"Jika ingin selalu hidup, miliki lah sesuatu yang manis atau sosok yang manis yang bersedia menjadi teman hidupmu, dasar jomblo!" - Jeremy Hannum Volcanosca
£££
Keesokan harinya setelah hari besar yang dilalui oleh dua pasang insan itu. Gilbert bangun lebih awal dari pada Hanum.
Dalam duduknya, pria manis dengan semburat alami dipipi itu menatap tatanan wajah Hanum yang sempurna, gadis itu tampak lebih tampan ketimbang dirinya yang asli laki-laki.
Pagi ini dia sadar bahwa sikapnya kemarin sangat kekanakan, sampai saat ini ia belum bisa mengendalikan sifatnya yang satu itu, namun disisi lain, dia akan memunculkan sifat dewasa jika itu perlu dan tidak dalam suasana yang menegangkan.
Seperti sekarang, tampaknya Hanum sangat kelelahan dengan rengekannya semalam yang meminta lemari kaca untuk koleksi mainan barunya.
Padahal menikah saja masih bisa dihitung jam, sudah meminta yang aneh-aneh, itulah bagian dirinya yang ia tidak suka. Selalu merepotkan orang-orang dan bersikap sepele. Seharusnya ia bisa mengendalikan yang satu itu. Namun pikirannya belum bisa menerima.
Tidak apa-apa lah mungkin lain waktu dia bisa mencoba.
Gilbert dengan kesadaran penuh setelah bangun dari tidur, turun dari ranjang untuk menuju dapur.
Omong-omong, walaupun tingkah lakunya yang kadang tidak bisa dikendalikan, Gilbert memiliki hobi yang lain selain mengoleksi mainan dan bermain.
Ia suka memasak, memperhatikan ibunya saat memasak adalah hobinya sedari kecil. Ya walaupun kehadirannya berujung gangguan bagi sang ibu, hal itu tak memungkiri jika Gilbert akan semakin penasaran dan mencoba memasak seperti ibunya. Tentu saja berhasil, ya walaupun keadaannya yang seperti ini, tidak memungkinkan bahwa Gilbert masih memiliki akal dewasa walaupun hanya beberapa saja.
Tentu Gilbert selalu pandai dalam bertindak, tapi karena kedewasaan yang tidak bisa ia hadapi, akalnya seakan menolak dan menyentak hal yang menurutnya rumit.
Itu adalah sesuatu hal yang ia benci dari dirinya sendiri, tak bisa mengendalikan sifatnya yang satu itu.
Kembali pada kegiatan si manis yang telah mengambil beberapa bahan masakan. Tanpa disadari ada seseorang yang tengah melangkah ke arah dapur.
Langkah gontai Hanum tujukan ke arah dapur setelah mencium bau sedap yang berasal dari tempat tujuannya.
Bukankah hari ini pelayan diliburkan?
Hanum yang tadinya masih setengah sadar kini melotot melihat Gilbert tengah berperang dengan alat tempurnya di atas kompor.
Apakah laki-laki ini benar-benar memiliki alter?
" Kau bisa memasak? "
Tanya Hanum menghampiri Gilbert, memperhatikan gerak-gerik si manis yang begitu telaten.
" Menurut kau? "
Bahkan Hanum tambah terkejut kejut mendengar cara berbicara Gilbert yang berbeda dari sebelumnya.
" Ya hanya memastikan "
Hanum kikuk, dia bingung mau melakukan apa lagi.
" Dari pada berdiri seperti itu, tolong ambilkan piring "
Walaupun masih kebingungan Hanun tetap mencari piring di lemari paling atas. Dasar si manis yang pendek.
Kemudian Hanum memberikan piring itu kepada Gilbert. Tampak dengan telaten ia menuangkan lauk yang sudah siap saji.
KAMU SEDANG MEMBACA
GILBERT
Teen Fiction[LAPAK FEMDOM, BUKAN BL!] Gilbert hanya mengerti apa itu bermain, tidak ada kata cinta maupun dalam bentuk pernikahan yang ia mengerti. Umurnya yang menginjak usia dewasa ini tak merubah akal pikiran seorang Gilbert, ia akan terus bermain sampai ia...