Bab 3

150 24 3
                                    

Karena tidur terlambat, Jimin pun bangun kesiangan, sinar matahari masuk melalui celah celah tirai jendela, menyilaukan mata.

"Ah.. jam berapa ini?", Jimin meraih ponselnya yang terletak di atas nakas.

"Hahh!!? Jam 10!!?", Jimin langsung turun dari kasur dan berlari ke kamar mandi.

"Sial, aku terlambat!", setelah mandi secepat kilat dan menggosok gigi, Jimin bersiap untuk pergi ke toko tempatnya bekerja, dia berencana untuk membawa roti lapis selai sebagai bekal.

"Ayo, Jimin, cepatt!!", Jimin menyemangati dirinya sendiri.

Dengan gerakan tangan yang cepat, Jimin mengolesi rotinya dengan selai anggur, dalam waktu singkat, tiga roti lapis nya selesai.

"Kau akan pergi ?"

Jimin refleks menoleh ke belakang, melihat wujud Yoongi yang tampak rapi dengan mantel dan jas nya, apa Yoongi belum pergi, apa Yoongi juga bangun kesiangan sama sepertinya?

"Iyaa, kau butuh sesuatu?", tanya Jimin sambil menumpuk roti selai nya.

Yoongi tampak berpikir sebentar, lalu menggelengkan kepalanya cepat. Tak sengaja, matanya mengarah ke roti yang Jimin susun.

"Ini semua milik mu?", tangan Yoongi menunjuk ke roti milik Jimin.

"Ya.", jawab Jimin singkat, karena ia sedang terburu-buru.

"Apa kau lupa kalau kau tidak tinggal sendirian?", Yoongi mengalihkan padangannya ke Jimin.

"Hah?", Jimin tidak paham, gerakan tangannya terhenti.

"Tidak ada sarapan untukku, kau lupa tugasmu?", Yoongi menatap Jimin tajam.

Oh, ayolah... Jimin tidak tau harus bereaksi seperti apa, dia sedang mengejar keterlambatannya, tapi di sisi lain, Yoongi meminta sarapan kepadanya?! Ini adalah pertama kalinya. Apakah Yoongi sedang menuntut hak nya sebagai seorang suami? Bolehkah Jimin senang?

"Mau kumasakkan apa?", tanya Jimin sumringah, kepanikannya hilang seketika.

"Aku hanya mengingatkanmu, aku bisa membeli makananku sendiri. Kau boleh pergi sesukamu, tapi ingat tugasmu jika sedang berada di sini!", Yoongi berjalan ke arah kulkas.

Jimin ciut seketika, ucapan Yoongi menusuk hati kecil nya yang terlanjur senang. Bagaimana dia bisa ingat menyiapkan sarapan untuk Yoongi, bahkan sejak kedatangan mereka di apartemen, mereka belum pernah sekalipun makan bersama.

Dipikir-pikir lagi, Jimin tak pernah menyiapkan sarapan untuk Yoongi, karena laki-laki itu selalu pergi sebelum Jimin bangun. Dan Jimin tidak tau jika pagi ini, ada Yoongi di apartemen.

"Kau sendiri, kenapa masih di rumah?", cicit Jimin.

"Aku mengambil cuti.", jawab Yoongi singkat.

Tentu bukan cuti untuk pernikahan mereka yang baru berjalan beberapa hari kan?

Jimin tidak akan berharap lebih, ia mengambil rotinya dan memasukkannya ke dalam kotak bekal, Jimin sudah sangat terlambat.

"Oh..begitu, aku pergi dulu.", Jimin berlari meninggalkan dapur, menyisakan Yoongi sendirian.

Lelaki pucat itu menatap kepergian Jimin dengan muka datar, tanpa ia sadari tangannya sudah meremat botol mineral yang dipegangnya,

"Ck, apa sebenarnya yang sedang ku lakukan?!".

_________________________________________

"Kenapa kau masih saja bekerja!?", suara Taehyung menggelegar di seluruh sudut ruangan, mengalihkan atensi orang-orang sekitar, bahkan ada yang mengintip dari balik dinding kaca.

"Diam, Tae! Aku sedang serius!", Yoongi membolak-balikkan dokumen di depannya dan memberi coretan-coretan yang tidak terlalu Taehyung pahami.

"Sudah kukatakan, aku akan memberimu cuti cuma-cuma sebagai hadiah pernikahan! Pulanglah! Tidak ada yang menyuruhmu untuk menyelesaikan dokumen ini sekarang!", Taehyung menarik dokumen yang Yoongi pegang, membuat coretan pena memanjang di salah satu halamannya.

"Tae..", Yoongi berusaha meredam emosinya, bagaimanapun juga, Taehyung adalah bos nya.

"Pulanglah, Yoon! Ajak istrimu bersenang-senang!", dengan tampang tak berdosa, Taehyung membuang dokumen itu ke tempat sampah.

"Aku akan menyuruh divisi lain untuk menyelesaikannya. Kau hanya perlu mengirimkan copy file nya kepadaku.", saran Taehyung.

"Baiklah, tapi jangan ganggu aku selama masa cuti ku.", Yoongi mulai membereskan barang-barangnya di atas meja.

"Sepakat!", Taehyung mengacungkan jempol.

"Huhh.. Kookie harus bersyukur memiliki kekasih sepertiku, bagaimana jika dia bertemu dengan pria kolot seperti Yoongi, aku yakin dia akan minta cerai bahkan sebelum mereka menikah., batin Taehyung dalam hati, memandang punggung orang yang baru saja diusir olehnya.

"Ih, amit amitt!!! Kookie itu hanya milikku!! Apa yang baru saja aku bayangkan, jelas aku tidak sudi!!", Taehyung bergidik setelah sadar ia baru saja mebayangkan Jungkook menikah dengan Yoongi.

_________________________________

Yoongi melihat ke jam yang melingkar di tangannya, pukul 9, ini terlalu pagi bagi nya untuk pulang ke rumah, apa yang harus dia lakukan, Jimin tentu saja sudah pergi. Sebenarnya Yoongi tidak ingin menerima cuti yang Taehyung berikan, karena dia tidak tau apa yang harus dia lakukan di apartemen, bahkan ia lebih memilih untuk lembur daripada menganggur di apartemen. Tapi, Taehyung mengganggunya terus menerus sejak Yoongi masuk kerja setelah menikah.

Yoongi memijat keningnya yang terasa pening, bos nya itu selalu memaksanya dengan dalih membahagiakan istri, istri? Ah.. Yoongi bahkan tidak ingat dengan jelas nama istri nya, padahal baru saja dia menyebut nama istrinya di dalam hati.

"Dimin? Simin? Ah.. siapa namanya?! Kenapa susah sekali!!", Yoongi berusaha keras untuk mengingat nama orang yang selalu jadi alasan Taehyung untuk memberi cuti.

"Ayo, Jimin, cepatt!!"

Yoongi menoleh ke arah dapur, suara yang jarang di dengarnya, tapi dia hafal siapa pemilik suara itu.

"Dia tidak pergi? Apa dia juga cuti?", batin Yoongi, kakinya melangkah mendekat ke arah suara tadi berasal.

Rupanya Jimin sedang membuat roti lapis, tapi anak itu terlihat buru-buru.

"Kau akan pergi?"

Jimin berjengit mendengar suara Yoongi yang tiba-tiba.

"Iyaa, kau butuh sesuatu?", Jimin tampak tak perduli dengan kehadirannya. Entah kenapa, tiba-tiba Yoongi merasa lemas, kenapa juga Jimin cuti, bahkan Yoongi sendiri sebenarnya juga tidak ingin cuti, kalau bukan karena paksaan Taehyung.



Are'nt We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang