five

75 10 5
                                    

Pagi itu, Salma bangun dengan perasaan campur aduk. Meski masih merasa sedikit lelah setelah malam panjang bersama timnya dan pesan singkat dari Rony, hari ini terasa berbeda. Ia ingin hari itu dimulai dengan tenang. Namun, begitu membuka ponselnya, ketenangan yang ia harapkan langsung hancur.

Notifikasi di Instagram dan Twitter berdering tak henti-henti. Ada ratusan, bahkan mungkin ribuan tagar yang menyebut namanya dan Rony. Salma mengerutkan kening, lalu membuka salah satu tweet yang muncul di linimasa.

"OMG, Salma sama Rony satu panggung lagi! Gue udah kangen banget liat mereka duet 😭 #SalmOnComeback"

Salma terkesiap. "SalmOn"? Itu nama shipper yang dulu sempat menjadi tren ketika mereka berdua masih sering duet dan dekat. Lama tak mendengar kehebohan itu, Salma berpikir shipper mereka sudah berhenti, apalagi setelah dua tahun lebih mereka tak pernah muncul bersama lagi.

Namun, kenyataan pagi ini berkata lain.

Salma kemudian membuka Instagram, melihat banyak akun penggemar yang memposting ulang video duet mereka dari acara gala semalam. Komentar-komentar di bawah video itu penuh dengan antusiasme dan kebahagiaan.

"Ini beneran? Gue kira mereka udah nggak akan pernah duet lagi!"
"Please, comeback berdua! Chemistry kalian nggak ada tandingannya!"
"Gue ship mereka dari dulu, seneng banget liat mereka bareng lagi."

Salma termenung sejenak. Bagian dari dirinya merasa senang, bahkan mungkin tersentuh, karena melihat betapa antusias para penggemar mereka. Ia rindu tampil dengan Rony, dan meski tak pernah mengakui secara terbuka, ia selalu merasa nyaman saat berada di panggung bersamanya.

Namun, di sisi lain, rasa takut juga muncul. Ia tahu terlalu dekat dengan Rony bisa membuka kembali banyak perasaan yang selama ini berusaha ia pendam. Hubungan profesional yang mereka jaga dengan susah payah bisa jadi kabur karena kehebohan publik ini. Bukan hanya itu, masa lalu mereka yang belum sepenuhnya selesai bisa saja muncul kembali dengan intensitas yang lebih besar.

Sambil menarik napas panjang, Salma membuka pesan inbox dan grup para penggemar yang selalu dipegang oleh timnya. Ada puluhan pesan dari berbagai kalangan, sebagian besar menanyakan apakah mereka berencana untuk kembali duet atau bahkan proyek musik bersama.

Novia, teman dekatnya, tiba-tiba mengirim pesan pribadi.

Novia:
Sal, udah liat berita di luar? Orang-orang pada heboh banget karena lo sama Rony satu panggung lagi! Banyak yang bilang kalian kayak nggak pernah berpisah. Lo gimana?

Salma mendesah pelan. "Iya, gue liat. Gue juga nggak nyangka mereka bakal segitu antusiasnya. Rasanya aneh, Nov."

Novia membalas cepat.

Novia:
Aneh kenapa? Harusnya lo seneng, kan?

"Ya, gue seneng sih. Cuma... gue juga takut. Takut kalau ini bikin semuanya jadi makin rumit. Gue udah coba ngejauh dari Rony selama dua tahun ini, tapi kalau kita terus kayak gini, gue takut bakal balik lagi ke situasi yang dulu."

Novia:
Lo emang masih nggak nyaman sama dia? Atau lebih ke takut perasaan lama muncul lagi?

Salma terdiam membaca pesan itu. Jujur, itulah yang ia takutkan. Bukan hanya soal hubungannya dengan Rony, tapi juga bagaimana semua orang di sekitar mereka; penggemar, media, bahkan industri musik, akan bereaksi kalau mereka mulai dekat lagi. Rasanya terlalu besar dan sulit dikontrol.

Ia mengetik balasan dengan jari yang sedikit gemetar. "Kayaknya lebih ke takut perasaan lama muncul lagi. Gue nggak tau apa gue udah bener-bener move on atau belum. Satu panggung kemarin bikin gue sadar kalau semuanya nggak segampang itu."

Novia membalas dengan lebih serius kali ini.

Novia
Lo harus pikirin baik-baik, Sal. Tapi inget, apa pun yang lo putuskan nanti, gue yakin lo bisa handle. Lo kuat kok."

Salma tersenyum tipis, merasa sedikit tenang dengan kata-kata Kak Putri. Tapi rasa takut itu masih ada. Ia merasa seperti sedang berdiri di tepi tebing, menunggu untuk jatuh, tapi belum tahu apakah ada yang akan menangkapnya.

Ponselnya kembali bergetar, kali ini sebuah pesan dari Rony.

Rony Parulian:
Sal, lo liat respon orang-orang di media sosial? Gue nggak nyangka bakal segini hebohnya. Gimana menurut lo?

Salma menatap pesan itu sejenak. Lagi-lagi perasaan bercampur aduk. Ia tahu Rony mungkin merasa senang dengan semua ini, tapi ia sendiri masih belum yakin bagaimana harus merespon.

Setelah menarik napas, ia membalas.

"Iya, gue liat. Gue kaget juga. Seneng sih, tapi jujur gue juga agak khawatir."

Tak butuh waktu lama, Rony langsung membalas.

Rony Parulian:
Khawatir kenapa? Kita kan cuma nyanyi bareng, nggak lebih dari itu.

Salma menggigit bibirnya, berusaha menyusun kata-kata yang tepat.

"Iya, tapi lo tau kan gimana penggemar kita dulu? Mereka suka berekspektasi lebih. Gue takut kalau ini bikin segalanya jadi makin rumit. Kita udah lama nggak duet, terus sekarang orang-orang jadi berharap lebih."

Ada jeda beberapa menit sebelum balasan Rony masuk.

Rony Parulian:
Gue ngerti. Tapi gue juga nggak mau kita berhenti duet cuma karena takut sama apa yang orang lain pikirin. Gue yakin, selama kita saling jaga dan nggak ngelakuin apa pun yang bikin salah paham, semuanya bakal baik-baik aja.

Salma membaca pesan itu dengan hati yang agak tenang. Tapi tetap saja, ia tahu perasaan dan ekspektasi orang lain kadang bisa lebih rumit dari apa yang ia atau Rony inginkan.

Ia membalas dengan sederhana. "Gue harap lo bener."

Rony menutup percakapan dengan pesan singkat yang selalu membuatnya tersenyum.

Rony Parulian:
Lo tau gue selalu ada buat lo, Sal. Apa pun yang terjadi, kita bisa handle bareng-bareng.

Salma menghela napas panjang, merasa sedikit lebih lega. Mungkin Rony benar, mungkin mereka bisa menjalani ini dengan tenang tanpa harus terlalu tertekan oleh harapan orang-orang. Tapi tetap saja, rasa takut itu tak sepenuhnya hilang.

Ia menatap ponselnya sekali lagi, melihat ribuan komentar yang terus bermunculan. Malam itu memang hanya sebuah langkah kecil, tetapi dampaknya pada kehidupan mereka ternyata jauh lebih besar dari yang ia duga.

Dan di tengah semua itu, Salma hanya bisa berharap agar ia tidak terseret kembali terlalu dalam ke dalam kenangan lama yang mungkin akan membawa lebih banyak komplikasi di masa depan.

🍁🍁🍁

Hellow.
Welcome back to the story.
Apa kabar? Semoga baik, ya.

Gimana part ini? Jujur aku nulis agak berair dikit nih mata. Lebih teringat dengan kita yang sekarang sih. Eh, tapi jangan terlalu sedih ya, kita bareng-bareng di sini. ok?

Thanks for your support, see you next chapter, babay!!

Restu Semesta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang