Hari itu, sekolah sedang riuh dengan persiapan acara 17-an yang semakin dekat. Lapangan penuh dengan berbagai kegiatan latihan, mulai dari lomba balap karung, makan kerupuk, hingga persiapan upacara. Di tengah keramaian itu, Gracia tampak sibuk mengatur segala sesuatunya. Sebagai ketua OSIS, dia bertanggung jawab penuh atas acara ini. Ponselnya tidak berhenti bergetar, tanda banyak yang menanyakan ini itu, memastikan semua persiapan berjalan lancar.
Gracia berjalan cepat ke ruang OSIS, berusaha menyelesaikan segalanya. Pikirannya penuh dengan daftar tugas yang harus diselesaikan, tapi di balik kesibukan itu, ada satu hal yang selalu membuatnya tersenyum di tengah stres ialah Gita.
Gita, di sisi lain, duduk di sudut kelas dengan tatapan iseng, memperhatikan Gracia yang terlihat sibuk mondar-mandir dari kejauhan. Dengan senyum jahil di wajahnya, dia memikirkan sesuatu. Gita tahu Gracia sudah jarang ada waktu untuk mereka karena acara ini, tapi dia tidak akan tinggal diam begitu saja.
Dengan langkah santai, Gita berjalan menuju ruang OSIS. Tanpa banyak basa-basi, dia membuka pintu dan menyelinap masuk. Mata Gracia langsung melebar begitu melihat Gita tiba-tiba muncul.Gracia: "Gita! Ngapain kamu di sini? Ini ruang OSIS, kalau ketahuan bisa kena masalah."
Gita hanya menyeringai, mendekati Gracia dengan santai, lalu bersandar di meja kerja OSIS yang penuh dengan kertas-kertas laporan.Gita: "Aku kangen sama kamu. Kamu sibuk banget sih, sampai nggak ada waktu buat aku, Shani, atau Feni."
Gracia menghela napas, tapi sudut bibirnya tak bisa menahan senyum.Gracia: "Aku tahu, aku lagi super sibuk. Tapi serius deh, ini acara penting. Lagian, kamu tahu kan, kita bisa ketemu di rumah nanti."
Gita menggeleng, mendekat ke arah Gracia, tatapan isengnya tidak hilang.Gita: "Nggak cukup. Aku mau sekarang."
Sebelum Gracia sempat merespons, Gita sudah menarik kursi di sebelahnya, duduk, dan bersandar santai. Di sudut pandang mata Gita, Gracia tampak manis dengan wajah seriusnya yang mencoba fokus pada pekerjaannya. Tapi Gita tahu, Gracia pasti merasa senang dengan kehadirannya.
Gracia mendengus sambil tersenyum, lalu menatap Gita dengan mata penuh kasih.Gracia: "Dasar kamu ya, selalu aja bikin hal-hal gila. Jangan sampai ketahuan ya, aku bisa kena masalah kalau anak OSIS lain lihat kamu di sini."
Tapi sebelum Gita sempat membalas, pintu ruang OSIS terbuka. Salah satu anggota OSIS masuk sambil membawa beberapa dokumen.Anak OSIS: "kak Gracia, ini proposal buat lomba estafet nanti, bisa dicek lagi nggak?"
Dengan gerakan cepat, Gita langsung bersembunyi di bawah meja, hampir membuat Gracia tertawa kecil melihat tingkahnya. Gracia berusaha menjaga wajahnya tetap serius, meskipun hatinya sudah gemas melihat kelakuan Gita.Gracia dengan tenang mengambil dokumen tersebut, berusaha menyembunyikan tawa.Gracia: "Oke, aku cek dulu. Kalau ada yang kurang nanti aku kasih tahu."
Setelah anggota OSIS itu keluar, Gita muncul lagi dari bawah meja, menatap Gracia dengan senyum kemenangan.Gita: "Hampir aja ketahuan, kan."
Gracia menepuk lengan Gita pelan, pura-pura kesal.Gracia: "Kamu tuh, suka banget cari gara-gara. Gimana kalau tadi dia ngelihat kamu?"
Gita hanya mengangkat bahu santai, lalu mendekat lebih dekat ke arah Gracia.Gita: "Kan nggak ketahuan. Lagian, aku cuma mau deket sama kamu."
Gracia tidak bisa menahan tawa akhirnya.Gracia: "Dasar Kulkas BUCIN."
Mereka berdua tertawa kecil bersama, merasakan momen itu sebagai kebahagiaan kecil di tengah segala kesibukan Gracia. Meskipun sibuk, Gracia selalu merindukan momen-momen seperti ini bersama Gita—momen di mana mereka bisa bucin tanpa diketahui siapa pun. Cinta yang mereka jaga tetap menjadi rahasia di sekolah ini, meski hatinya selalu penuh dengan kehangatan.
Selama beberapa minggu terakhir, Gracia benar-benar tenggelam dalam tanggung jawabnya sebagai ketua OSIS. Mulai dari persiapan teknis acara hingga memastikan semua berjalan lancar di hari-H, Gracia jarang punya waktu untuk Gita, Shani, atau Feni. Setiap hari, dia pulang larut malam, dan bahkan kalaupun ada waktu untuk makan malam bersama di rumah, pikiran Gracia sering teralihkan oleh tumpukan tugas OSIS.
Tapi, ada satu hal yang membuat Gracia bertahan dan merasa semua kerja kerasnya tidak sia-sia: Gita yang selalu hadir dengan cara-cara iseng dan menggemaskan, seperti hari ini.
Di sekolah, ketika Gracia sedang berjalan di lorong menuju ruang rapat OSIS, Gita tiba-tiba muncul di depannya, berdiri dengan senyum nakal.Gita: "Liat siapa nih, si ketua OSIS yang sibuk banget."
Gracia menatap Gita dengan pandangan geli, tapi senyum di bibirnya tetap terukir.Gracia: "Kamu tuh ya, nggak bisa berhenti gangguin aku. Serius deh, Git, aku bener-bener sibuk sekarang."
Gita mendekat, lalu berbisik pelan.Gita: "Justru itu, aku datang buat ngeganggu. Aku kan kangen."
Gracia merasa hatinya meleleh mendengar bisikan Gita. Meskipun dia sering merasa kewalahan dengan semua tanggung jawabnya, Gita selalu tahu cara membuatnya tersenyum dan merasa istimewa.Gracia: "Kalau ketahuan anak-anak OSIS aku ngobrol gini sama kamu, bisa jadi gosip besar tahu nggak?"
Gita tertawa pelan, matanya berbinar penuh kenakalan.Gita: "Kalau nggak ketahuan, kan nggak masalah."
Gracia menghela napas, tapi senyumnya tetap tidak bisa hilang.Gita: "Ya udah, jangan terlalu serius. Nanti aku culik kamu ke kantin yaa, kita ngumpet-ngumpet makan bareng."
Mereka tertawa bersama, dan Gracia tahu, meskipun hidupnya sekarang penuh dengan tanggung jawab, cinta dan kehadiran Gita, Shani, dan Feni selalu menjadi penghiburan yang membuat semua beban terasa lebih ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE SHOOT JKT48
Lãng mạnMerupakan cerita OneShoot Member JKT48 Kapal-Kapalan (GxG Area - Dilarang membawa cerita ke RL) (Silahkan berdonasi jika ingin request https://saweria.co/Revenbrox )