Berita.

24 1 0
                                    





Hawa malam terasa dingin, begitu menusuk kulit Nayanka. Pria itu berkendara seperti orang kesetanan, kecepatan laju motor nya sampai membuat pengendara-pengendara di sekitarnya bertanya-tanya,

Pria ini sedang di kejar apa?

Tanpa waktu lama, hanya mengikis selisih waktu jarak tempuh sesungguhnya, Nayanka berhasil menuju rumah sakit dalam waktu 30, yang dimana seharusnya jarak tempuh menunju rumah sakit adalah 48 menit.

Nayanka ingin segera menemui kekasihnya, ingin memeluknya guna menghilangkan rasa gundah akibat insiden bentak-membentak tadi.

Sesampainya disana, Nayanka segera memarkirkan motor Scrambler kesayangannya di parkiran rumah sakit yang terbilang cukup luas.

Kemarin sore Cleasya baru saja menjalani tindak operasi Transplantasi Meniskus seperti yang di katakan Dokter beberapa hari yang lalu, dan..

Dokter mengambil jaringan Meniskus milik mendiang Kevin untuk menggantikan jaringan Meniskus milik Cleasya yang sudah rusak parah. Ini merupakan keputusan kedua orangtua Cleasya.

Nayanka menaiki lift menuju lantai 7 tepatnya pada kamar nomor inap 198.

Namun hal tidak terduga terjadi, di lift Nayanka bertemu dengan kedua orangtua Cleasya, mereka berpas-pasan, sontak kedua orangtua Cleasya menyapa Nayanka dan memberikan ekspresi seolah-olah mereka terkejut karena bisa berpas-pasan dengan Nayanka.

"Eh, Yan? Kebetulan sekali kita bertemu disini," Sapa sang kepala keluarga, pria itu memegang bahu Nayanka, membuat sang empu sedikit menggeser posisi berdirinya kepada ayah Cleasya.

"Ah, iya Om."

"Pasti mau jenguk anak Bunda," Tante Clarissa sedikit menyenggol lengan Nayanka, entah apa maksudnya.

"Siapa lagi kalau bukan anak Bunda?" Ujar Nayanka, tak lupa dengan sedikit kekehan yang keluar dari bibirnya.

Suara kekehan Nayanka bahkan terdengar sangat tampan.

"Omong-omong Tante, Cleasya sudah tahu tentang Kakak nya?" Sambung Nayanka.

Seketika, di dalam lift yang hanya berisikan 3 orang itu menjadi senyap.

"Belum, Yan. Om belum siap," Sang kepala keluarga berucap gusar, begitupun dengan Tante Clarissa yang seketika ekspresi wajah nya berubah menjadi masam.

"Bagaimanapun Cleasya harus tahu mengenai kenyataan ini Om," Balas Nayanka, ucapannya terdengar menuntut.

Pria yang Nayanka panggil om itu, panggil saja namanya Om Pandu.

"Kamu dari jurusan apa, Yan?" Pertanyaan sang kepala keluarga cukup membuat Nayanka keheranan.

Untuk apa?

"Psikologi, Om."

"Pantesan.." Batin Om Pandu.

Pria yang rambutnya sudah setengah beruban itu hanya mengangguk kecil, sampai akhirnya tidak dirasa lift sudah membawa mereka ke lantai 7.

Nayanka mempersilahkan sang kepala keluarga untuk melangkah lebih dulu, dan di ikuti oleh istrinya yang mengekor suami nya di belakang, lalu di susul oleh Nayanka.

Menyedihkan, Nayanka kemari tanpa membawa jinjingan apapun, uang nya sudah habis untuk dia hamburkan di depan wajah Gea.

Setidaknya Nayanka puas.

Clek...

Suara debaman pintu cukup membuat seorang wanita yang sedang menyandar di bantal rumah sakit nya menoleh, wanita itu mendapat kedua orangtua nya, dan kekasihnya telah tiba, sontak Cleasya menjadi sumringah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Renjana ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang