"Gaada kata-kata hari ini, ntar kalian manja lagi minta di kata-katain mulu" -Hanum.
£££
Sampainya di sekolah, Hanum kepergok
sedang senyum-senyum sendiri seperti orang gila yang tengah mendapatkan jackpot seumur hidupnya.Bahkan sahabatnya, Vito, pun terheran-heran dengan gelagat aneh dari temannya ini.
" Lu gila? dari tadi senyam-senyum, udah gak waras lu? "
Hanum seketika tersentak lalu menatap sengit Vito yang merusak hayalannya.
" Tai lu, rusak jadinya imajinasi gue "
Gertak Hanum.
Vito merotasikan matanya malas, lalu kembali bergerak menatap Hanum.
" Bolos kuyy, udah lama nggak "
Ujaran sesat Vito sudah lama sekali tak terdengar beberapa hari terakhir ini, bukankah sangat menyesatkan?
" Gue udah tobat "
laki-laki berjaket hijau tua itu terbatuk ketika mendengar penuturan Hanum yang menurutnya sangat aneh sekali.
" S-er-i-uS?! "
Tanyanya putus putus menatap tak percaya ke arah Hanum. Tentu gadis dominan itu mengangguk dan kemudian berdiri membereskan charger handphone nya.
" Serius, udah balik kelas, bentar lagi guru masuk "
Sumpah demi apapun, Vito tidak bisa berkata-kata barang sedikitpun melihat kelakuan Hanum berubah 180° dari sebelumnya.
Vito rasa Hanum berubah setelah kembali dari cuti liburannya bersama keluarga. Apakah terjadi sesuatu? Mengapa Vito tidak tahu??
Hah nanti cowok tinggi itu cari tau, sekarang ia mau bersantai saja alias bolos.
***
" Aku pulang "
Hanum membuka pintu rumahnya pelan sambil menenteng tasnya di pundak kiri. Vibe remaja Hanum sangat terlihat saat ia seperti ini, memakai seragam sekolah, tas yang ditenteng, dan sepatu yang ia letakkan sembarangan. Sifat yang satu itu belum bisa diubah tentunya.
Gadis tinggi berwajah tampan serta cantik itu masuk dan mencari keberadaan makhluk yang sedari di sekolah sangat mengganggu pikirannya. Sungguh.
" Gilbertt "
Panggil nya sambil menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar mereka.
Setelah di buka, terlihat lah si manis yang sedang mengoles moisturizer di depan cermin rias. Kelihatannya pria itu sudah mandi.
" Hanum? "
Gilbert bangkit setelah meletakkan botol pelembabnya kemudian pergi menghampiri gadis itu.
Seragam sekolah putih abu-abu jadi mengingatkan pria manis itu pada masa SMA nya.
Hanum yang melihat manis yang tak luntur dari wajah Gilbert tersenyum senang, lalu memeluk tubuh yang lebih rendah darinya.
" I miss you darl.. "
Gilbert terkekeh dan ikut memeluk sembari mengelus punggung milik sang dominan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GILBERT
Teen Fiction[LAPAK FEMDOM, BUKAN BL!] Gilbert hanya mengerti apa itu bermain, tidak ada kata cinta maupun dalam bentuk pernikahan yang ia mengerti. Umurnya yang menginjak usia dewasa ini tak merubah akal pikiran seorang Gilbert, ia akan terus bermain sampai ia...