(1). Penyerangan

472 88 42
                                    

•Note•
Book ini nggak ada kaitannya sama book pertama.
Beberapa nama tokoh memang sama, tapi untuk cerita sama sekali nggak ada kaitannya.

Seperti biasa, jangan lupa vote sebelum baca
Okey selamat membaca book ke-8 Buna!

*
*
*

Suara pintu yang dibanting cukup keras terdengar menggema di seluruh kediaman berlantai tiga itu. Seorang remaja yang sedang bersantai di halaman belakang, hanya bisa menghela napas saat teriakan yang sarat akan sebuah rengekan mulai mendekat ke arahnya.

"Ergaaa!!"

Reivano Ergantara Bimantara—remaja berkacamata yang sedang bersantai di halaman belakang—mengalihkan pandangannya dari buku, ke arah remaja lain yang mulai berjalan mendekat.

"Why?" tanyanya begitu remaja—yang memiliki wajah serupa dengannya—itu duduk dengan ekspresi masam.

"Arga tu, nah! Ngeselin banget. Masa gue mau beli seblak aja nggak boleh? Padahal 'kan gue udah lama banget nggak makan." Remaja itu mengadu sambil menunjuk remaja lain yang baru saja muncul dari dalam.

Kekehan ringan keluar dari belah bibir Erga, sambil mengacak-acak rambut adik kembarnya gemas. "Don't be sad. Aku akan membuatkannya untukmu," hiburnya membuat senyum sang adik langsung terkembang.

"Jangan terlalu memanjakan Rega, Er. Ingat pesan ayah dan bunda untuk tidak membiarkannya makan pedas terlalu banyak."

Ketiga remaja berwajah serupa itu saling melempar tatapan yang berbeda. Mereka merupakan tuan muda di keluarga Bimantara, para putra kesayangan Tuan Revano Bimantara dan Nyonya Reina Bimantara.

Si sulung yang tengah memasang wajah santainya bernama Reivano Argantara Bimantara, atau kerap disapa Arga. Penengah ketiganya adalah Erga, yang selalu siap sedia menjadi pelerai saat kedua saudaranya saling berdebat. Si bungsu triplets sendiri adalah Reivano Regantara Bimantara atau Rega, yang saat ini sedang menatap penuh permusuhan pada kembaran pertamanya.

"Gue udah bilang bunda, dibolehin, tuh. Kenapa lo yang nggak ngebolehin?" Rega masih betah mendumel karena keinginannya tak terkabulkan.

"Ingat terakhir kali kau makan seblak? Memangnya siapa yang menangis hanya karena bolak-balik kamar mandi semalaman?" sindir Arga membuat kedua alis Rega semakin menukik tajam.

"Berarti lo nggak ikhlas nemenin gue ke kamar mandi?! Ngomong, dong! Kan gue nggak bakal ngajak lo lagi," sergah Rega dengan sewot.

Meski begitu, raut wajah Arga tetap santai, seolah ia sudah terbiasa dengan nada bicara Rega saat sedang merajuk seperti ini. Erga yang berada di antara keduanya hanya bisa tersenyum tabah. Ia berdiri, kemudian merangkul dua kembarannya secara bersamaan.

"Calm down guys. I have an idea." Erga menoleh pada Rega yang masih cemberut. "I will cook for you ... dan Arga akan mengawasi tingkat kepedasannya," lanjutnya sambil mengalihkan pandangan pada Arga.

Kedua kembar yang dirangkul hanya bisa merotasikan matanya, ketika mendengar gaya bicara kembaran mereka yang masih campur aduk. Efek tinggal bersama kakeknya di luar negeri saat kecil, membuat Erga masih sering menggunakan bahasa Inggrisnya.

Triplets New Life: Make ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang