14. Ada apa?

32 4 0
                                    

Sahara sedang memainkan ponselnya dengan santai tanpa sedikitpun terusik dengan suara kakek dan Septian serta Samudra yang baru tiba.

Ia pun memasangkan earphone kecil yang selalu ia bawa ke telinganya.

Tangannya sibuk mengetik entah apa, tapi wajah Sahara sangat serius. Hal itu menarik Satra untuk menoleh ke arahnya.

Satra mengangkat alisnya heran. Setelah Sahara menanyainya tentang Serina dan ayah, adiknya itu mulai sibuk dengan ponselnya.

Entah kenapa Satra sedikit curiga dengan Sahara yang seperti ini. Gelagat aneh yang Sahara perbuat sedikit memicu Satra untuk berspekulasi bahwa adiknya itu tengah menyembunyikan sesuatu.

"Yang bener aja!" Seru Septian tanpa sadar membuatnya kembali merasakan pukulan cinta dari kakek.

Satra yang melihat itupun, hanya bisa menghela napas singkat. Kakek dan Septian sama-sama keras kepala, mereka tak akan selesai jika tak ada yang menengahinya. Samudra malah ikut-ikut menanggapinya.

"Kan udah ada mas Satra, kek. Kak Tian ini mau jadi produser, pasti aja dia nggak mau dijadiin CEO." Sahut Samudra.

Kakek yang mendengarnya akhirnya memutuskan untuk berhenti berdebat. Napasnya memburu sama halnya dengan Septian.

"Nggak papa kalo kamu nggak mau sekarang." Kakek kemudian bangkit, ia menuju Satra dan juga Sahara yang masih tak mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Cepet sembuh. Kakek pulang dulu." Pamit kakek setelah menepuk pelan pundak kiri Satra.

Satra membalasnya dengan senyum kecil dan juga anggukan kepala.

Akhirnya Sahara pun menaikan pandangannya, ia menatap kakek yang berdiri di hadapannya.

"Kakek mau pulang, nanti kalo mau pulang jangan malem-malem dan kalo mau nginep tidurnya juga jangan malem-malem." Kata kakek, sedangkan Sahara hanya tersenyum mendengarnya.

"Hm, kakek hati-hati."

Setelah itupun kakek pergi, meninggalkan keempat bersaudara itu dalam keheningan.

Lalu tiba-tiba suara batuk Sahara terdengar beberapa kali. Gadis itu terus batuk sampai-sampai ia pun meminta minuman Satra.

Namun, Sahara tetap batuk. Hingga Samudra dan Septian menoleh ke arah Sahara yang terlihat kesakitan seraya memegangi dadanya.

"Hei-hei, lo kenapa?" Tanya Satra panik.

Sedangkan Sahara menggeleng, tapi batuk nya tak mereda sedikitpun. Napasnya memburu, keringatnya bercucuran. Sahara terlihat sangat kesakitan.

Sampai pada akhirnya, Satra mendekatkan tangan kirinya yang tak berlapis penopang tulang itu ke arah tengkuk Sahara.

Anehnya batuk itu dengan cepat berhenti, tapi napas Sahara masih terus memburu.

Setelah Sahara tenang, ia pun melirik ke arah kakak-kakaknya yang tengah menatapnya dengan serius.

"Barusan tadi itu apa?" Tanya Septian datar.

Sahara terlihat bingung ingin mengucapkan apa, ia pun kembali melirik ke arah Satra yang juga terlihat panik menatapnya.

"Nggak papa kok. Gue tadi cuma tersedak permen karet." Jelas Sahara.

Kemudian ia bisa melihat Septian dan juga Samudra kembali dengan dunia mereka sendiri. Sedangkan Satra cuma bisa menghela napasnya yang entah kenapa terasa mengganjal.

"Bener cuma permen karet?" Ulangnya sekali lagi.

Sahara terkekeh kecil sebelum berkata, "Iya."

"Tapi kok gue nggak percaya?" Satra mengerut bingung.

Need (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang