- March, 8, 1989/River Thames/London.
Sungai Thames, mengalir tenang, memantulkan lampu-lampu kota London yang berpendar di permukaannya. Di tepinya, pasangan berjalan beriringan, seperti halnya Patricia dan Jona, sementara pejalan kaki sibuk melintasi trotoar berbatu.
Kafe-kafe tepi sungai dipenuhi orang-orang yang bersantai dengan secangkir kopi, ditemani denting gelas dan suara musisi jalanan yang melantunkan nada lembut. Para seniman duduk diam, mencari inspirasi dari air yang bergerak perlahan.
Thames, dengan keindahan dan misterinya, menjadi saksi bisu kehidupan yang tak pernah berhenti di sekitarnya.
"Sudah lama ya, sejak terakhir kali kita kemari" Patricia dengan nada yang ceria bermonolog, ia menggoyang-goyangkan lenganya yang digenggam erat oleh Jona, kedepan dan belakang.
"Bukankah, itu baru satu minggu yang lalu? Kau lupa?" Jona dengan nada bicaranya yang selalu singkat itu menghentikan langkahnya.
"Yah...terkadang waktu berjalan dengan lambat" Patricia menjawab, dengan tanganya yang berusaha lepas dari genggaman erat Jona namun, Jona tetap menahanya dan menatapnya dingin namun, dalam.
Patricia menggenggam lengannya erat, seolah melindungi diri dari dinginnya angin. "Malam ini dingin sekali, ya?"
Jona menatap lurus ke depan, suaranya datar namun lembut. "Kau terlalu lama di luar tanpa jaket."
Patricia tertawa kecil. "Ya, mungkin. Tapi aku suka udara malam di sini, rasanya berbeda. Seperti... ada sesuatu yang abadi di sepanjang sungai ini."
Jona menoleh sebentar, matanya sekilas menatap Patricia.
"Thames memang selalu punya cara untuk membuat orang berpikir. Apa yang sedang kau pikirkan?"
Patricia mendongak ke arah lampu-lampu di jembatan.
"Aku berpikir... betapa kota ini berubah setiap hari, tapi di saat yang sama, ada bagian-bagian yang tetap sama. Seperti sungai ini."
Jona dengan Suara datarnya berucap. "Sungai selalu bergerak, tapi tetap berada di tempat yang sama. Seperti manusia, mungkin."
Patricia tersenyum dan berhenti berjalan sejenak, memandangi Jona. "Kau selalu punya cara untuk membuat hal-hal sederhana terdengar begitu dalam, ya?"
Jona, kali ini dengan suaranya yang lebih lembut. "Bukan hal yang sulit ketika kau sudah banyak melihat dunia dari sisi lain."
Patricia mendekat sedikit. "Dan dari sisi mana kau melihatku?"
Jona memandang jauh ke arah sungai, tak segera menjawab. "Kau berbeda, Patricia. Kau lebih dari sekadar apa yang tampak di permukaan."
Patricia tersenyum lembut, menunduk sedikit. "Kau tahu, kau selalu bisa membuatku merasa istimewa, meskipun kau jarang bicara."
Jona menjawab, suaranya penuh makna. "Itu karena kau memang istimewa."
Hening sejenak di antara mereka. Suara angin berbisik di atas permukaan air, dan suara jauh dari kapal yang melintas terdengar samar.
Patricia menggenggam lebih erat tangan Jona, menatapnya dengan ekspresi yang lembut namun penuh rasa ingin tahu.
Patricia, dengan suara pelan, seolah berbicara kepada dirinya sendiri.
"Kadang aku berpikir... apa yang akan terjadi jika aku tak pernah bertemu denganmu?"Jona menatap lurus ke depan, tak berbalik. "Kau akan tetap jadi dirimu. Mungkin hanya jalur yang berbeda."
Patricia sedikit tertawa. "Dan kau, Jona? Apa yang terjadi jika aku tak pernah hadir dalam hidupmu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/378428183-288-k455682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Echoes of London
Любовные романыDi jalanan yang remang di London tahun 1989, takdir menyulam kehidupan Jona dan Patricia dalam tarian rahasia dan pengabdian. Jona, seorang penjaga bisu yang terikat oleh janji kuno, menyembunyikan hatinya di balik tabir tanggung jawab. Patricia, t...