4

123 27 1
                                    

Dan sialnya, pandangan kami bertemu, lelaki yang ada di jok belakang mobil itu langsung memasang senyum lebar. Sementara, jantungku langsung terasa mencelos ke bawah. Aku segera menutup gordenku, kakiku sudah tidak bertenaga lagi dan aku jatuh terduduk di lantai sambi memegangi dadaku. Sebulir keringat dingin jatuh di pelipisku.

Sialan! Mereka ada dua! Kim Vicle yang berambut panjang sebahu dan lelaki berambut pendek yang sering mengintaiku. Mereka siapa sebenarnya?

Aku langsung pergi ke kamar dan berusaha untuk tidur. Namun, hingga jam dua pagi, aku tidak bisa memejamkan mata sedikitpun.

Dan tiba-tiba, aku mendengar suara seorang perempuan berteriak dari sebelah rumahku. Aku baru saja akan bangun dan mengecek lewat jendela, namun, aku langsung mengingat apa yang dikatakan oleh nenek itu beberapa hari yang lalu.

Jangan pernah keluar dari rumah dari jam dua pagi sampai jam tiga pagi.

Apakah ini alasan yang membuat nenek itu melarangku untuk keluar dijam ini? Sebenarnya apa yang dilakukan tetangga sebelah rumahku ini? Mengapa semua orang bilang rumah itu kosong? Padahal jelas-jelas ada dua orang lelaki berwajah sama yang tinggal disana.

"AAAAAAAA"

Suara teriakan melengking tiba-tiba terdengar lagi membuatku bergidik ngeri. Aku yakin mereka pasti sedang melakukan hal-hal jahat disana. Dan aku juga masih memikirkan, bagaimana bisa ada jejak kaki darah di dapurku? Firasatku mengatakan, pasti ada hubungannya dengan dua lelaki kembar sialan itu.

Dam perlahan, rasa kantukku mulai datang lagi. Jadi, aku memilih untuk memejamkan mata di tengah rasa takutku. Besok aku akan melaporkan dua orang kembar aneh itu ke polisi. Mereka pasti sedang melakukan hal buruk dan meresahkan warga.

......................

Pagi harinya, aku kembali terbangun dengan rasa sakit kepala yang menyerang. Aku berusaha untuk rileks dan jangan untuk bangun dulu. Setelah beberapa saat, aku memutuskan untuk bangun dan pergi ke kamar mandi.

Aku berdiri di depan cermin, dan kembali tercengang dengan bercak-bercak merah baru yang ada di leherku, kemudian aku membuka baju kembali dan mendapati bercak merah ke unguan itu semakin bertambah.

Aku lelah, aku tidak mau memusingkan itu lagi, mungkin aku akan membawa diriku ke dokter lain, tapi nanti setelah aku melapor polisi. Kali ini aku sudah geram, terlalu ada banyak hal janggal yang dilakukan oleh pemilik rumah itu. Persetan dengan hantu atau harus mematuhi peraturan si nenek. Yang jelas, hantu itu tidak ada. Titik. Yang ada hanyalah manusia jahat yang meresahkan sekitar.

...................

"Apa kau yakin? Kau tidak berhalusinasi kan? Rumah ini sudah kosong dari 20 tahun lalu. Kami juga sudah melakukan pemeriksaan, tapi yang kami temukan hanya barang-barang berdebu dan usang. Sama sekali tidak ada tanda-tanda penghuni disana. Mungkin yang kau lihat itu hantu" jelas polisi itu membuatku langsung meneguk ludah kasar.

"Ti-tidak mungkin! Aku kemarin melihat penghuni rumah ini datang ke rumahku! Dia nyata! Dia manusia! Aku juga sempat mendengar teriakan wanita tadi malam, aku yakin arahnya dari rumah sebelah ini!" jelasku, namun dua polisi di hadapanku ini saling berpandangan satu sama lainnya.

"Begini tuan Jeon. 20 tahun lalu, ada kejadian pembantaian di rumah ini. Hampir semua anggota keluarga terbunuh. Mereka punya anak kembar, satu anak sudah ditemukan tewas di kamar mandi. Tapi satu anak  lagi dikabarkan menghilang dan tubuh atau informasinya tidak ditemukan sampai saat ini. Kami sarankan untuk kau pindah saja, untuk menghindari hal-hal buruk lainnya. Arwah mereka mungkin gentayangan" jelas polisi itu. Mereka lantas meninggalkanku sendirian di halaman rumahku. Menurutku, para polisi itu tidak becus melakukan pekerjaannya, jadinya dia mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal seperti hantu atau roh gentayangan yang bagiku hanyalah dongeng

Sementara, aku memikirkan perkataan polisi tadi. Apa katanya? Pembantaian? Lalu kenapa keluarga itu dibantai? Ada misteri apa sebenarnya di balik pembantaian itu?

..............................

Hari ini, aku berdiam di rumah. Setelah membereskan jejak kaki darah di lantai dapur, aku langsung kembali ke kamar. Aku tidak ingin bekerja kali ini, jadi aku ijin saja pada Fred.

Aku menonton televisi hingga malam hari. Sekitar jam sebelas malam, aku memutuskan untuk tidur.

Namun, sebelum aku memejamkan mata, tiba-tiba aku mendengar suara sesuatu yang jatuh, arahnya dari rumah sebelah.

Aku langsung teringat peraturan yang dikatakan oleh nenek itu.

Jika kau mendengar suara barang terjatuh, segera sembunyi di lemari.

Karena terdesak, kali ini aku mencoba untuk mengikuti peraturan nenek itu.

Aku langsung menyibak selimut, turun dari kasur kemudian bersembunyi di dalam lemari. Aku langsung menutup pintu lemari, namun masih ada sedikit celah untuk melihat keluar.

Jantungku berdetak dengan sangat kencang, tenggorokanku terasa kering, ujung jari tangan dan kakiku mendingin. Rasa dingin itu menjalar di punggungku. Aku sangat ketakutan.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba terdengar suara gagang pintu yang berusaha untuk dibuka. Aku langsung menutup mulutku dengan kedua tangan ketika beberapa detik kemudian, pintu itu terbuka dengan mudah. Bagaimana orang itu  bisa membuka pintu terkunci dengan mudah?

Deg.

Dan yang keluar darisana adalah lelaki pucat berambut pendek yang sangat mirip dengan Kim Vicle.

Dia berdiri di tengah ruanganku sambil kepalanya celingak-celinguk ke segala arah.

Tubuhku bergetar ketakutan, aku berusaha untuk membekap mulutku sendiri dengan kedua tanganku lebih erat, supaya tidak ada suara yang terdengar.

Lelaki itu berjalan  ke arah tempat tidurku, kemudian merunduk ke kolong tempat tidur.

Jangan-jangan, siluet yang aku lihat beberapa hari lalu di sudut kamarku adalah dia??? Untuk apa dia ada di kamarku?

Tiba-tiba, dia menatap ke arah lemari.

Semua bulu kuduk di tubuhku meremang.

Dia berjalan cepat ke arah lemari tanpa suara.

Set!

Dan dia langsung membuka lemari, senyuman lebar langsung tercipta di wajahnya—sungguh mengerikan.

"TIDAK! JANGAN! LEPASKAN AKU!" aku berteriak histeris ketika dia tiba-tiba menarik tanganku, menarik tubuhku dengan kuat dan menghempaskan tubuhku ke kasur dengan kasar.

"TOLONG! TIDAK! JANGAN!" aku berusaha untuk memberontak, namun tiba-tiba lelaki itu sudah berada di atasku—mengungkung tubuhku dengan badan besarnya dan menahan tanganku di atas kepala. Aku sampai menangis karena sangat ketakutan.

"Tenanglah sayang. Kau akan baik-baik saja" ujar lelaki itu dengan suara seraknya yang mengerikan.

Cup!

Dia lantas mengecup bibirku sekilas, dan aku menangis sejadi-jadinya.










To be continued...

THE GHOST NEXT DOORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang