3 • A ROUTINE

825 253 52
                                    

Senyuman wanita tinggi itu langsung merekah begitu keluar dari kamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci muka, Lisa bisa melihat istrinya yang duduk di meja rias sambil memakai rangkaian perawatan wajah sebelum tidur.

Kehidupan mereka memang sudah sangat berubah, Jennie dulu bahkan tidak mau menerima uang Lisa saat Lisa memintanya untuk melakukan perawatan wajah, namun sekarang? Lisa tentu akan mencukupi semua kebutuhan istrinya termasuk yang satu ini, tidak jarang juga dia mengantar istrinya ke klinik kecantikan untuk melakukan perawatan wajah.

Jennie kemudian menatap Lisa dari pantulan cermin yang hanya tersenyum sambil menatapnya, tatapan yang tidak pernah berubah sedari dulu, tatapan penuh cinta tanpa perduli berapa usia mereka sekarang.

"Honey." Lisa menghampiri dan menurunkan tubuhnya, dia memeluk istrinya dari belakang kemudian membenamkan wajahnya pada ceruk leher Jennie.

"Kau sangat sibuk dua hari ini, jadi aku sangat merindukanmu." Balas Lisa dengan manjanya, ini sisi dari dirinya yang tidak mau terlalu dia tunjukkan pada kedua putrinya.

"Aku juga merindukanmu, Momma." Balas Jennie sambil mengusap lengan Lisa yang melingkar pada tubuhnya, Jennie sendiri menyadari jika di akhir pekan kali ini, dia tidak bisa terlalu banyak menghabiskan waktu dengan keluarganya karena restoran di reservasi untuk dua hari oleh perusahaan yang berbeda.

Di hari Minggu ini, Jennie lagi-lagi harus membiarkan kedua putrinya hanya menghabiskan waktu dengan Lisa saja, mereka tidak pergi kemanapun melainkan hanya bersantai di rumah saja, namun di sore hari, Lisa menjemput Jennie bersama kedua putrinya dan mereka menyempatkan diri untuk makan malam bersama.

"Kau tidak perlu datang ke restoran besok bukan?" Lisa menatap wajah istrinya dari pantulan cermin kemudian menyatukan pipi mereka.

"Tidak, aku ingin bersantai di rumah saja untuk beberapa hari karena dua hari ini sangat melelahkan." Lisa mengangguk, itu keputusan yang bagus karena dia tidak ingin istrinya terlalu lelah.

"Kau memang seharusnya di rumah saja, apa restoran kekurangan orang? Lebih baik cari karyawan lagi jika kalian tidak bisa menghandle dengan baik." Ucap Lisa dan Jennie menggeleng, "tidak perlu, dua hari ini kebetulan memang ada yang membuat reservasi dalam jumlah besar, biasanya mereka masih bisa menghandle dengan baik, untuk cabang lain juga sama." Lisa mengecup pipi Jennie setelahnya.

"Kenapa istriku begitu hebat? Kau bisa dikatakan sudah menjadi pemimpin sekarang." Ucap Lisa, "semuanya berkat ayahmu." Lisa menghela nafas pelan dan berdehem, dia jadi merindukan orang tuanya.

"Mereka akan selalu menjaga kita dari jauh, aku yakin itu." Jennie mengusap pipi Lisa begitu melihat raut wajah Lisa sedikit sendu sekarang, tidak perduli berapa usia mereka, Lisa pasti akan tetap menganggap dirinya adalah anak kecil di hadapan orang tuanya.

"Kita jalani hidup yang bahagia sekarang, Mommy." Ujar Lisa lembut yang membuat Jennie ikut mengecup pipinya, dia kemudian memisahkan diri.

"Ada yang ingin aku tunjukkan padamu." Ucap Jennie, Lisa beralih untuk naik ke atas ranjang dan menunggu istrinya menunjukkan sesuatu.

"Apa itu, honey?" Tanya Lisa kala istirnya memberikan kertas yang terlipat menjadi bagian kecil.

"Aku menemukannya di tas bekal Clarine." Lisa membuka kertas itu dan membaca isinya, dia kemudian berdecak pelan yang membuat Jennie langsung tertawa sambil menyandarkan tubuhnya pada head board.

"Tanpa perlu bertanya juga aku langsung tahu siapa pelakunya, Lucca?" Jennie menganggukkan kepalanya, Lisa kemudian menghela nafas panjang sambil mengambil tempat di samping Jennie.

OUR HAPPINESS - JENLISA [G×G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang