Bab 1

1.1K 99 2
                                    

Don't forget to vote and comment!

:
:
:

Perawat rumah sakit menyerahkan sendok yang sudah dibersihkan dengan tissue sebelum akhirnya diberikan pada anak remaja yang saat ini duduk di atas ranjang fokus mengahadap jendela yang menampilkan indahnya matahari tenggelam.

Anak itu tak kunjung menerima benda yang perawat berikan, "Makan dulu yuk, atau mau Suster suapin aja?"

Gelengan kepala dengan wajah yang redup menjadi balasan anak itu, mengundang tatapan sendu sang perawat.

Tidak ada satupun keluarga yang menemani anak itu saat ini. Biasanya ditemani oleh neneknya, namun mulai hari ini hingga beberapa waktu ke depan wanita tua itu tidak bisa hadir karena harus mengurus masalah anak perempuannya yang saat ini berada di luar negeri.

"Matahari no. 3... ini Yah kamarnya?" tanya seorang pemuda yang diangguki oleh pria yang berada tak jauh di belakangnya.

"Ayah masuk duluan, kalian tunggu sini dulu."

"Kenapa sih Yah, nggak bareng aja, ribet."

Pria itu menempelkan jari telunjuknya pada bibir pemuda yang barusan bersuara.

"Biar kejutan, adek kalian pasti suka."

Sang ayah memberi alasan, yang mengundang kerlingan mata malas beberapa dari mereka.

Belum sempat mengambil sendok dari tangan suster, fokus anak itu beralih pada suara berisik dari luar kamar disusul knop pintu yang dibuka oleh seseorang dari luar sana.

"Baaby Beeaar!"

"Papah!"

Seorang pria dewasa datang tersenyum lebar merentangkan tangan membawa anak itu ke dalam pelukan, mengubah wajah redupnya menjadi lebih cerah.

"Pak ini, makannya Beril," ucap perawat setelah melihat pria itu melepas pelukannya.

Saga mengambil makanan dan sendok dari perawat itu, membuat sang perawat tersenyum lega, akhirnya ada juga yang mengambilnya setelah sekian lama.

Perawat itu kemudian pamit keluar meninggalkan Bearyl berdua dengan pria yang barusan datang, dia adalah ayahnya. Saga selalu datang ke Jakarta menjenguk Bearyl dari Surabaya setiap sebulan sekali. Namun tak jarang dalam keadaan tertentu seperti saat anaknya mendadak harus dirawat seperti ini, dirinya juga hadir menemani.

"Kenapa belum makan? Papah suapin ya," ucap Saga yang dibalas dengan anggukan lucu dari sang putera.

"Lama banget dah Yah," kesal salah satu pemuda pada perawat yang keluar membuka pintu jadi berjengit kaget.

Saga dan Bearyl melihat ke arah sumber suara. Saga tersenyum canggung, dirinya lupa anaknya yang lain masih berada di luar.

"Surpriseee!" seru Saga saat keempat pemuda itu akhirnya masuk tanpa dipersilahkan.

"Masih inget nggak?"

Bearyl lagi-lagi hanya mengangguk, namun kali ini lebih pelan. "Katanya kangen sama mas-mas. Papah ajakin biar kamu lebih semangat lagi." Saga berucap sambil mencubit pelan pipi chubby puteranya.

Bearyl berbinar menatap keempat kakaknya yang hanya menunjukkan raut datar dalam diam. Dirinya tentu saja merasa sangat senang, namun juga cukup sadar jika mereka tidak terlalu menyukai dan nyaman untuk berada di sini. Jadi Bearyl hanya tersenyum saja, menyapa.

"Ini siapa?" tanya Saga menunjuk pada putera pertamanya.

"Mas Eka," jawab Bearyl lirih.

Sebenarnya Eka merasa kasihan juga pada anak itu, walaupun kehadirannya tidak diinginkan dan telah banyak merusak kebahagiaan orang lain. Namun melihat anak seusianya yang seharusnya melakukan banyak aktivitas, anak itu malah terbaring tak berdaya di ranjang pesakitan ini. Apalagi jika mengingat anak-anak yang ia didik di club basket, sangat jauh berbeda. Eka cukup merasa iba.

Kamar Matahari No. 3 [HAECHAN ANGST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang