Malam itu, suasana di dalam rumah terasa hangat. Gita duduk di ruang tengah sambil memainkan ponselnya, sementara Feni sibuk dengan catatan pelajaran yang harus dia pelajari untuk ujian minggu depan. Shani berada di dapur, seperti biasa mempersiapkan makan malam dengan tenang.Gracia, yang sudah selesai dengan urusan OSIS-nya, memandang Shani dari jauh.
Gracia menatap Shani yang terlihat anggun seperti biasanya, rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai dan wajahnya yang lembut memancarkan ketenangan. Ada sesuatu di dalam hatinya yang terus mengusik. Bukan karena dia tidak mencintai Shani, tapi karena perasaan cemburu yang lama-kelamaan tumbuh. Shani terlalu sempurna-dewasa, sabar, dan selalu perhatian. Rasanya tidak mungkin ada orang yang tidak menyukai Shani. Dan Gracia tahu, dia bukan satu-satunya yang merasa seperti itu.Gracia menghela napas dalam-dalam.
"Harus ngomong nih," pikirnya.
Gracia: "Ci, temenin aku jalan-jalan yuk." ajaknya kepada shani.Shani menoleh dan tersenyum lembut, dengan suara tenangnya ia menjawab,
Shani: "Tentu, ayo kita jalan sebentar."
Gita dan Feni melihat keduanya keluar, tapi tidak berkata apa-apa. Mereka tahu Gracia dan Shani sering pergi berdua. Itu adalah hal biasa.
Di luar rumah, di bawah langit malam yang sejuk, mereka berdua berjalan beriringan.Shani mengamati wajah Gracia, yang malam itu terlihat lebih serius dari biasanya. Gracia biasanya tegas, penuh percaya diri, dan selalu mengambil peran dominan, tapi malam ini ada sesuatu yang lain dalam dirinya.
Shani: "Kenapa Ge? Kamu kelihatan lagi banyak pikiran."
Gracia berhenti, menatap Shani sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka suara.Gracia: "Ci, aku... aku mau ngomong sesuatu."
Shani menatapnya dengan ekspresi penasaran, sedikit bingung, tapi tetap memberikan perhatian penuh seperti biasanya.Shani: "Tentu. Kamu bisa ngomong apa aja sama aku."
Gracia menghela napas panjang, menatap ke arah jalan yang sepi.Gracia: "Kadang... aku ngerasa cemburu sama kamu."
Shani terdiam sejenak, jelas tidak menyangka apa yang baru saja dikatakan Gracia.Shani: "Cemburu? Sama aku? Kenapa? Aku nggak pernah nyangka kamu bisa merasa begitu."
Gracia mengalihkan pandangannya sejenak, lalu melanjutkan dengan jujur.Gracia: "Kamu tahu kan, kamu itu dewasa banget, perhatian, dan sabar. Kamu juga disukai semua orang. Bahkan di luar rumah ini, kamu selalu kelihatan sempurna. Aku... aku kadang ngerasa aku nggak cukup buat kamu. Aku ketua OSIS yang tegas, tapi sama kamu, aku ngerasa... aku cemburu karena aku tahu banyak orang di luar sana pasti mengidolakan kamu." ucapnya dengan tertunduk.
Shani tersenyum, mendekat dan memegang pipi Gracia dengan lembut.Shani: "Ge, denger ya... Kita semua punya keunikan masing-masing. Aku sayang kamu, Gita, dan Feni dengan cara yang sama. Kamu nggak perlu merasa seperti itu. Aku memang mungkin kelihatan lebih dewasa, tapi kamu selalu punya tempat spesial di hati aku."
Gracia menatap Shani dengan tatapan ragu, tapi kemudian tersenyum kecil.Gracia: "Aku cuma takut aja, Ci. Takut kalau kamu lebih deket sama yang lain."
Shani memeluk Gracia dengan lembut, menenangkan perasaannya.Shani: "Nggak perlu takut. Aku, Gita, dan Feni milik kamu. Kita berempat saling memiliki, Ge. Kamu bebas cemburu sama orang di luar kita, tapi sama kita? Kita semua punya kamu, seperti kamu punya kita."
Gracia menghela napas lega, merasa lebih tenang setelah mendengar kata-kata Shani. Cintanya semakin kuat. Di dalam hati, ia tahu bahwa tidak ada yang bisa menggantikan hubungan mereka berempat.Gracia: "Aku sayang cici."
Shani tersenyum lagi.Shani: "Aku juga sayang kamu, Ge. Selalu."
Sementara itu, di rumah, Gita terus mengamati Feni yang duduk di meja belajar. Feni memang terkenal sebagai primadona sekolah. Cantik, pintar, dan selalu jadi pusat perhatian. Di sekolah, Feni sering kali didekati banyak orang. Setiap hari pasti ada saja yang mencoba menembaknya, tapi Feni selalu menolak dengan cara manis tanpa menyakiti hati siapa pun. Tapi, belakangan ini, hal itu mulai membuat Gita merasa tidak nyaman.
Feni tiba-tiba menutup bukunya dan melirik ke arah Gita yang tampak melamun.Feni: "Git, kenapa sih? Kamu ngeliatin aku terus dari tadi. Ada yang aneh sama aku?"
Gita, yang dari tadi diam saja, akhirnya membuka suara dengan nada sedikit kesal.Gita: "Aku cuma heran aja, Teh mpen nggak capek apa? Setiap hari ada aja yang nembak kamu di sekolah."
Feni tertawa kecil, merasa gemas melihat Gita yang cemburu.Feni: "Aww, kamu cemburu ya?"
Gita mencoba menyangkal, tapi wajahnya sedikit memerah.Gita: "Nggak kok. Cuma... ya gitu, banyak aja yang suka sama kamu. Aku jadi nggak tenang."
Feni mendekat, duduk di sebelah Gita dan merangkulnya.Feni: "Gita, kamu lucu banget sih. Aku kan cuma suka sama kamu, sama Shani, dan Gracia. Nggak usah cemburu sama yang lain. Mereka itu nggak ada artinya buat aku."
Gita mendengus, tapi tidak bisa menutupi perasaannya.Gita: "Tapi tetep aja. Tiap hari ada aja yang deketin kamu. Aku nggak suka."
Feni terkikik, kemudian mencubit pipi Gita pelan.Feni: "Aww, kamu tuh gemesin banget kalau lagi cemburu, tau nggak? Aku suka liat kamu gini. Lucu. jadi nggk keliatan kulkasnya."
Gita menghela napas, lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Feni.
Gita: "Teh mpen ihh... Aku serius. Aku nggak suka ada orang lain yang deket-deket kamu."
Feni tersenyum lembut, lalu membelai rambut Gita dengan penuh kasih sayang.
Feni: "Tenang aja, Gi. Aku cuma sayang sama kamu, sama kita. Yang lain nggak penting."
Gita akhirnya tersenyum kecil. Meski Feni sering didekati banyak orang, dia tahu bahwa cintanya hanya untuk mereka bertiga. Dan itu sudah cukup.Malam itu, ketika Shani dan Gracia kembali dari jalan-jalan mereka, keempatnya berkumpul di ruang tengah. Mereka berbincang santai tentang kejadian-kejadian di sekolah, sambil sesekali melemparkan candaan.
Shani: "Jadi tadi, Gracia akhirnya ngaku kalau dia suka cemburu sama aku."
Feni tertawa, menutup mulutnya dengan tangan.Feni: "Wah, cemburu ya, Ge? Aku kira kamu yang paling cool di antara kita semua."
Gracia tersipu, lalu mengangguk.Gracia: "Iya, tapi cuma dikit kok. Sekarang udah nggak lagi."Feni mencubit pipi Gita.
Feni: "sayangku yang satu ini juga cemburuan."Mendengar itu pun ikut tersipu dan memperlihatkan pipinya yang sedikit memerah.
Mereka berempat tertawa bersama, merasakan kehangatan yang ada di antara mereka. Hubungan mereka mungkin tidak biasa, tapi bagi mereka, cinta itu sempurna. Mereka saling melengkapi, saling memahami, dan yang terpenting, mereka saling memiliki.Di tengah dunia yang tidak pernah tahu hubungan mereka, mereka tetap bahagia, dan cinta mereka semakin kuat setiap harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE SHOOT JKT48
RomansaMerupakan cerita OneShoot Member JKT48 Kapal-Kapalan (GxG Area - Dilarang membawa cerita ke RL) (Silahkan berdonasi jika ingin request https://saweria.co/Revenbrox )