Seven

85 10 4
                                    

Langit yang kian gelap disertai hujan yang kian lebat, membuat suasana semakin dingin ketika mereka tiba di depan rumah Salma. Rony menghentikan mobilnya perlahan dan melirik ke arah luar. Hujan masih deras, dan Salma yang melihat itu mulai menghela napas kecil.

"Ya ampun, hujan makin gede," gumam Salma pelan, sedikit ragu untuk keluar dari mobil.
Rony tersenyum kecil, lalu membuka bagasi mobilnya untuk mencari sesuatu. Tak lama, dia mengeluarkan sebuah payung besar. "Santai aja, gue udah siap sedia," katanya sambil membuka payung tersebut.

Salma tertawa kecil melihat payung itu. "Serius, lo udah siap segalanya, ya?'

Rony mengangkat bahu, "Nggak juga, cuma kebetulan aja."

Dia lalu keluar dari mobil, membuka payung, dan berjalan mengitari mobil untuk membuka pintu di sisi Salma. Dengan sedikit ragu, Salma melangkah keluar dan berdiri di samping Rony. Di bawah payung yang cukup besar untuk menutupi mereka berdua, suasana menjadi lebih tenang meski hujan masih turun deras.

"Kita jalan pelan-pelan aja," kata Rony, sambil memastikan payung itu menutupi Salma dengan sempurna.

Mereka berjalan bersama menuju pintu rumah Salma. Suara hujan yang deras dan angin yang sedikit berhembus membuat suasana semakin intim, namun tetap ada rasa canggung di antara mereka. Rony terus memperhatikan langkah Salma, memastikan gadis itu tidak terkena hujan sedikit pun. Perhatian kecil yang selalu dia berikan, membuat Salma diam-diam merasa hangat di tengah cuaca dingin ini.

Sesampainya di depan pintu, Salma menoleh pada Rony. "Thanks, Ron. Lo baik banget."

Rony hanya tersenyum. "Nggak usah dibahas. Yang penting lo nggak basah kuyup. Masuk deh, nanti Lo kedinginan."

Salma mengangguk pelan. "Lo hati-hati pulangnya, ya."

Rony menatapnya sebentar, lalu mengangguk. "Pasti. Lo juga jaga diri ya, Sal."

Mereka berdua terdiam sejenak, sebelum akhirnya Salma membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam rumah. Rony menutup payungnya dan berjalan kembali ke mobil di bawah hujan yang deras, merasa ada sesuatu yang perlahan berubah dalam dirinya.

***

Setelah Rony kembali ke mobilnya, dia duduk sejenak, membiarkan suara hujan yang semakin deras memenuhi keheningan. Wiper bergerak pelan, menyapu air dari kaca depan, tetapi pikiran Rony tidak bisa sepenuhnya fokus pada jalan. Semua yang terjadi tadi, pertemuannya dengan Salma, obrolan singkat mereka, dan momen di mana dia memayungi gadis itu hingga depan rumahnya, semua berputar di benaknya.

Rony menatap rumah Salma dari kaca spion, merasa seolah-olah dia telah melangkah kembali ke masa lalu, meski hanya untuk beberapa saat. Ia tak menyangka, setelah bertahun-tahun berlalu, ia masih merasakan getaran yang sama saat melihat Salma. Mungkin lebih tenang, lebih dewasa, tapi tetap ada sesuatu yang tak bisa ia abaikan.

Sambil menarik napas panjang, Rony menyalakan mesin mobil. Dia menatap jalanan yang basah oleh hujan, tapi bukannya segera melaju, ia hanya duduk diam beberapa menit lagi, merenungkan bagaimana perasaannya. Dia sempat tersenyum kecil, mengingat candaan Salma saat mereka berbincang di perjalanan tadi.

"Lo kira gue bakal lupa sama Lo?" Salma sempat berkata, sedikit tertawa ringan seolah-olah dia tak ingin Rony tahu kalau kalimat itu sedikit menyentuh hatinya.

Rony tertawa kecil mengingat momen itu. Meski mereka tidak membahas hal-hal berat, perbincangan ringan seperti itu sudah cukup membuatnya merasa lebih dekat dengan Salma lagi, meskipun dia tahu jalan mereka ke depan mungkin tidak akan mudah.

Akhirnya, dengan tekad yang mulai tumbuh di dalam hatinya, Rony mulai menggerakkan mobil. Hujan yang deras seolah menjadi latar sempurna untuk pikiran-pikiran yang berlarian di kepalanya. Dia tahu, ini baru langkah kecil, tapi Rony berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak terburu-buru. Dia akan melakukannya dengan hati-hati, memberi ruang bagi Salma, dan berharap suatu hari, mereka bisa kembali seperti dulu atau mungkin lebih baik.

Saat mobil mulai bergerak menjauh dari rumah Salma, Rony merasa lega. Meskipun banyak hal yang masih harus mereka hadapi, malam ini adalah awal yang baik.

Sementara itu, di dalam rumah, Salma berdiri di depan jendela kamarnya, menatap ke luar melihat mobil Rony yang perlahan menghilang di balik gerimis malam. Ia menarik napas panjang, masih bisa merasakan sisa kehangatan dari jaket Rony yang tadi ia kenakan. Hatinya campur aduk antara bingung, lega, dan canggung.

Salma kembali termenung. Pertemuannya dengan Rony tadi membuatnya berpikir banyak hal. Sejujurnya, ia tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi dengan cara yang begitu tiba-tiba. Setelah lama berusaha menjauh, berusaha memadamkan perasaannya, tiba-tiba semua muncul lagi. Rony, dengan caranya yang santai dan penuh perhatian, terus saja membuat Salma bingung harus bereaksi bagaimana.

"Kenapa sih dia harus baik banget..." gumam Salma pelan, menyentuh jaket yang masih ia pegang.

Salma memang selalu mencoba menjaga jarak, tapi setiap kali Rony muncul, perasaannya bergetar. Walaupun obrolan tadi hanya basa-basi, sedikit canda, tapi itu sudah cukup membuat hatinya kembali tak menentu. Tawa kecil yang terlontar dari mulutnya saat Rony bicara tentang bagaimana ia pikir Salma mungkin sudah melupakannya, sebenarnya lebih untuk menutupi apa yang ia rasakan.

"Gue nggak mungkin lupa, Ron..." bisiknya lirih, seolah menjawab kata-kata Rony di dalam mobil.

Di dalam benaknya, Salma masih terus bertanya-tanya, apakah ia benar-benar bisa tetap menjaga jarak seperti ini? Karena sekeras apa pun usahanya, ada sesuatu tentang Rony yang selalu bisa membuat tembok yang ia bangun perlahan runtuh.

Tiba-tiba ponsel Salma berdering, mengalihkan pikirannya dari segala hal tentang Rony. Dengan sedikit kaget, ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Nama yang muncul di layar membuatnya terdiam sejenak. Damian, Mantan kekasihnya.

"Kenapa dia tiba-tiba ngehubungin lagi?" pikir Salma dalam hati, sedikit ragu untuk membuka pesan itu. Setelah beberapa detik menimbang, akhirnya ia memutuskan untuk melihat isinya.

Damian:
Hai, Salma. Apa kabar? Kapan ada waktu, aku pengen ngomongin sesuatu.

Salma menarik napas dalam-dalam sebelum menaruh ponselnya kembali di meja, tanpa membalas pesan tersebut. Ia merasa belum siap untuk membuka kembali cerita lama yang pernah ia tutup rapat. Di tengah kebingungannya dengan perasaannya terhadap Rony, pesan dari Damian hanya membuat segalanya semakin rumit.

"Gue nggak perlu terjebak lagi di situ," gumamnya pelan.

🌧️🌧️🌧️

Hellow.
Welcome back to the story!!

Gimana Chapter ini? I hope you like it.
Apakah setelah ini bakal ada arus yang mulai kenceng geng?

Kalian jaga kesehatan ya. Sekarang lagi musim penghujan, bak kata pepatah "sedia payung sebelum hujan". Atau kalian mau pinjam payung biru legend itu?, hahaha. Siapa tau butuh di payungin juga kayak mereka tadi. Iya, kan?

Thanks for your support, see you next chapter, Babay vren!!

Restu Semesta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang