Bab 2

98 21 1
                                    

"Jimin, tolong periksa tanggal kadaluarsa di rak sebelah situ.", tunjuk seseorang yang sedang mengangkat beberapa kardus barang.

"Nee!", Jimin bergerak cepat, ia kembali bekerja setelah mengambil cuti selama tiga hari, padahal awalnya dia diberi cuti sampai dua minggu oleh atasannya, tetapi Jimin memilih untuk kembali bekerja karena dia sudah sangat bosan tinggal sendirian di apartemen miliknya, ralat.. milik suaminya.

Semenjak kejadian di hari pertama pernikahan mereka, Jimin lebih berhati-hati terhadap Yoongi, sadar bahwa orang itu tidak ingin diganggu, tapi ia tetap ingat akan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, memasak dan membereskan apartemen, walaupun Yoongi tak pernah menyentuh masakannya.

Yoongi selalu pergi pagi-pagi buta mengejar kereta pagi, karena tempat kerjanya yang menempuh jarak lumayan.

"Jungkook, tolong bawakan aku kardus satu lagi! Di sini masih banyak yang kadaluarsa.", teriak Jimin ke seseorang yang sedari tadi mondar-mandir memindahkan kardus ke gudang belakang.

"Siap!!!", sahut Jungkook antusias.

Setelah beberapa menit mereka membereskan rak barang-barang, Jimin dan Jungkook pun beristirahat sebentar sebelum menutup toko. Mereka menikmati angin malam di depan toko sambil memakan mie cup.

"Hyung, kau tidak ingin pergi honeymoon bersama suamimu? Bukankah kalian baru saja menikah?", pertanyaan Jungkook mengalihkan atensi Jimin.

"Emm.. kami memilih menghabiskan waktu di kota saja. Kurasa Yoongi masih sibuk dengan pekerjaannya.", Jimin menjawab dengan senyuman manisnya.

"Apa suamimu tidak mengambil cuti pernikahan?", dahi Jungkook mengernyit.

"Eh..", seketika Jimin tersadar, bahkan keesokan hari setelah mereka menikah, pagi pagi buta, Yoongi sudah pergi saat dia keluar dari kamar.

"Yaa.. pekerjaannya tidak bisa ditinggalkan.", Jimin menjawab sekenanya. Hatinya terus meringis mengingat pernikahannya sangat rentan.

"Huh!! Pasti bos nya sangat pelit! Kalau saja aku menikah dan Taehyungie tidak mengambil cuti dan tetap ke kantor sialannya itu, aku pasti akan menceraikannya saat itu juga !!!", Jungkook bersungut sungut mengucapkan janjinya, kakinya ia hentakkan ke lantai, ia merasa kasihan kepada Jimin dan Yoongi secara bersamaan, setidaknya pengantin baru itu harus selalu berada di dalam kamar setidaknya seminggu penuh.

"Siapa yang akan bercerai hmm?"

"KAGETTT!!!!"

"Uhuk uhuk!"

"AH, TAEHYUNGIEE !! Bilang-bilang dong, kalau datang! Kasian Jimin-hyung tersedak!", Jungkook menepuk nepuk punggung Jimin pelan.

"Minum dulu, Hyung!", Jungkook menyerahkan botol air yang ada di dekatnya.

Jimin meneguk air tak sabaran, rasanya tenggorokannya sangat sakit karena ia memakan mie yang pedas.

"Cepat minta maaf ke Jimin-hyung!", Taehyung dipaksa membungkuk di depan Jimin yang masih minum.

"Maaf, Jimin.. aku tidak tau kalau kau akan sekaget itu."

"Tidak apa, Tae.. kau kan tidak sengaja. Aku baik-baik saja.", Jimin menepuk pundak Taehyung.

"Huh.. Jimin saja bilang tidak apa-apa, kenapa Kookie sewot sih!", Taehyung dengan tata mic nya membuat emosi Jungkook naik.

"Sudah-sudah.. jangan bertengkar di sini! Taehyung cepat antar Jungkook pulang, sebelum appa nya mencarinya.", lerai Jimin yang melihat muka merah Jungkook karena marah.

"Nah, ayo sayang..! Kita tidak bisa membuat appa khawatir." Taehyung meraih tangan kekasihnya.

"Tidak mau! Aku akan pulang setelah Jimin-hyung dijemput suaminya!", Jungkook menepis tangan Taehyung.

Are'nt We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang