13. Papercut

195 23 33
                                    

"Jika kau merasa tidak nyaman, tolong jangan dipaksakan, oke? Kau harus banyak-banyak istirahat." ucap Lisa, saat melihat Winwin begitu serius dengan laptop di depannya.

Winwin hanya tersenyum kecil. "Terima kasih. Tapi aku baik-baik saja, Mrs. Lisa."

"Baiklah, yang penting aku sudah memperingatkanmu. Jangan bekerja terlalu keras, kau harus pikirkan bayimu. Mengerti? Dan, sudah berapa kali aku bilang untuk memanggilku Eonni saja? Jangan Mrs. Lisa." ucapnya mengingatkan.

"Akan aku usahakan, Mrs. Lisa." ucap Winwin, yang mengundang decakan kesal dari Lisa.

Lisa pun kembali melihat gambaran sketsa di tangannya, sebelum kembali memanggil Winwin yang duduk di sebelahnya. "Winwin, aku ingin meminta pendapatmu."

"Apa itu?"

Lisa menyodorkan sketsa miliknya itu. "Menurutmu, lebih cantik jika gaun ini memakai banyak tiara atau swarovski saja?"

Mata Winwin berbinar melihat sketsa gaun pengantin yang ditunjukkan Lisa. "Cantik sekali desainnya."

"Benarkah?" sahut Lisa yang merasa bahagia. Namun, detik berikutnya gadis itu mencebik. "Sayangnya, calon suamiku terlalu sibuk hanya untuk melihat desain gaun ini. Padahal aku sudah berusaha membuatnya agar tampak cantik."

"Kau akan menikah Mrs. Lisa? Wah, selamat." ucap Winwin ikut merasa bahagia.

Lisa tersipu. "Yah, beberapa bulan lagi setelah calon suamiku menyelesaikan permainannya di lapangan."

"Wah, calon suamimu atlet ya?"

Lisa mengangguk antusias. "Namanya Nakamoto Yuta. Dia tampan, gagah dan sangat berkharisma. Apalagi jika sedang berlaga di lapangan, membuat aku jatuh cinta berkali-kali kepada laki-laki itu."

Winwin ikut tersenyum melihat Lisa yang tampak bahagia menceritakan bagaimana sosok kekasihnya itu. "Kau pasti sangat mencintainya."

"Tentu saja." Lisa mengangguk antusias. "Hidupku luar biasa membahagiakan saat bersamanya, walaupun terkadang kita juga lebih sering bertengkar." Lisa terkekeh. "Kau tentu tau bagaimana sepasang kekasih. Tidak semuanya berjalan mulus, akan selalu ada perdebatan di dalamnya. Tapi, hal itulah yang membuat jalinan cinta kita tidak akan mudah dilupakan. Anggap saja sebagai bumbu dalam sebuah asmara."

Bibir Winwin ikut tersenyum bahagia, saat melihat betapa antusiasnya Lisa menceritakan sosok Yuta.

Dalam hati Winwin berdoa untuk kebahagiaan gadis baik yang selalu ceria itu. Berharap kisah cinta Lisa dan Yuta tidak akan pernah lekang oleh waktu. Namun di sisi lain, hatinya seolah tercubit. Semua orang di sekitarnya berbahagia dengan jalan hidup mereka. Tapi, hanya dia yang harus menjalani takdir yang tidak pernah ia inginkan.

Perlahan tangan Winwin meraba perutnya. Dia tidak boleh punya pemikiran seperti itu lagi. Ada sebuah nyawa yang menggantungkan hidup padanya. Mungkin bukan hari ini, tapi suatu hari nanti, Winwin yakin juga akan bahagia dengan pilihan hidupnya.

"Ada apa? Perutmu sakit? Ya Tuhan, Winwin. Apa kita harus ke rumah sakit? Tunggu di sini. Aku akan mengambil mobil dan membawamu."

"Tidak, tidak. Aku tidak apa-apa, Mrs. Lisa. Hanya saja, aku merasa ada pergerakan di dalam sini."

"Wah, sungguh?"

Winwin mengangguk pelan. "Usianya sudah memasuki lima bulan. Tentu saja dia sering bergerak di dalam."

Lisa diam. Namun, Winwin bisa melihat jika gadis itu ingin mengatakan sesuatu. "Apa ada yang ingin kau katakan, Mrs. Lisa?"

"Boleh... bolehkah aku menyentuh perutmu?" tanya Lisa ragu.

BUTTERFLY (YUWIN GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang