguasa masing-masing negara adalah perempuan dengan pejabat negara, seluruh kebinet dan menteri adalah seorang perempuan. Para jenderal dan mereka yang berkuasa secara militer adalah perempuan. Para diplomat dan jurnalis adalah perempuan. Dan mereka yang berkuasa atas arus ekonomi dan alat militer juga adalah perempuan.
Dalam sejarah manusia kita belum pernah melihat para perempuan berkuasa secara bersamaan dalam jumlah yang banyak sekaligus walau hanya sebagai pemimpin negara. Kita tak pernah melihat dewan keamanan dan perseringkatan bangsa-bangsa yang para delegasi atau pemimpin negara mayoritasnya adalah perempuan. Dalam sejarah umat manusia di masa kerajaan dan peperangan berskala besar di masa lalu. Kita tak pernah menyaksikan para perempuan saling membunuh di medang perang secara langsung dan menjadi prajurit yang tega membunuh sesama manusia lainnya. Dalam sejarah, kita hanya melihat segelintir perempuan yang menguasai sebuah kerajaan, yang ikut kampanye militer, dan menjadi delegasi perdamaian.
Kita juga tak pernah melihat perempuan menjadi mayoritas penggerak utama dalam peperangan sebagai pemikir, penulis, atau penggagas ide.
Karena dunia yang kita kenal dibelakang sana adalah dunia milik laki-laki. Dunia yang didominasi laki-laki yang hari ini kita sebut sebagai sistem nilai patriarki.
Bahkan perang agama yang sangat brutal dan menjijikkan adalah dunia milik para laki-laki.
Apa yang terjadi, jika dunia semacam itu, dunia yang pernah dimiliki laki-laki mendadak saja menjadi milik perempuan? Laki-laki menjadi keberadaan kelas dua atau menjadi cukup setara dan sebanding sehingga laki-laki tak lagi bisa menegakkan dominasi politik, budaya, agama, moral, dan lain sebagainya secara utuh?
Di dunia yang mungkin diimpikan oleh para pembenci laki-laki yang keras kepala. Atau dunia yang sangat diinginkan oleh para feminis radikal yang menginginkan pengambilalihan kekuasaan dari tangan laki-laki. Apakah dunia yang didominasi oleh para perempuan akan menjadi jauh lebih baik atau terlihat lebih menyenangkan?
Apakah perang antara Israel dan Palestina dan beberapa wilayah Timur Tengah akan sedikit melembut dan tak se-brutal sekarang ini jika para perempuanlah yang berkuasa? Apakah perang yang gagal diselesaikan para laki-laki itu akan lebih mudah diselesaikan dan juga melakukan tugas diplomasi dan negosiasi akan jauh lebih mudah?
Atau malah sebaliknya? Perang itu akan memakan lebih banyak korban. Lebih berlarut-larut. Lebih banyak intrik dan drama. Lebih banyak kebohongan dan ketidakjujuran. Dan jauh lebih berdarah daripada yang sekarang ini kita lihat?
Membayangkan sebuah dunia yang didominasi para perempuan dan menjadi pengamat atas pertikaian di antara mereka sendiri, rasanya akan sangat menarik.
Menjadi pengamat bagaimana para perempuan melakukan kontak sosial, berhubungan secara fisik, menyelesaikan konflik, bernegosiasi, mengatasi perselisihan, keretakan, ketidaksetujuan, perbedaan, dan perpecahan adalah suatu hal yang menyenangkan. Apakah mereka bisa mengatasinya jauh lebih daripara laki-laki? Atau malah lebih buruk?
Jika kita membayangkan kekuasaan di tangan perempuan kita mungkin bisa sejenak membayangkan grup-grup yang para perempuan buat yang hampir mirip dengan sebuah sekte. Sekte idol korea tertentu. Sekte grup musik tertentu. Atau sekte pencinta atau penganut selebriti tertentu.
Mari kita bayangkan, jika Army dari fanbase BTS atau Blackpink mendadak saja membangun sebuah negara? Sedangkan fanbase lainnya, entah dari Baby Monster atau Newjeans atau entah yang mana, juga membangun negara di sebelahnya? Belum lagi sekte-sekte perempuan lainnya yang sangat fanatik dan brutal. Apakah hidup akan jauh lebih menyenangkan?
Mari kita bayangkan juga, apa yang terjadi dengan sekte pemuja Fuji dan sekte pemuja Aaliyah? Apa yang mungkin bakal terjadi jika kedua kelompok penggemar itu membangun sebuah negara yang bersebelahan?
Para perempuan selama ini lebih tahu kebrutalan dan kebohongan yang ada di kalangan mereka sendiri. Betapa lebih tak menyenangkannya memiliki pemimpin perempuan atau pengawas yang seorang perempuan dalam sebuah pekerjaan. Betapa terlalu banyaknya drama dan intrik di antara pertemanan sesama perempuan itu sendiri. Bagaimana perempuan secara tak tahu malu mengambil suami perempuan lainnya. Tak mau membayar hutang. Atau berlagak sebagai korban dan merasa tersakiti.
Apa yang terjadi, jika perempuan yang lebih mengandalkan perasaannya, ingin dibela dan divalidasi, yang marah jika tidak dituruti keinginan, yang tak bisa diberi penjelasan secara rasional sekalipun, yang tak mau mengakui kesalahan dan orang lainlah yang selalu salah, dan jika para perempuan yang bijak dan berpikiran terbuka di dalamnya adalah minoritas. Apa yang bakal terjadi dengan dunia ini nantinya?
Apakah dunia yang kita tinggali akan jauh lebih baik jika mendadak saja seluruh laki-laki mati atau kekuasaan dunia yang didominasi laki-laki berakhir seketika?
Apakah peperangan akan menjadi lebih lembut? Apakah korupsi akan menjadi lebih sedikit? Apakah ketidakadilan akan menjadi sangat berkurang?
Kembali lagi ke para penguasa dunia. Apakah kelak akan ada seorang perempuan yang melakukan invasi ke negara lainnya yang juga dikepalai oleh perempuan hanya karena jijik dengan wajah kepala negara yang buruk? Yang tak suka gaya berpakaian mereka? Yang iri dengan kepopuleran kepala negara lainnya yang juga perempuan? Karena tentu saja, tak semua perempuan adalah orang-orang dari kalangan terpelajar, yang sehat kejiwaannya, dan yang sangat bijaksana dan memiliki pemikiran yang terbuka dengan perdebatan intelektual.
Bahkan di dunia yang dikenal jauh lebih sangat demokratis daripada dahulu kala. Para laki-laki seringkali memilih pemimpin yang bodoh dan sangat tak bertanggung jawab. Bagaimana kelak para perempuan bakal memilih pemimpin yang baik?
Apakah saat ini kita sudah melihat keberadaan mayoritas perempuan yang bijaksana, ahli di bidangnya, yang terbuka pikirannya, dan yang berani mengakui kesalahan sebagai golongan yang mayoritas? Atau malah jumlah terbanyak di antara mereka adalah para perempuan egois yang mau enaknya sendiri?
Kita telah melihat para pemimpin perempuan yang luar biasa dari mulai kepala negara, menteri, pejabat daerah, sampai pemilik perusahaan. Tapi dunia para perempuan hebat itu jauh dari dominasi perempuan seluruhnya. Ada banyak laki-laki di sana, yang bahkan mayoritas, sebagai penyeimbang.
Yang jadi pertanyaan, apakah para perempuan akan bekerja jauh lebih baik jika hampir seluruh ruangan diisi oleh para perempuan itu sendiri? Jika kepala negara, menteri, pejabat publik, militer, dan orang berkuasa lainnya adalah perempuan. Bukan perempuan yang hanya berkuasa atas perusahan tertentu atau lingkup kecil tugas kelompok kuliah saja atau proyek bersama di dalam pekerjaan.
Tapi masyakarat luas atau sebuah negara yang telah diambil alih oleh perempuan secara mayoritas. Perempuan jauh lebih berkuasa dan menempati banyak posisi yang jauh lebih penting.
Mari kita bayangkan, jika mayoritas tiran yang ada di dunia ini adalah perempuan. Apakah itu akan jauh lebih lembut daripada tiran yang seorang laki-laki? Apakah peperangan di antara perempuan akan lebih banyak bertaburan bunga dan nyanyian-nyanyian?
Agak sangat aneh jika perang nuklir malah bakal benar-benar terwujud saat para perempuan berkuasa. Semoga saja, itu tak akan pernah terjadi saat hari ini, para laki-laki juga sedang bermain-main melakukan hal itu.
** Tulisan ini belum selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
BIARKAN PEREMPUAN MENGURUS DIRI MEREKA SENDIRI
Saggisticakebencian terhadap laki-laki hari ini semakin banyak dan terangan-terangan. Beberapa perempuan menuntut kesetaraan dan selalu membawa-bawa patriarki sebagai bentuk kebencian bersama. daripada disudutkan dengan cara yang tak adil. sebagian laki-laki...