Bab 4

126 26 8
                                    

Ting!

Sebuah pesan masuk di ponsel Yoongi.

"Tolong kirimkan copy file nya cepat!", dari Taehyung tentu saja.

Sayangnya, Yoongi masih tidur. Menghabiskan waktu seharian di apartemen sendiri membuat Yoongi bosan. Alih-alih berjalan ke taman kota, pria pucat itu lebih memilih untuk kencan bersama kasurnya yang empuk.

"Yoongi, kau harus menikah dengan anak si Park! Aku tidak peduli! Siksa saja anaknya! Suruh dia bekerja! Anak itu harus melunasi semua hutang ayahnya!!! Dia harus tau apa akibat dari kelakuan ayahnya yang tak tau diri!!"

Yoongi membuka matanya perlahan dan menghembuskan nafas kasar, kenapa juga ia harus bermimpi seperti itu, tidak bisakah dia bermimpi dengan indah di hari liburnya ini.

"Ahh, sudah sore ternyata, aku lapar sekali." Yoongi bangkit dari kasur dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tak lama kemudian, pria pucat itu sudah berkutat di dapur membuat olahan yang akan mengenyangkan perutnya. Tangannya dengan lihai memotong-motong sayuran dan daging yang akan ia masukkan ke dalam panci yang sudah mendidih air di dalamnya.

Beberapa bumbu juga ia taburkan ke dalam masakannya sebagai penambah rasa, terakhir ia mencicipi masakannya sebelum mematikan kompor.

"Hmm.. daebak!", dengan tak sabar Yoongi mengambil mangkuk untuk menuangkan soup nya.

Selalu tinggal sendiri, adalah alasan di balik kemampuan Yoongi dalam memasak, walaupun tak jarang juga ia makan makanan yang dipesan secara online.

Selesai makan, Yoongi mencuci peralatan masaknya, dan membereskan dapur.

"Masih jam 5? Jimin pulang malam biasanya. Apa aku jalan-jalan saja?" monolognya.

Yoongi berjalan ke arah gantungan baju, niat hati ingin mengambil jaket.

Ting tong! Ting tong!

"Jimin?", Yoongi berlari kecil ke arah pintu setelah mendengar suara bel yang ditekan, tapi ini bukan jam Jimin pulang, siapa yang berkunjung ke rumahnya, seingatnya, ia tak punya teman kecuali satu dua orang. Dan sangat tidak mungkin temannya itu berkunjung ke apartemennya.

"Halo, Yoongi, apa anakku ada di rumah?", ternyata ayah mertua nya, Yoongi sedikit kecewa.

"Mian Appa, Jimin masih bekerja, dia akan pulang sebelum jam 10."

"Oh, begitu yaa.. boleh aku masuk?"

"Tentu, silahkan.", Yoongi membuka pintu lebar-lebar mempersilahkan ayah mertua nya masuk.

"Sebenarnya aku tidak ingin lama, aku ingin menemui Jimin karena dia berjanji akan mengirimiku uang setelah dia menikah, tapi sampai sekarang dia belum mengirimiku uang, bisa kau telfon anak itu agar mengirimiku uang, aku sangat membutuhkannya sekarang.", pinta pak Park setelah duduk nyaman di sofa.

Yoongi tercekat, sekarang ia tau seberapa menyebalkan orang tua di hadapannya ini, pernikahan Jimin belum berumur seminggu, tapi orang tua kolot ini sudah meminta uang, lalu bagaimana dengan hutang-hutang nya, tega sekali pria tua ini membuat anaknya sendiri sebagai pengganti untuk melunasi hutang nya.

Yoongi tau alasan pernikahan mereka yang terkesan buru-buru, ayah Jimin memiliki hutang yang besar, untuk melunasi nya, ayahnya menggunakan Jimin sebagai pelunas, bukan pernikahan lah yang melunasi hutang nya, tetapi pernikahan hanya sebagai pengikat agar sang pelunas tidak kabur sampai semua hutangnya ia lunasi.

Dan ayah Jimin adalah orang yang merekomendasikan pernikahan tersebut.

"Maaf pak Park, tapi sepertinya anda tidak mengerti, Jimin sudah menjadi istri saya, dan Jimin tidak berhak untuk menafkahi anda yang masih sehat dan mampu bekerja.", Yoongi mengubah panggilannya terhadap orang tua di depannya.

Are'nt We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang