Don't forget to vote and comment!
:
:
:"Btw tadi siapa?"
Bearyl yang sedang makan, mengerjap mendengar pertanyaan Redy. Saat ini hanya ada mereka berdua di ruang rawatnya, ayahnya pulang sebentar karena ada keperluan katanya.
"Temen lo?" lanjut kakaknya yang membuat Bearyl mengangguk sebagai balasan. Dia tidak bisa menjawab, mulutnya penuh dengan makanan.
Redy samar menelan ludahnya, saat melihat anak itu kalau sudah napsu makan, lupa dengan sekitar.
"Dia nggak macem-macem 'kan? Kalo dia berani ganggu, lo bisa bilang sama gue. Gini-gini gue jago bela diri."
Bearyl tersenyum mendengarnya, merasa Redy perhatian padanya. Dia juga percaya, karena Saga memang pernah menunjukkan padanya video Redy menggunakan sabuk hitam taekwondo saat masih kecil menangis mencari ibunya.
Bukan tanpa alasan, Redy berkata seperti itu. Dia mendengar anak tadi berkata Bearyl menyusahkan, saat dirinya akan keluar menyusul Saga. Ketika menyadari Redy sudah kembali masuk, anak itu berlagak memeluk Bearyl kemudian pamit pergi.
"Ken baik kok Mas, dia—"
Ceklek
Namun sebelum Bearyl selesai bicara, fokus mereka berlaih pada pintu kamar yang sedikit dibuka kemudian ditutup lagi. Dua orang yang ada di dalam masih setia menunggu dan tak lama pintu itu dibuka lebih lebar, kemudian masuklah pemuda dengan kikuk meletakkan sesuatu di atas meja.
"Mas Eka!" sambut Bearyl membuat pemuda itu tersenyum canggung menyugar rambutnya yang masih agak basah. Begitu tiba dari Surabaya, dia langsung mandi lalu ke sini.
Dia datang bukan karena apa, Eka pikir Bearyl hanya sendirian saat melihat Saga pulang ke rumah. Dirinya lupa masih ada si manusia paling sabar, Redy. Mau balik lagi sudah terlanjur membuka pintu.
"Mas keren banget kemarin, Beril nonton," seru Bearyl yang bermaksud memuji permainan kakaknya.
Redy sedikit heran, padahal tadi saat bersamanya anak itu hanya diam saja, kenapa dengan Eka malah mengajak bicara duluan?
Mendengar Redy berdecih, "Waktu papah bilang pertandingannya ada di tv, Beril langsung nonton Mas." Bearyl melanjutkan ucapannya.
Eka sedikit mendengus lelah, "Apanya yang keren." Padahal kemarin dirinya hanya terlihat di tv beberapa kali saja. "Kalo jadi pemain, itu baru keren," lanjut Eka kemudian terkekeh.
Mendengar respon Eka, wajah cerah Bearyl berubah jadi sendu. Kemudian dia menatap Redy seperti meminta bantuan.
"Lo bawa apa Mas?" Redy yang mengerti, dengan malas mencoba mengambil sesuatu yang Eka taruh tadi.
'Sialan' umpatnya dalam hati ketika membuka bungkusan itu. Lapis kukus lagi, dirinya agak muak melihat makanan itu. Kemarin saat musim sidang seminar semua temannya membawa kue itu untuk suguhan.
Melihat Redy yang wajahnya malah ikut masam, "Tetep aja keren, Mas. Apalagi timnya Mas kemarin menang." Bearyl mencoba menghibur.
Eka akhirnya berjalan mendekati Bearyl, "Ini udah?" Dia tidak merespon malah mengambil tempat makanan yang masih berada di pangkuan Bearyl.
Bearyl tersenyum mengangguk, "Beril kagum banget tau sama Mas Eka," ucapnya memandang wajah Eka yang tepat berada di depannya. Kemudian tiba-tiba tangannya melingkar pada pinggang Eka. "Beril sayang Mas."
Redy memutar bola matanya malas. Anak itu benar-benar suka pilih kasih, Redy yakin.
Sedangkan Eka berhasil membeku di tempatnya.Merasakan tubuh Eka yang kaku, Bearyl buru-buru melepaskan pelukannya sebelum Eka mengamuk. "Itu apa Mas?" tunjuk Bearyl mengalihkan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Matahari No. 3 [HAECHAN ANGST]
General Fictionangst ⚠️ (usahakan follow dulu sebelum membaca ya ♡)